Share

Dua

Tuan El menoleh ke sumber suara. Wanita tua dengan baju asisten rumah tangga itu sudah berada di belakang Tuan El dengan wajah kebingungan.

“Dia Bella, tolong gantikan baju untuknya, Bu!” titah Tuan El.

“Baik, Tuan. Saya akan gantikan,” ujar Bu Siti. Ia tak berani banyak bertanya pada sang Tuan tentang wanita cantik yang dibawanya.

Bu Siti mengikuti perintah sang tuan, menggantikan baju Bella. Wanita tua itu begitu terpesona dengan kulit bersih Bella. Ia yakin jika wanita di hadapannya adalah wanita spesial bagi Tuannya.

Setelah itu Bu Siti kembali menemui Tuan El.

“Tuan, sudah saya gantikan baju. Ada lagi?” tanya Bu Siti.

“Tolong rahasiakan ini, saya mau Bu Siti mengurus Bella di sini. Selama saya tidaklah ada, tolong jangan biarkan dia pergi atau ke luar dari tempat ini.”

“Baik Tuan.”

Tian El kembali masuk kamar Bella. Ia duduk di sofa menunggu wanita itu bangun. Lalu, ia pun terlelap di sofa tanpa bantal.

***

Keesokan paginya, Tuan El terbangun. Namun, Bella masih tertidur nyenyak di ranjang. Ia pun bangkit menghampiri wanita itu, wajah cantik Bella kembali membuat pria dengan lesung pipi itu tak henti menatapnya.

Ia duduk di tepi ranjang, tangan besarnya mengelus pipi mulus Bella. Tanpa tersadar, Bella terbangun dari tidurnya, wanita itu terkesiap saat melihat siapa yang berada di hadapannya.

“Si—siapa kamu?” tanya Bella.

Ia memundurkan tubuhnya, lalu melihat dirinya sudah dengan pakaian berbeda. Tangisnya pecah membayangkan apa yang terjadi saat ia tak sadarkan diri.

Tak ada jawaban dari mulut Tuan El, pria itu hanya menatap tanpa ekspresi.

Bella memundurkan tubuhnya hingga hampir terjatuh. Tuan El pun refleks menariknya.

“Lepas!” pekik Bella.

“Stop, saya bilang stop!”

Bella syok dan menangis sesenggukan, ia tak tahu harus berbuat apa, apalagi membayangkan tubuhnya sudah tak suci lagi.

“Jangan berteriak atau saya akan menyentuhmu!” Ancaman pria bernama Elvaro. Pria itu berhasil mengunci mulut Bella.

Tubuh Bella masih bergetar hebat. Pikirannya kacau, bagaimana bisa dirinya berada di kamar dengan pria lain, sedangkan ia mengingat jika malam tadi dia bersama Edo. Lalu, saat terbangun, ah, Bella kembali menangis tanpa suara.

“Di mana Edo? Siapa kamu?” tanyanya dengan bibir bergetar.

“Suami tersayangmu sudah menjual kamu padaku. Ia memberikan istrinya untuk melunasi semua hutang-hutangnya,” ujar Tuan El.

“Bohong, kamu bohong, kan? Mana Edo, apa jangan-jangan kamu membunuhnya?”

Bella memukuli tubuh besar itu, tapi tangan Tuan El terlalu kuat hingga kembali merengkuh tubuh kecilnya.

“Lepas!”

“Diam, atau kamu saya hukum!”

“Aku tidak bisa diam, kamu bohong, ke mana suamiku. Apa kau menyekapnya dan mengancamnya?” Bella semakin histeris, dia sama sekali tak menduga jika hidupnya akan berubah dalam waktu satu malam seperti ini.

“Cukup! Dia sudah menjual kamu, jadi untuk apa kau masih berpikir kalau suamimu itu baik dan cinta sama kamu?”

Bella kembali membungkam. Dadanya begitu sesak kala membayangkan begitu biadabnya sang suami karena menjualnya pada pria itu. Apa yang ada di pikiran Bella pun campur aduk.

Apakah ini hanya pikiran BellA indahnya untuk membangun rumah tangga bersama Edo pun sirna. Kini dirinya begitu kotor karena telah di nodai oleh pria lain. Tangisnya pun kini tak mampu mengembalikan kesuciannya.

