Share

Empat

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2022-11-09 11:24:50

“Nona, percaya saja pada Tuan El, saat Tuan El datang membawa Nina Bella, Tuan meminta saya menggantikan pakaian Nona. Saya pastikan tidak ada yang terjadi dengan diri Nona Bella.”

Bella masih menatap tidak percaya pada kedua orang di hadapannya. Jiwanya masih sedikit terguncang dengan apa yang diterimanya. Percaya pada orang pun baginya sangat sulit, apalagi dengan Tuan El.

“Masa Nona tidak bisa membedakan, bagaimana rasanya jika memang sudah tersentuh oleh Tuan El. Misal, ada rasa nyeri di bagian kewanitaan Nona. Bercak darah atau sulit berjalan,” tambah Bu Siti.

Apa yang di katakan Bu Siti membuat Bella mencoba merasa-rasa apa ada yang sakit di sekujur tubuhnya atau tidak. Namun, yang ia rasakan adalah rasa sakit di hati saja, bukan di bagian tubuhnya.

Bella kembali menatap Tuan El, pria itu tak kalah bengis menatap dirinya. Tuduhan Bella membuat pria itu menyesal kenapa tak menyentuhnya saja.

“Masih mau menuduhku?” Tuan El meninggikan suara.

Bella hanya menunduk karena tak bisa berbuat apa pun. Melihat Tuan El yang marah saja wajahnya sudah memucat.

“Aku tidak suka berlama-lama di sini. Bu, cepat bantu dia turun dan rapikan semuanya. Kita langsung pulang. Rawat dia di rumah saja.”

Pria itu cemas Bella mencoba kabur lagi. Setelah mengurus administrasi, mereka pun bisa langsung pulang walau Bella masih sangat lemah. Tangan pun masih terinfus, luka pun masih sangat nyeri.

Bu Siti sebagai asisten rumah tangga sebenarnya kasihan pada Bella. Harusnya dia masih berada di rumah sakit karena harus pemulihan. Akan tetapi, ia mengerti kecemasan sang tuan.

***

Bu Siti menghampiri Bella, wanita tua itu memberikannya makan siang.

“Non harus makan,” ujar Bu Siti.

“Untuk apa aku makan, di sini neraka yang akan membunuhku perlahan. Tidak usah berbaik hati, Bu.”

Bella membuang wajah, tapi Bu Siti tidak gentar. Asisten rumah tangga itu pun kembali membujuk.

“Apa ada tenaga kalau Non Bella tidak makan? Sudah sakit, lemah eh, sekarat karena kelaparan. Saya enggak tega ah, makan Non mumpung Tuan belum marah. Mana ada tenaga untuk kabur kalau misalnya lemas.”

Bu Siti berhasil membuat Bella kembali menatapnya. Lalu, ia mencoba menyuapi Bella pelan-pelan. Usahanya berhasil, Bella pun mau makan dan ikut apa yang dikatakannya.

Bella masih bergeming memikirkan betapa jahatnya Edo. Bagaimana bisa pria itu memperlakukan dirinya seperti tak berharga. Bella kembali berpikir bagaimana bisa dia terjebak dalam rayuan gombal sang suami. Ia meremas ujung baju begitu kencang, jika bertemu dengan Edo saat ini, pisau buah di hadapannya ingin ditusukkan pada perut pria berengsek itu.

“Non, mau apa saja bilang sama Bu Siti,” ujar Bu Siti.

“Apa Bu Siti bisa membantu aku keluar dari rumah ini?” tanya Bella.

Bu Siti sedikit gusar, tapi dia mencoba terlihat santai. Menghadapinya Bella yang sedang kalut butuh kesabaran dan kelembutan.

“Non, bukan Ibu tidak mau membantu. Hanya saja, selangkah sedikit kita akan tercium oleh Tuan El. Di mana- mana ada CCTV. Kita tidak bisa bergerak,”ujar Bu Siti.

Belum selesai bicara, pintu terbuka dengan kencang tanpa aba-aba. Tuan El berdiri dengan wajah sangat di ambang pintu. Bagi Bella, derap langkahnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.

“Bu, saya mau bicara dengan Bella. Bisa tinggalkan kami?” tanya Tuan El.

“Bisa Tuan.”

Bu Siti ke luar dari kamar, tinggal mereka berdua. Bella menatap ragu hingga menundukkan kepala. Tangan Tuan El mengangkat dagu Bella hingga kedua netra mereka saling pandang.

