Share

Empat

“Nona, percaya saja pada Tuan El, saat Tuan El datang membawa Nina Bella, Tuan meminta saya menggantikan pakaian Nona. Saya pastikan tidak ada yang terjadi dengan diri Nona Bella.”

Bella masih menatap tidak percaya pada kedua orang di hadapannya. Jiwanya masih sedikit terguncang dengan apa yang diterimanya. Percaya pada orang pun baginya sangat sulit, apalagi dengan Tuan El.

“Masa Nona tidak bisa membedakan, bagaimana rasanya jika memang sudah tersentuh oleh Tuan El. Misal, ada rasa nyeri di bagian kewanitaan Nona. Bercak darah atau sulit berjalan,” tambah Bu Siti.

Apa yang di katakan Bu Siti membuat Bella mencoba merasa-rasa apa ada yang sakit di sekujur tubuhnya atau tidak. Namun, yang ia rasakan adalah rasa sakit di hati saja, bukan di bagian tubuhnya.

Bella kembali menatap Tuan El, pria itu tak kalah bengis menatap dirinya. Tuduhan Bella membuat pria itu menyesal kenapa tak menyentuhnya saja.

“Masih mau menuduhku?” Tuan El meninggikan suara.

Bella hanya menunduk karena tak bisa berbuat apa pun. Melihat Tuan El yang marah saja wajahnya sudah memucat.

“Aku tidak suka berlama-lama di sini. Bu, cepat bantu dia turun dan rapikan semuanya. Kita langsung pulang. Rawat dia di rumah saja.”

Pria itu cemas Bella mencoba kabur lagi. Setelah mengurus administrasi, mereka pun bisa langsung pulang walau Bella masih sangat lemah. Tangan pun masih terinfus, luka pun masih sangat nyeri.

Bu Siti sebagai asisten rumah tangga sebenarnya kasihan pada Bella. Harusnya dia masih berada di rumah sakit karena harus pemulihan. Akan tetapi, ia mengerti kecemasan sang tuan.

***

Bu Siti menghampiri Bella, wanita tua itu memberikannya makan siang.

“Non harus makan,” ujar Bu Siti.

“Untuk apa aku makan, di sini neraka yang akan membunuhku perlahan. Tidak usah berbaik hati, Bu.”

Bella membuang wajah, tapi Bu Siti tidak gentar. Asisten rumah tangga itu pun kembali membujuk.

“Apa ada tenaga kalau Non Bella tidak makan? Sudah sakit, lemah eh, sekarat karena kelaparan. Saya enggak tega ah, makan Non mumpung Tuan belum marah. Mana ada tenaga untuk kabur kalau misalnya lemas.”

Bu Siti berhasil membuat Bella kembali menatapnya. Lalu, ia mencoba menyuapi Bella pelan-pelan. Usahanya berhasil, Bella pun mau makan dan ikut apa yang dikatakannya.

Bella masih bergeming memikirkan betapa jahatnya Edo. Bagaimana bisa pria itu memperlakukan dirinya seperti tak berharga. Bella kembali berpikir bagaimana bisa dia terjebak dalam rayuan gombal sang suami. Ia meremas ujung baju begitu kencang, jika bertemu dengan Edo saat ini, pisau buah di hadapannya ingin ditusukkan pada perut pria berengsek itu.

“Non, mau apa saja bilang sama Bu Siti,” ujar Bu Siti.

“Apa Bu Siti bisa membantu aku keluar dari rumah ini?” tanya Bella.

Bu Siti sedikit gusar, tapi dia mencoba terlihat santai. Menghadapinya Bella yang sedang kalut butuh kesabaran dan kelembutan.

“Non, bukan Ibu tidak mau membantu. Hanya saja, selangkah sedikit kita akan tercium oleh Tuan El. Di mana- mana ada CCTV. Kita tidak bisa bergerak,”ujar Bu Siti.

Belum selesai bicara, pintu terbuka dengan kencang tanpa aba-aba. Tuan El berdiri dengan wajah sangat di ambang pintu. Bagi Bella, derap langkahnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.

“Bu, saya mau bicara dengan Bella. Bisa tinggalkan kami?” tanya Tuan El.

“Bisa Tuan.”

Bu Siti ke luar dari kamar, tinggal mereka berdua. Bella menatap ragu hingga menundukkan kepala. Tangan Tuan El mengangkat dagu Bella hingga kedua netra mereka saling pandang.

“Dengarkan aku, sampai hari ini kamu masih sempurna. Tidak ada noda sedikit pun, tolong jangan berbuat nekat. Sepeti percobaan bunuh diri dan kabur dari tempat ini.”

Bella mencoba memalingkan wajah, ia tak mau menatap lekat sang tuan. Ia benci pria arogan di hadapannya.

“Aku tidak suka berbelit-belit, perceraianmu dengan Edo sudah di urus pengacaraku. Setelah ini, kalian akan resmi bercerai.”

“Apa mau Tuan membuat aku bercerai dari Edo?”

“Melepaskan kamu dari pria bajingan itu!”

“Yang bajingan itu Tuan, mungkin Edo memiliki alasan untuk bersikap seperti ini,” ujar Bella sedikit membela Edo.

“Tidak ada kata alasan untuk seorang bajingan. Kita akan menikah, aku ingin kamu mengandung benih dariku.”

Lagi, untuk kesekian kali Bella terkejut oleh pria itu. Tubuhnya lemas tidak berdaya, memang benar Tuan El membebaskan dirinya dari Edo. Akan tetapi, Bella kembali masuk ke kandang macan.

“Cari saja wanita lain untuk Tuan hamili. Aku tidak Sudi mengandung dari pria macam Tuan!”

“Jangan bicara kasar denganku, yang aku mau hanya kamu, jangan pernah membantah atau saat ini juga aku bisa membuat noda di tubuhmu.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Yanto
... josss gandooossss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status