Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 178 : Berusaha Memercayai Kamu

Share

Bab 178 : Berusaha Memercayai Kamu

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-02-18 20:28:58
Sampai pukul enam sore, Denver tidak kunjung menghubunginya. Hanya satu pesan singkat yang masuk ke ponselnya.

[Sayang, maaf. Aku ada pekerjaan di luar kota.]

Dewi menghela napas panjang. Hanya itu? Seharian penuh dan hanya satu pesan?

Dia menatap layar, berharap ada pesan susulan, tetapi nihil. Jari-jarinya sempat mengetik balasan, tetapi akhirnya dia mengurungkan niat.

Untuk apa? Percuma jika hanya dia yang berusaha peduli.

Sementara itu, Dirga terus menempel padanya. Bayi itu gelisah setiap kali dibaringkan dan menolak digendong oleh siapa pun selain dirinya.

Pundak dan punggung Dewi hampir rontok karena bobot tubuh Dirga yang makin berat, tetapi dia tidak tega melepaskannya. Bahkan saat ingin sekadar minum air, dia tetap membawa Dirga dalam pelukannya karena bayi itu akan menangis kejer jika ditinggalkan.

"Sebenarnya kenapa Papa menghilang seperti ini, ya, Sayang? Ada masalah apa lagi?" gumam Dewi sambil mengayunkan tubuh, berusaha menenangkan buah hatinya.

Baru saja Dirga memejamk
NACL

Siapa itu ya? Ya ampun Dok, kemana kamu hey?!

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 179 : Merindukanmu Sayang

    Hentakan langkah sepatu pantofel menggema di lorong yang sepi. Bayangan sosok itu makin mendekat, tetapi hati kecil Dewi yakin bahwa itu bukan pria yang dicarinya. Bahkan Dirga yang biasanya antusias saat melihat papanya, kali ini hanya menggeliat gelisah dalam dekapannya."Itu ‘kan ..." Valerie menunjuk ke arah pria yang kini berdiri tidak jauh dari mereka."Dokter Darius?" ucap Dewi pelan.Darius menatap mereka dengan sorot mata tajam. "Apa kabar, Dewi? Lama tidak bertemu." Tatapannya beralih dari wajah mungil Dirga ke wajah Dewi, memperhatikan setiap ekspresi yang terpahat di sana. "Apa yang kamu lakukan di sini malam-malam? Apa dia sakit?"Dewi menggeleng pelan dan tersenyum kaku. Dia makin mengeratkan dekapannya pada Dirga, lalu sedikit membungkuk hendak berpamitan. Namun, tiba-tiba, Darius menahan pergelangan tangannya."Dewi?"Dewi menoleh dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat. Pandangan mereka bertemu, dan dalam sekejap, Dewi menangkap sesuatu di mata Darius—sesuatu y

    Last Updated : 2025-02-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 180 : Maafkan Aku Sayang

    Denver mendekat dan mencoba menyingkirkan tangan Darius dari bahu Dewi. Namun, genggaman Darius terlalu kokoh, seakan menegaskan keberadaannya di sisi wanita itu. Mata mereka saling beradu—satu penuh kemarahan, satu lagi penuh tantangan."Kamu membuatnya menangis, Bung!" desis Darius, suaranya datar dan menusuk seperti belati. "Dan aku menyesal merelakannya untukmu."Jari-jari Denver mengepal, otot lengannya menegang. Rahangnya mengeras, tetapi dia tahu—ini bukan tempat untuk bertarung. Ini rumah sakit, dan Dirga masih dalam perawatan.Denver berbisik dengan suara rendah, "Coba saja, Darius. Kamu hanya akan kecewa untuk kedua kalinya."Darius tersenyum sinis, tetapi akhirnya melepaskan genggamannya. Denver segera beralih ke Dewi, tetapi wanita itu justru bergeser menjauh.Bahu wanita itu menegang saat tangan Denver mencoba meraih pergelangannya."Sayang, maaf," lirih Denver, suaranya penuh penyesalan.Dewi tidak menjawab. Dia hanya berdiri di ujung ranjang Dirga, matanya tertuju pada b

    Last Updated : 2025-02-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 181 : Istriku Hanya Satu