“Dengarkan aku, sampai hari ini kamu masih sempurna. Tidak ada noda sedikit pun, tolong jangan berbuat nekat. Sepeti percobaan bunuh diri dan kabur dari tempat ini.”

Bella mencoba memalingkan wajah, ia tak mau menatap lekat sang tuan. Ia benci pria arogan di hadapannya.

“Aku tidak suka berbelit-belit, perceraianmu dengan Edo sudah di urus pengacaraku. Setelah ini, kalian akan resmi bercerai.”

“Apa mau Tuan membuat aku bercerai dari Edo?”

“Melepaskan kamu dari pria bajingan itu!”

“Yang bajingan itu Tuan, mungkin Edo memiliki alasan untuk bersikap seperti ini,” ujar Bella sedikit membela Edo.

“Tidak ada kata alasan untuk seorang bajingan. Kita akan menikah, aku ingin kamu mengandung benih dariku.”

Lagi, untuk kesekian kali Bella terkejut oleh pria itu. Tubuhnya lemas tidak berdaya, memang benar Tuan El membebaskan dirinya dari Edo. Akan tetapi, Bella kembali masuk ke kandang macan.

“Cari saja wanita lain untuk Tuan hamili. Aku tidak Sudi mengandung dari pria macam Tuan!”

“Jangan bicara kasar denganku, yang aku mau hanya kamu, jangan pernah membantah atau saat ini juga aku bisa membuat noda di tubuhmu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Yanto
... josss gandooossss
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Empat (Tamat)

    Setelah mendapat ancaman dari suaminya, Deswita pun diam. Kali ini apa yang di katakan Ferdinand membuat wanita itu tidak berkutik. Ibu dari Elvaro itu bungkam seribu bahasa dan memilih masuk kamar. Terdengar suara pintu begitu keras hingga membuat telinga sang suami perih. Ferdinan hanya menggeleng melihat apa yang di lakukan oleh Deswita. Ia sudah sangat muak dan tidak bisa mentolerir semua perbuatannya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, mengancam dengan cara itu yang bisa membuatnya diam dan bungkam. Ferdinand pun terduduk lesu membayangkan bagaimana nasib Elvaro kini. Dengan kaki yang lumpuh, apa bisa dia melakukan aktivitas, pikirnya. Pria itu mendesah, mungkin besok ia bisa berpikir jernih jika sudah beristirahat.Sementara, di kamar Deswita beberapa kali bergumam kesal kenapa bisa hanya karena Bella sang suami dan anaknya sampai membuat dirinya tersudut. Ia kali ini kalah dengan ancaman sang suami yang baginya adalah musibah dan perkara terbesar jika hal itu terjadi. "Lebih ba

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Tiga

    Bella menahan emosinya dengan ucapan Melani kali ini. Di hadapan semua orang mantan istri suaminya mencoba mempermalukan dirinya. Bella bukan wanita lemah seperti dulu, ia kini siap melawan siapapun yang ingin merusak rumah tangganya maksud Melani."Jangan mengarang cerita, anak yang kau kamu ini adalah anak Elvaro. Kamu pikir dengan mengatakan hal itu suamiku akan peduli dan lebih percaya dengan ucapan dari wanita yang berselingkuh di belakangnya."Wajah Melani mulai panik dengan setiap ucapan yang terlontar dari mulut Bella. Gimana bisa wanita kampung itu membuat dirinya tidak berkutik."Bahkan menunda punya anak dengan alasan karir padahal dirinya hanya ingin bebas bermain dengan pria manapun tanpa takut hamil dan tahu anak siapa yang akan ia kandung." Lagi Bella mulai mempermalukan Melani. Lagi Bella siapa yang memulai Ia yang harus menanggung semua resikonya.Elvaro meminta Bella untuk sabar dengan menggenggam tangannya. Sang suami meminta untuknya diam dan tidak meladeni setiap