“Diam, aku benci wanita cengeng. Cepat ikut aku, kita sarapan, ingat panggil saya Tuan El!” titahnya.

Bella bergeming, hatinya begitu sakit, pria yang selama ini memberi perhatian lebih padanya ternyata tega membuat hidupnya hancur.

“A—aku ke kamar mandi dulu.”

Tuan El hanya menatap lalu melangkah meninggalkan Bella. Bella berjalan gontai menuju kamar mandi. Lalu, menatap dirinya dalam cermin. Tangisnya kembali pecah saat memikirkan dirinya sudah tak suci. Ia berpikir jika Tuan El sudah menodainya. Bajunya sudah berganti, artinya pria itu sudah berbuat macam-macam.

“Argh!”

Bella kembali menangis mengingat Edo yang begitu mencintainya malah berbuat kejahatan. Ia merasa tertipu, berapa bodohnya ia tak tahu siapa Edo. Bella memukul cermin hingga tangannya luka.

“Kenapa Tuhan?”

Bella sangat frustasi, mengingat semuanya yang terjadi. Ia mengguyur sekujur tubuh dengan shower.

“Apa benar, dia sudah menyentuhku?”

Bella begitu lama di kamar mandi hingga membuat Tuan El gelisah. Ia pun gegas kembali ke kamar untuk menemui wanita itu.

“Bella! Cepat keluar!”

Tak ada jawaban dari dalam. Tuan El semakin panik dan mencoba mendobrak pintu kamar mandi. Sekuat tenaga, ia pun berhasil membukanya. Ia terkesiap melihat Bella yang sudah tak berdaya di lantai dan mengeluarkan cairan merah dari nadi tangannya.

Tuan El mengangkat Bella dan melakukan pertolongan pertama agar darah tak terus mengalir. Namun, mulutnya tak henti terus berkata kasar. Lalu ia pun gegas menggantikannya Bella baju.

Setelah itu, ia langsung membawa Bella ke rumah sakit. Perempuan itu masih bernapas walau tadi darah terus mengalir, tapi berkat Tuan El yang sigap dengan pertolongan pertama, ia pun berhasil membuat darah itu berhenti mengalir.

Tuan El mengendarai mobil dengan kencang. Bahkan hampir saja menabrak jika dia tak cepat membanting setir.

Saat sampai rumah sakit, gegas ia membawa Bella ke ruang UGD. Bella pun segera di tangani.

“Berengsek!” Tuan El memukul tembok berulang kali.

“Berani sekali dia mencoba bunuh diri. Dia pikir dengan cara itu tubuhnya bisa kembali bersih?”

Tidak lama Dokter menghampiri Tuan El dan memberi kabar kalau Bella sudah mereka observasi dan akan di pindahkan ke kamar inap.

“Kamar VVIP, lakukan penanganan yang terbaik.”

“Baik, Pak.”

Sang dokter pun langsung membawa Bella ke ruang inap. Setelah itu, Tuna El pun menghampiri Bella yang tergolek lemah.

Bella tersadar, ia mulai membuka matanya perlahan. Akan tetapi, kepalanya masih terasa sakit, begitu pun tangan yang terasa nyeri.

“Sekali lagi kau buat kebodohan, kubawa adikmu menggantikan dirimu di sini. Ingat itu!”

Ancaman Tuan El terdengar samar-samar, saat itu pun Bella menangis, kenapa dirinya harus selamat.

“Kenapa aku selamat, biarkan aku mati, untuk apa kau membawaku ke sini berengsek!”

Tuan El terpaksa menahan tangan Bella yang hampir saja membuat infus di tangan itu copot. Bella masih mengamuk, ia menangis sejadi-jadinya.

Namun, tangis itu berhenti saat Tuan El menarik wajah Bella dan mencium bibir tipis itu dengan paksa.

“Kalau kau tak berhenti bicara, kubuat sepanjang hari seperti ini. Bisa diam?”

“Tuan kejam, Tuan jahat!”

“Memang, aku jahat dan kejam. Tapi tidak sejahat suami yang menjual istrinya.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Normawati Juhumat
ceritanya bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status