    Dewi melangkah gontai mendekati Denver yang dicecar oleh pria paruh baya itu. Hatinya meringis mendengar kalimat perintah yang keluar dari mulut Pak Didit.Jari-jarinya makin erat menggenggam tangan sang suami, seolah menegaskan bahwa dia tidak akan menyerahkan Denver pada siapa pun. Bukan hanya demi dirinya, tetapi juga demi Dirga—anak mereka jauh lebih berhak memiliki ayahnya.Melihat pasangan itu membuat Didit kembali bersuara. “Dania tanggung jawabmu, Denver!”Alis Denver mengerut dan dia terkekeh. “Sejak kapan Dania menjadi tanggung jawabku? Saya tidak pernah menjanjikan apa pun padanya! Sejak awal saya dan putri Anda tidak memiliki hubungan apa pun. Semua ini hanya kesalahpahaman yang dibuat keluarga Anda sendiri.”“Kamu tega Denver!” geram Didit.“Sebelumnya saya mohon maaf, Pak,” ucap Dewi terdengar tegas. Denver yang berdiri di sampingnya berusaha menahan Dewi agar tidak ikut campur, tetapi wanita itu hanya menatapnya tajam, menolak mundur.Pak Didit menyipitkan mata, tatapan

    Last Updated : 2025-02-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 182 : Dokter Frustrasi

    Di rumah sakit lain, Darius berdiri tegak di depan ranjang pasien, jemarinya mencengkeram kotak cincin dengan kuat. Tatapannya menusuk, menatap Dania yang terisak di bawah selimut.Seharusnya dia tidak perlu mengambil keputusan sejauh ini, tetapi keadaan memaksanya."Putriku tidak mencintaimu!" bentak Didit, suaranya bergetar marah. Dia mengibaskan tangan, mengusir Darius dari ruangan.Darius terkekeh, senyum miring menghiasi wajahnya. "Apa cinta masih dibutuhkan dalam situasi seperti ini, Pak Didit? Atau Anda hanya ingin menyelamatkan harga diri keluarga Anda?"Didit mengepalkan tangan, ekspresinya mengeras. Amarah terpancar jelas dari sorot matanya, seolah ingin menerjang Darius saat itu juga."Menikah hari ini atau tidak ada satu pun pria yang mau dengannya!" ancam Darius, suaranya dingin dan tajam.Dania tersentak, tangisnya makin keras. Didit menoleh pada putrinya dengan kebingungan dan amarah yang bercampur menjadi satu."Apa kamu bisa berjanji akan mencintai putriku?" tanya Did

    Last Updated : 2025-02-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 183 : Kompaknya Ayah dan Anak

    Pukul 12 malam, Dewi terbangun. Matanya langsung tertuju pada Dirga yang tertidur nyenyak di samping Denver. Bocah itu benar-benar melepaskan rindu, bahkan tak lagi mencari Dewi seperti sebelumnya. "Dirgantara anak Mama, cepat sehat, Nak. Sekarang Papa sudah di sini," bisik Dewi lembut. Dia mengecup pelipis putranya, membuat anak itu menggerakkan pipi seakan geli dalam tidurnya. Tatapan Dewi pun beralih pada Denver. Pipi pria itu masih menunjukkan sisa memar, dan punggung tangannya dihiasi cakaran yang tampak cukup dalam. Meskipun mulai memudar, tetap saja luka itu membuat dadanya terasa sesak. Tanpa suara, dia meraih cairan pembersih luka, lalu dengan hati-hati mengoleskannya. Dewi berusaha agar gerakannya tidak membangunkan Denver, karena jika pria itu sadar, pasti akan besar kepala. Setelah selesai, dia duduk sejenak, menatap paras rupawan suami yang tertidur lelap. Jarinya bergerak di udara, membentuk tanda hati untuk Dirga dan Denver. Akan tetapi, pikirannya kembali t

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 184: Anugerah Terindah Dari Tuhan Untukku

    “Dewi, aku memang marah. Tapi aku tidak pernah memaki wanita yang tidak berdaya!” Suara Danis menggelegar, matanya menyala penuh kemarahan. Dewi kebingungan berdiri di tengah ruangan. Satu sisi, dia ingin menghampiri Dwyne yang terlihat begitu rapuh. Namun, di sisi lain, Danis adalah ayah kandungnya. Dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Sebelum Dewi sempat membuka mulut, Denver lebih dulu berbicara. "Sayang, kamu ke kamar saja. Kasihan Dirga, dia butuh istirahat,” kata Denver lembut tetapi penuh ketegasan. Dewi mengangguk, mengambil alih bayinya dari gendongan sang suami, lalu melangkah ke lantai dua. Hanya saja, saat menapaki tangga, perasaannya masih berkecamuk. Setelah memastikan Dewi benar-benar pergi, Denver kembali menatap Danis dengan pandangan tegas. “Sebenarnya ada masalah apa, Pak?” Danis mendengkus tajam. “Karena ulah keluarga kalian, Darius harus menikahi perempuan depresi! Masa depannya suram!” Suaranya bergetar karena emosi. Mata karamel Denver menggel

