Share

Bab 220 : Pasien Nomor 1

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 16:15:36

“Dewi, kamu jangan terlalu capek!” seru Oma Nayla sambil mengamati tangan Dewi yang cekatan menuangkan bawang goreng ke dalam pan. “Apa Denver ngidam makanan ini?” tanyanya dengan nada penasaran.

Dewi tersenyum simpul, lalu menggeleng pelan. Tatapan Oma Nayla pun makin menajam, penuh selidik.

“Hari ini … Dewi mau ketemu Ayah,” aku wanita itu dengan suara gugup.

Sejak pertemuan tempo hari dengan Darius, kata-kata pria itu terus terngiang di kepalanya. Beberapa hari ini Dewi merasa gelisah, seolah ada duri yang menusuk hatinya.

Dia bahkan beberapa kali meminta maaf kepada Denver atas kesalahannya. Beruntung, sang suami tidak mengungkit hal itu.

Akan tetapi, Dewi tahu, ada yang berubah. Denver jadi lebih protektif dari biasanya. Dia sering memergoki sang suami memeriksa ponselnya diam-diam di tengah malam. Bahkan, pria itu kini menugaskan pengawal memperketat pengawasan dan melaporkan setiap gerak-geriknya di luar rumah.

Dewi tahu,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 221 : Istri Anda Kecelakaan

    Sejak merasakan sesuatu yang janggal, Dewi melamun sebab pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Apakah yang dirasakannya itu hanya perasaan sesaat, atau memang ada sesuatu yang tidak beres? “Dewi, kamu kenapa?” tanya Danis yang berbisik, karena saat ini mereka sedang mendengarkan penjelasan Dokter James. Dewi tersentak dari lamunan. Dia langsung gelagapan, tangannya refleks menyentuh pelipis, mencari alasan yang masuk akal. “Kalau masih sakit, sebaiknya kamu sekalian periksa saja,” sambung Danis dengan tatapan penuh kecemasan. “Oh, aku … kepikiran Dirga di day care .” Dewi mencoba tersenyum, meskipun perasaan tidak nyaman masih menyelimutinya. Dia lantai kembali menyimak penjelasan Dokter James mengenai kondisi jantung Danis. Pemeriksaan selesai, keduanya berjalan menuju farmasi. Namun, ada sesuatu yang mengusik Dewi. Perasaan aneh seolah sepasang mata terus mengawasinya. Beberapa kali dia menoleh ke belakang, dan yang terlihat hanya seorang pengawal sibuk mengawasinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 222 : Aku Takut Sayang

    Denver mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri lalu menjawab dengan suara dalam dan mantap, "Ada saraf di pinggulmu yang terjepit, Sayang. Aku pastikan kamu mendapatkan penanganan terbaik."Dewi menegang. Napasnya seketika terasa berat. Jantung wanita itu berdetak lebih cepat, seolah-olah baru saja mendengar vonis yang mengancamnya.Tangan Dewi mengepal di atas selimut, dingin dan gemetar. Mata hitamnya berkaca-kaca, menatap wajah Denver dengan campuran takut dan cemas."Apakah ini memengaruhi kehamilanku?" Suaranya lirih.Denver menggenggam tangannya erat, berusaha menyalurkan ketenangan melalui sentuhan."Aku di sini. Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau anak kita. Aku janji."Ucapan itu memang manis dan meyakinan, tetapi kegelisahan tetap menghantui Dewi. Dia takut, bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang tengah dikandungnya.Bahkan dia harus menginap di rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.Malam itu, Oma Nayla, Astuti, dan Mahar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 223: Pilihan Sulit

