Pagi ini Teofilano heran, ketika bangun tidur Viana sudah tidak ada di sampingnya. Dia cari kebawah pun tidak ada. Dan tidak ada yang tahu kemana perginya, yang pasti keluar bersama bodyguardnya.‘Tumben gak pamit ke aku?’ batin Teofilano sembari meraih ponselnya dari saku saku celana.Dia menelpon Viana, panggilannya masuk namun hingga tak dijawab. Tak mau membuang waktu, dia menghubungi bodyguard Viana. Rasa herannya berubah menjadi geram. Tak satupun yang mengangkatnya.Akhirnya telpon bodyguard bayangan Viana yaitu anak buahnya yang Viana angkat jadi mata-mata ketika dia pura-pura jadi Devil.“Ke psikiater?” tanya Teofilano, heran.“Ya, Pak.”“Sejak kapan dia ke psikiater?”“Kalau saya tahunya sejak Ibu kembali ke Triodes,” kata Z1“Ok, Z1. Kirimi aku lokasinya.”2 jam kemudian Teofilano tiba di lokasi. Sengaja dia parkir agak jauh, sebab mobil Viana masih ada di depan tempat praktek.Teofilano tidak bisa menjawab pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Selama ini Viana selalu
“Pernah dengar aja,” dusta Viana. “Oh ya kapan aku bisa pulang?” Viana tidak betah berada di rumah sakit.“Setahun lagi.”Viana menyesal bertanya ke Mr Fox. Entah kenapa pria itu terlihat sebal dari tadi. Namun Viana sedang malas bertanya.“Aku ingin menemui suamiku.” Viana menatap mereka bergantian, namun tak ada yang menjawab. Akhirnya Viana berusaha turun dari tempat tidurnya.“Nyonya, anda belum bisa menemuinya,” cegah Alvin, berusaha sabar bila Viana dalam mode kekanak-kanakan seperti ini. Namun bukan Viana jika tidak keras kepala.Terpaksa malam itu juga mereka mengantar Viana ke kantor polisi. Sebenarnya datang ke kantor polisi juga tidak bisa sembarangan. Karena Viana sudah seperti anak kecil, Mr Fox dan Alvin mau tak mau meloby penjaga.Tangis Viana pecah ketika melihat suaminya muncul. Viana segera minta peluk Teofilano dan itu membuat Mr Fox ingin muntah. Dia kesal melihat Viana sebucin itu dengan Teofilano. Padahal Teofilano itu brengsek, punya banyak wanita.“Aku gak mau l
Teofilano tidak segera membuang pistolnya. Dia ingin memastikan satu hal. “Dimana dia?”Tiger menoleh ada buahnya. Tak sampai 1 menit Teofilano melihat Viana berada di toilet hotelnya.“Aku ingin anak buahmu pergi,” pinta Teofilano, yang langsung dituruti Tiger.“Aku sudah menuruti permintaanmu, sekarang buang senjatamu,” ulang Tiger, tidak sabar ingin menghabisi Teofilano.“Berjanjilah padaku, masalah kita selesai sampai disini. Selamanya kau tidak akan menganggunya.” Kata Teofilano sebelum membuang pistolnya.Tiger keberatan, karena dia juga ingin membalas perbuatan Viana. Tapi jika menolak permintaan Teofilano, takut dia yang mati hari iniTiger memutuskan seperti rencana awal. “Viana pernah menancapkan pulpen ke punggung Cintya. Asal kau ijinkan aku membalasnya hari ini, aku tidak akan menganggunya.”Teofilano menulikan telinga ketika Tiger memberi perintah kepada anak buahnya. Namun jerit Viana menyayat hati. Sebagai suami, dia merasa gagal melindungi istrinya.Tapi tidak ada pil
Teofilano tetap menelpon Viana meski sudah sampai tempat persembunyiannya. Dia turun dari mobil. Memasukkan ponsel ke dalam saku kemeja hitamnya sementara earphone wireless terselip pada telinganya.Bagi Teofilano, Viana bukan hanya sekedar perempuan yang dia cintai. Tapi lebih kompleks. Viana penyelamat sekaligus anak pembunuh orang tuanya. Ah, tentu saja juga karena Viana cantik dan kaya, meskipun ada hal yang tak dia sukai dari perempuan itu.Tapi tak ada manusia sempurna kan?Sejujurnya, dari ketiga istrinya, yang mendekati sempurna adalah Cintya. Cantik, seksi, pintar, kaya dan tak perlu diragukan kemampuannya sebagai mafia. Cintya adalah pasangan yang paling sepadan dengannya, termasuk dalam hal bela diri.Sayang, Cintya pernah ditiduri ayahnya dan tak punya rahim. Sehingga dia membuat perjanjian sebelum menikah bahwa tidak akan ada sentuhan fisik diantara mereka. Tapi sebagai gantinya, dia akan membantu Cintya balas dendam ke ayahnya dan memberi perempuan itu banyak uang.Kare
Teofilano senang kala itu pernah berbincang dengan Tuan Alexander Jho, ternyata alasan pria itu mau menghapus data Viana dari bumi Triodes karena Gabriella adalah kekasihnya! Sayang hubungan mereka harus kandas karena Gabriella direbut Nit King.Wajah Viana yang mirip Gabriella King itulah yang membuat Tuan Alexander Jho menganggap Viana seperti anak sendiri, karena seperti melihat Gabriella dalam diri Viana. Itulah yang dia manfaatkan.Awalnya dia ragu dan ingin menyuruh anak buahnya yang di Triodes menjemput Viana di hutan. Ternyata keputusannya untuk menitipkan Viana ke Mr Fox dan ayahnya, tepat.“Bapak belum menjawab pertanyaanku.” Viana membuyarkan lamunan Teofilano.“Yang mana?”“Yang tadi, pas aku baru datang. Gimana Bapak bisa selamat dari pembakaran itu?”Teofilano tampak berpikir. Sebenarnya dia tidak mau membahas pekerjaannya dengan Viana. Karena jika Viana tahu, mungkin akan takut padanya atau bahkan menyuruhnya berhenti jadi mafia.“Rahasia,” kata Teofilano, tetap pada pe
Meskipun hubungan Viana dengan anak buah Teofilano kurang begitu baik, mereka tidak melarang Viana datang ke mansion, KIC atau tempat manapun milik Teofilano. Karena pada dasarnya mereka menerima Viana sebagai wanitanya Teofilano tapi menolak perempuan itu menjadi penerus Teofilano.Alasannya, mereka merasa Viana tak punya kemampuan memimpin organisasi, selain mereka sendiri haus jadi pemimpin.Karena itu, Viana juga tahu diri. Setelah mendengar saran dari Mr Fox, Viana memutuskan bukan anggota silent killer.Pukul 5 sore ketika mobil sedan warna hitam metalik keluaran terbaru milik Viana tiba di King Palace Hotel. Seperti biasa, diluar urusan kepemimpinan tadi, mereka tidak ada masalah dengan Viana. Hubungan mereka hangat seperti sedia kala karena Viana tidak berambisi menjadi pemimpin.“Nyonya yakin tidak mau temani?” tanya Alvin, kuatir.“Tidak perlu, Alvin. Mereka akan menjagaku dengan baik.”“Baik, Nyonya. Jika terjadi sesuatu, segera hubungi saya. Saya ada di parkiran.”“Kamu pu