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 185 : Menunggu Balasan Darimu

    Dewi memeluk tubuhnya sendiri, membiarkan angin malam menyapu kulitnya yang hanya tertutup kimono tipis.Netra sipit wanita itu menatap ke halaman yang sunyi, di mana lampu-lampu taman menyala redup. Sejak tadi, dia menunggu di balkon, berharap melihat mobil suaminya memasuki gerbang.'Kapan dia pulang?' batinnya.Jemari ramping wanita itu meremas ujung kimono, detak jantungnya terasa lebih cepat tanpa alasan yang jelas.Malam ini terasa lebih panjang dari biasanya. Rasa rindu yang dia pendam selama beberapa hari terakhir begitu menyesakkan.Baru saja hendak berbalik masuk, suara langkah berat terdengar mendekat dari belakang.Dewi menoleh dan mendapati Denver berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan.Pria itu melangkah mendekat dengan sweater rajut merah muda di tangannya. Tanpa berkata-kata, dia menyampirkan di bahu Dewi, lalu merangkulnya erat."Kenapa berdiri di sini, Sayang?" bisik pria itu lembut, suara beratnya terdengar begitu mendamaikan.Dew

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 186 : Suami Paket Komplit

    Dewi terbangun dengan mata yang masih berat. Tangannya refleks meraba sisi ranjang yang terasa kosong dan dingin. Dahinya berkerut. 'Pergi ke mana dia?' batinnya.Mata sipitnya mengerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang mulai masuk dari celah tirai. Suara detak jam terasa lebih nyaring dalam keheningan. Seingatnya, semalam Denver masih bersamanya, membaca buku di sampingnya setelah mereka gagal melanjutkan sesi bercinta yang kedua. Bahkan, dia sempat memindahkan Dirga ke ranjang utama agar tidur lebih nyaman.Akan tetapi, kini, sosok suaminya tidak ada.Dewi segera meraih ponselnya, matanya mencari pesan dari Denver. Mungkin saja pria itu ada kegiatan mendesak. Namun, belum sempat dia mengecek layar, pintu kamar terbuka.Denver muncul dengan nampan kecil di tangannya, aroma sup krim ayam yang mengepul memenuhi ruangan. Senyum hangat pria itu langsung menghapus kecemasan di hati Dewi.“Sarapan untukmu, Sayang.”Dewi tersenyum melihat perhatian suaminya, tetapi ekspr

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : BIDADARI CANTIK DI ATAS CATWALK

    Siang itu, butik kecil bernuansa pastel milik Diana tampak tenang. Tirai tipis bergoyang lembut tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di sudut ruangan, Diana sedang memeriksa detail bordiran pada salah satu gaun yang akan digunakan untuk pemotretan pernikahan besok. Jemarinya bergerak perlahan, matanya fokus, dengan senyum yang tetap lembut.“Cantik banget, Diana .…” Suara wanita dari pintu membuat Diana menoleh.“Tante Rani!” seru Diana pelan, senyumnya makin mengembang. Dia segera bangkit dan memeluk teman mamanya itu.Maharani tertawa kecil, lalu menunjuk gaun di tangan Diana. “Kalau kamu yang pakai, pasti tambah sempurna. Sumpah, waktu lihat kamu di catwalk bulan lalu … Tante sampai mikir, ini manusia apa bidadari, sih?”Diana mengerucutkan bibirnya merahnya, lalu menepuk lengan Maharani dengan. “Berlebihan banget, Tante. Tapi makasih, ya. Aduh, jadi malu.”Mereka duduk di sofa mungil dekat jendela. Maharani membuka kotak kecil berisi bros handmade yang ingin dia titipkan di b

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : DOKTER BEDAHKU TAMPAN

    “Dokter, bolehkah kami berfoto bersama sebelum operasi?”Dashel menoleh dengan senyum khasnya. Wajahnya yang sebagian tertutup masker dan sorot mata yang tajam membuat beberapa perawat tak kuasa menyembunyikan rona merah di pipi mereka.“Boleh saja,” jawab pria itu santai sambil mengangkat dua jari ke arah kamera. “Asalkan jangan sampai pasiennya menunggu terlalu lama. Bisa-bisa dia memutuskan kabur.”Si paling usil dari keluarga Denver, kini telah menjelma menjadi salah satu dokter bedah muda yang paling diidolakan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis di Johns Hopkins University, sebuah institusi kedokteran bergengsi, Dashel—yang akrab disapa Dash—kembali ke Indonesia membawa pulang segudang prestasi serta rasa percaya diri yang tak terbendung.Akan tetapi, sesungguhnya transformasi Dash bukan hanya terlihat dari gelar dan jas putih yang kini melekat di tubuh atletisnya. Di ruang operasi, dia menjadi sosok yang sangat berbeda dari kesehariannya. Dash selalu se