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Dua

    Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah. Bella menatap sekeliling halaman tempat di mana lima bulan lalu ia meninggalkannya. Sembari tersenyum, Bella menggenggam tangan sang suami lalu mendorong kursi rodanya masuk. Sekian lama akhirnya Bella sadar jika dirinya begitu merindukan rumah itu. Begitu pun dengan sang suami. Mereka pernah salah paham, tapi kini semua telah berlalu. Bella bersama Elvaro masuk ke kamar, dia tidak menyangka akan kembali ke kamarnya. Setelah itu ia mulai merapikan pakaiannya. Lalu, menghampiri sang suami yang kini duduk memperhatikannya dirinya."Kamu bahagia?" tanya Elvaro."Aku sangat bahagia apalagi bisa kembali bersama kamu dan merasa dicintai saat sedang hamil.""Kondisiku seperti ini tidak bisa berjalan," ujar Elvaro terlihat murung.Bella menggenggam tangan sang suami, dirinya tidak tega melihat Elvaro bersedih sepeti itu. Ia menyesal karena ulah Edo telah membuat Elvaro menderita.Bella mencoba menyajikan sang suami untuk tetap bersabar. Y

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh Satu

    Walau masih sangat gengsi, Sinta pun menemui Bella di kamar. Ia pun langsung mengajak Bella berbicara empat mata. Memang harusnya dirinya ikut senang dengan permasalahan Bella yang sudah selesai. Bella pun sedikit canggung dengan kondisi keduanya setelah pertengkaran di rumah sakit kemarin."Aku tahu kalau semua yang terjadi salah. Aku pun mau mengakui jika memang selama ini aku begitu egois mementingkan perasaan sendiri dari pada kamu dan Mas Bagas."Sinta menatap kembali Bella yang masih bergeming di hadapannya. Apa yang terjadi kemarin sebenarnya masih membuat dirinya kecewa. Hanya saja, Bella sadar jika tidak usah memperpanjang masalah karena ia tahu sebenarnya Sinta itu orang baik.Sebenarnya tidak terpikirkan oleh Bella jika majikannya itu akan datang dan meminta maaf. "Sekali lagi aku meminta maaf, jika kamu tidak berkenan, setidaknya aku sudah meminta maaf." "Nyonya, sebelum itu aku pun mau meminta maaf. Aku paham apa yang di pikirkan oleh nyonya, hanya saja aku juga memili

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Tiga Puluh

    Sementara, di ruangan tidak jauh dari ruang Elvaro, Sinta sedikit kecewa karena sang suami mengizinkan Bella untuk menemui sang suami. Ia mesti nggak rela ketika Bella kembali pada Elvaro."Kamu tidak bisa seperti itu, biarkan Bella bahagia. Kamu harusnya berusaha bagaimana bisa membahagiakan aku. Sadar Sin, tidak ada yang mustahil di hidup ini. Kamu dan anak kita akan sehat sampai lahir." Bagas berusaha tidak emosi saat bicara dengan Sinta yang sedang merajuk.Sinta membuang wajahnya, kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Bagas suaminya. Kenapa harus ada Elvaro kembali ke hidup Bella pikirnya. Bagas pun tidak mengambil pusing, ia telah menemui sang dokter kondisi istri sudah lebih baik dan diperbolehkan untuk pulang. Dirinya tinggal menunggu Bella kembali agar membantunya berkemas.Bella sudah berjanji sebelum ia kembali pada sang suami dirinya akan menyelesaikan semua dengan baik bersama Sinta. Hanya saja mungkin sang istri belum bisa menerima dengan baik. "Kita akan pulang hari i

  • Terjebak Gairah Tuan El   Seratus Dua Puluh Sembilan

    Dengan perasaan berdebar Bella bertahan di belakang David. Hingga David menyingkir dari ambang pintu, semua orang yang berada di dalam ruangan langsung tertuju pada Bella.Bella terpaku beberapa saat di ambang pintu. Tubuhnya memang berdiri tegak, tetapi rasanya seperti sedang berdiri tanpa tulang. Persendiannya seolah-olah hilang. Jika tidak bertahan, mungkin wanita itu akan jatuh melorot ke lantai.Tatapan Bella langsung tertuju pada seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang. Dan sebaliknya, hingga mereka beradu pandang untuk beberapa saat. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu saat itu. Saat matanya kembali menatap laki-laki yang sangat dia sayang. Dia tidak menyangka jika akhirnya dia berada sedekat itu dengan sang suami. Sementara itu, di dalam ruangan tersebut, dua orang yang menemani Elvaro juga terkejut melihat kedatangan Bella yang sangat tiba-tiba.Mellisa dan Bu Siti saling pandang tidak percaya jika Bella kini ada di hadapan mereka. Bu Siti terutama, asisten r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status