    "Kamu?!" seru kedua orang itu bersamaan, mata mereka membulat penuh keterkejutan.Maharani terhenyak, tetapi cepat tersadar bahwa Dewi sedang membutuhkannya. Pandangan wanita itu tertuju pada jas putih yang dikenakan pria di hadapannya."Kamu wanita menyebalkan yang memukulku waktu itu ‘kan?!" lantang Darius penuh tuduhan."Iya, maaf, ya," jawab Maharani canggung, tangannya saling merapat berusaha meminta maaf. Namun, tanpa menunggu balasan, dia segera menarik tangan pria itu. "Kamu dokter ‘kan? Ayo, Dewi butuh bantuan!"Darius terpaksa mengikuti Maharani, dan begitu tiba di taman, Dewi mendongak dengan wajah pucat, mata ibu hamil itu sayu menatap orang yang mendekatinya."Dokter Darius ...," gumamnya lemah, bibir Dewi melengkungkan senyum kecil, meskipun tubuhnya gemetar menahan nyeri.Darius segera membawa Dewi kembali ke kamar dan memberikan obat pereda nyeri. Dewi mengerang pelan saat efek obat mulai bekerja, tetapi keringat dingin tetap membasahi pelipisnya."Seharusnya kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 224 “ Istri atau Anak?

    “Mon ange … ayo, makan.”Denver menyodorkan sendok berisi bubur ayam ke bibir Dewi, tapi wanita berbadan dua itu hanya diam, bibirnya tetap rapat seolah enggan menerima apa pun ke dalam tubuhnya.Bahkan untuk sekadar meneguk air putih, Dewi kesulitan. Denver menghela napas panjang, matanya kembali melirik saluran infus yang terpasang di lengan sang istri, memastikan cairan tetap mengalir agar Dewi tidak dehidrasi.Dewi menggeleng pelan, tatapannya kosong, dan setetes air mata jatuh tanpa dia sadari.Isakan Dewi makin terdengar ketika membayangkan kemungkinan kehilangan anak ini. Dia membelai perutnya, mencoba merasakan keberadaan sang buah hati yang bahkan belum bisa dilihat. Rasa bersalah membebani hatinya.“Kamu boleh sedih, tapi jangan menghukum diri sendiri, Sayang. Anak kita butuh kamu, butuh kekuatanmu,” tutur Denver dnegan bergetar pelan, berusaha menenangkan, meskipun tangannya yang menggenggam mangkuk makin erat hingga buku-buku jarinya memutih.Sudah lebih dari dua hari Dewi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 225 : Tidak Bisa Kehilangan Kamu!!!!

    "Dewi!"Denver berlari keluar dari ruangannya, pikiran pria itu dipenuhi wajah pucat dan rintihan kesakitan sang istri. Dadanya bergemuruh, dihantui perasaan bersalah karena telah meninggalkan Dewi begitu lama.Saat hendak menuju bangsal VIP, tiba-tiba suara asistennya meneriakkan sesuatu, "Dok! Bukan ke sana!"Denver tersentak, lalu berbalik. Tanpa banyak bertanya, dia mengikuti asisten yang menarik lengannya dengan tergesa.Pikiran Denver bercabang antara Dewi, ruang operasi, Dokter Ket. Apakah Dewi sedang dioperasi? Namun, langkah mereka mengarah ke tempat yang lain.Ketika Denver tiba di ruang perawatan yang tak asing, mata karamelnya langsung tertumbuk pada seorang perawat yang tengah melepas alat medis dari tubuh pasien yang telah terbujur kaku.Nafas Denver tertahan."Carissa?" gumam pria itu. Dia melangkah maju, mendekati tubuh mantan istri yang kini tidak bernyawa."Waktu kematian, pukul 20.49," ujar dokter Daniel terdengar datar.Petugas ruang jenazah telah bersiap untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 226: Mama!

    "Aku bisa! Ini hanya perlu menunggu sebentar lagi. Benar ‘kan, Sayang?" Dewi berbisik, berbicara pada bayi di dalam kandungannya.Senyum getir menggores wajah tirus itu, menyembunyikan kepedihan yang makin menyesakkan dada.Dia sudah memutuskan. Meskipun ini bukan hal yang mudah, tetapi dia memilih mempertahankan kandungannya. Tidak peduli berapa banyak orang di sekitar yang memaksanya untuk mengakhiri kehamilan ini—termasuk Danis, yang kini menatapnya dengan sorot mata penuh kekecewaan."Dewi ...," lirih pria paruh baya itu bergetar, "kamu sudah tahu risikonya, Nak. Ayah rasa—""Ayah," potong Dewi dengan suara yang lebih lemah dari sebelumnya. "Semua orang punya pilihan, bukan? Aku sudah memilih. Aku akan melakukan pengobatan setelah melahirkan."Danis menghela napas panjang, lalu geleng-geleng. Sebagai Ayah, hatinya berat melihat putri yang begitu keras kepala, seolah mengabaikan bahaya mengintainya. Namun, dia juga tahu Dewi tidak akan mengubah keputusan.Sejak pagi tadi, rasa sakit