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : SI PRESIDIR YANG NYEBELIN

    Pukul tujuh pagi, lantai tertinggi gedung J&B Pharmacy sudah dipenuhi staf yang pucat pasi. Mereka berlarian, merapikan berkas, menyusun slide, mengecek statistik berkali-kali. Hal ini karena ada yang menakutkan, Akashan Draven Bradley mulai menjadi presdir. "Dia sudah di ruang rapat?" bisik salah satu staf. "Sudah. Dari jam enam empat puluh," jawab yang lain pelan, seakan menyebut nama Draven terlalu keras bisa bikin dicoret dari daftar gaji. Di ruang rapat, suasana membeku. Draven duduk di ujung meja panjang, mengenakan jas hitam pekat, dasinya lurus, rambutnya klimis tak bergerak. Tatapannya setajam pisau bedah. “Proyeksi penjualan kalian di kuartal ini ... menyedihkan,” kata Draven sambil menatap grafik. Salah satu kepala divisi mencoba menjelaskan, “Kami mengalami hambatan distribusi karena banjir—” “Jadi kamu biarkan masyarakat tidak dapat obat hanya karena hujan?” Suaranya datar dan dingin. “Kamu kerja untuk perusahaan farmasi. Kalau distribusimu kalah sama cuaca, sebaikn

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : KALAU DIRGA JADI DOKTER

    "Jangan pernah bilang menjadi dokter itu mudah."Kalimat itu terngiang di kepala Dirga sejak pagi buta. Entah mengapa, hari ini dia mengenakan jas putih dan berdiri di depan rumah sakit milik ayahnya—bukan sebagai anak pemilik, melainkan sebagai dokter baru.Ya, entah mimpi apa yang menghampirinya semalam. Dirga, si paling anti bau rumah sakit, kini resmi bertugas sebagai residen di Poli Anak.“Dokter Dirga, pasien pertama sudah menunggu di dalam,” ujar seorang perawat sambil tersenyum manis.Dirga mengangguk, mencoba tampak tegar. Namun, tangannya gemetar saat membuka pintu ruang periksa.Di sanalah bencana pertama dimulai.“Aku tidak mau disuntik!!” jerit seorang bocah lima tahun sambil melempar botol minum ke arah wajah Dirga.“Tenang … Dokter tidak gigit, sungguh.”Seketika boneka putih mendarat keras tepat di antara alisnya.Hari pertama, tiga pasien anak menangis, satu muntah di pangkuannya, dan satu lagi kabur lewat jendela kecil.Sesampainya di rumah, Dirga duduk lemas di meja

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 338 : Kehidupan Bahagia 6 D

    12 Tahun Kemudian"Berisik banget sih! Bisa nggak sekali aja nggak nangis?" teriak Draven dari ambang pintu kamarnya.Anak laki-laki berusia 13 tahun itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kesal. Dia mendelik ke arah Diana—adik perempuannya—yang lagi sesenggukan di tengah lorong lantai dua.Diana, dengan mata berkaca-kaca, mendongak marah. "Bukan bantu aku, malah ngomel! Huh!" serunya sambil mengusap kasar air mata."Bantu apa? Kamu tuh cengeng!" balas Draven sengit.“Dash ambil cokelatku lagi, padahal sisa sedikit tahu!” lontar Diana dengan bibir merah mudanya.Sebelum pertengkaran makin memanas, suara pintu kamar terbuka terdengar dari sisi lainnya. Seketika Diana berlari ke arah sumber suara, meninggalkan Draven yang masih berwajah masam.Diana berdiri tepat di depan seorang remaja laki-laki yang baru saja keluar dari kamar. Rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.“Kak Dirga,” rajuk Diana, sambil menerjang ke pelukan kakaknya.Dirga telah tumbuh menjadi pemuda tampan berus

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 337 : Mimpi yang Terwujud

    Satu Tahun Kemudian--Birmingham, InggrisUdara musim semi yang sejuk menyapa kota Birmingham saat mobil yang dikemudikan Darius melaju pelan memasuki area Rumah Sakit JB. Di sebelahnya, Maharani menatap keluar jendela dengan kening berkerut."Kenapa ke rumah sakit?" tanyanya heran, sambil merapikan pakaiannya.Darius hanya tersenyum tipis, tidak menjawab.Maharani makin bingung. "Kita mau sakit? Atau mau jenguk seseorang?"Darius menggeleng pelan, tetap dengan ekspresi datarnya yang membuat Maharani makin penasaran."Darius ... ada apa sebenarnya?" tanya Maharani lagi, sedikit merajuk."Ikut saja dulu," sahut Darius tenang, sambil menggandeng tangan istrinya.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang bersih dan wangi. Sesekali Maharani melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya mereka tiba di sebuah poli, dan seorang dokter bule menyambut dengan ramah."Good afternoon, Mr. and Mrs. Darmawan," sapa dokter itu.Maharani yang masih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 336 : Aku Pusing, Ma, Pa

    "Waaa! Waaah!" Dirga panik bukan main saat mendengar tangisan nyaring menggema dari boks bayi di ruang keluarga. Dia buru-buru mengintip ke sumber suara yang mengganggu acara televisi kesukaannya. "Dash jangan nangis dong ... Kamu ‘kan udah minum susu tadi," bujuk Dirga sambil mengelus pipi sang adik dengan tangan kecilnya. Belum sempat Dashel tenang, tangisan lain menyusul. Dirga nyaris melompat kaget. "Aduh, Di ... jangan ikut-ikutan, ya," keluhnya. Sambil setengah berjongkok, Dirga mengambil botol susu yang tadi diletakkan pengasuh di meja dekat boks, mencoba menyerahkannya pada Diana. Dirga menoleh dengan wajah bingung, kedua tangannya sudah sibuk masing-masing memegang satu botol susu. Dia mencoba menyeimbangkan keduanya sambil terus berbicara setengah memohon, setengah bingung, "Diam, ya, ssst ... sebental lagi Mama pulang, kok ... Sabal." Dirga bagai seorang kapten kapal kecil mencoba menenangkan tiga anak buahnya yang memberontak bersamaan. Ya, memang Draven agak lebih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 335 : Kekompakan Papa Denver dan Dirga

    Dua bulan setelah kelahiran tiga malaikat kecil mereka, kediaman Denver dan Dewi berubah menjadi kehebohan yang tiada henti. Meskipun sudah ada empat pengasuh yang disiapkan, untuk Dirga, Draven, Dashel, dan Diana—tetap saja pagi ini kacau balau. Di sudut kamar, Dewi tengah sibuk memompa ASI sembari menyusui Diana. Tubuhnya agak membungkuk, dengan rambut disanggul seadanya, dan wajah cantik itu terlihat sedikit pucat. Sementara itu, Dirga mondar-mandir dari kamar ke kamar, keningnya berkerut karena kesal. "Aduh, di mana, ya, kaus kaki dino?" rengeknya, suara kecil itu sungguh nyaring memenuhi seluruh rumah. Pengasuh sudah menawarkan beberapa pasang kaus kaki yang lain, tetapi Dirga menggeleng keras. "Dirga, ini kaus kakinya sudah dicuci bersih. Pakai saja ini, ya?" bujuk pengasuhnya lembut. "Bukan itu!" Dirga berteriak kecil, lalu berlari ke kamar Dewi. Sayang, yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah kecil yang mantap, dia menuju kamar bayi dan menemukan Dewi sedang menyusu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 334 : Sibling Goals 2

    Pukul delapan pagi, suasana ruang presidential suite sudah jauh berbeda dari kemarin. Aroma antiseptik khas rumah sakit masih tercium, tetapi kini bercampur dengan tawa kecil dan desah lega yang menghangatkan udara di sekitar.Di ranjang besar berseprei putih bersih itu, Dewi duduk sembari bersandar lemah. Ya, tubuhnya masih tampak pucat, tetapi mata sipit itu berbinar lembut. Di pelukannya, Dirga sedang berbaring, melepas rindu katanya. Satu tangan mungil itu menggenggam erat piyama rumah sakit Dewi, tidak mau terpisah lagi.“Aku sayang Mama,” bisik anak itu.Dengan jemarinya, Dewi membelai rambut putra pertamanya. Dia menunduk dan mencium kening mungil itu beberapa kali, tentu penuh rasa rindu yang menyesak dada.“Mama juga sayang banget sama Kakak Dirga,” balas Dewi, diikuti senyum merekah.Sedangkan Denver berdiri di sis ranjang. Dia memeriksa kondisi Dewi. Tangan pria itu sesekali menyentuh pergelangan tangan istrinya, mengecek denyut nadi yang masih terasa lemah, tetapi stabil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status