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 227 : Pasrah

    Denver menelan ludah dengan susah payah. Ada sesuatu yang terasa mengganjal di tenggorokannya, membuat setiap gerakan terasa memilukan. Dengan langkah berat, dia mendekati ranjang.Tatapan pria itu terpaku pada seprai putih yang kini ternoda. Napasnya makin memburu, dan tanpa sepengetahuan Dewi, tangannya mencengkeram erat kaki sang istri.Dia sengaja menekan lebih kuat, kukunya menggurat kulit Dewi hingga meninggalkan jejak samar. Namun, wanita itu sama sekali tidak menyadarinya. Dia begitu larut dalam percakapannya dengan Dirgantara."Mama, peluk Mama lagi!" celoteh Dirga dengan mata berbinar, menarik perhatian Dewi sepenuhnya.Dewi tersenyum lembut, merengkuh tubuh kecil itu dalam dekapan hangat. "Setelah Mama sembuh, kita main petak umpat, ya? Nanti Mama yang cari Dirga, mau?""Hole, mau, dong, Mama!" pekik bocah itu dengan suara cemprengnya yang penuh kegembiraan.Tidak seorang pun menyadari perubahan ekspresi Denver. Wajah tampannya yang semula datar kini mengeras, sorot mata kar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 228 : Menunggu Kamu Bangun

    "Aku bisa!" ucap Denver sekali lagi, suaranya bergetar dan penuh keyakinan. Dia mengepalkan tangan, berusaha meredam gemetaran yang mulai terasa.Akan tetapi, para dokter lain saling bertukar pandang, memberi isyarat satu sama lain. Beberapa menggeleng, menunjukkan keraguan mereka. Saat Denver menengadahkan tangan, meminta peralatan lagi, perawat yang bertugas tidak memberikannya."Kamu tidak memercayaiku? Aku ini suaminya! Aku tidak mungkin membahayakan istriku sendiri!" sergah Denver, emosinya meluap.Frustrasi, dia hendak meraih troli peralatan sendiri. Namun, di detik terakhir, langkah Denver tertahan.Sebagai dokter senior sekaligus wakil direktur, Dokter Ket mengambil inisiatif untuk segera menghubungi dokter lain. Namun, sebelum panggilannya tersambung, koordinator ruangan bersuara."Dokter Evi sedang di ruang operasi empat. Pasiennya tidak bisa ditinggal."Denver makin gelisah. "Dokter Ket, aku bisa melakukannya!" tegasnya, dengan mata memancarkan kegigihan bercampur keputusas

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : BIDADARI CANTIK DI ATAS CATWALK

    Siang itu, butik kecil bernuansa pastel milik Diana tampak tenang. Tirai tipis bergoyang lembut tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di sudut ruangan, Diana sedang memeriksa detail bordiran pada salah satu gaun yang akan digunakan untuk pemotretan pernikahan besok. Jemarinya bergerak perlahan, matanya fokus, dengan senyum yang tetap lembut. “Cantik banget, Diana .…” Suara wanita dari pintu membuat Diana menoleh. “Tante Rani!” seru Diana pelan, senyumnya makin mengembang. Dia segera bangkit dan memeluk teman mamanya itu. Maharani tertawa kecil, lalu menunjuk gaun di tangan Diana. “Kalau kamu yang pakai, pasti tambah sempurna. Sumpah, waktu lihat kamu di catwalk bulan lalu … Tante sampai mikir, ini manusia apa bidadari, sih?” Diana mengerucutkan bibirnya merahnya, lalu menepuk lengan Maharani dengan. “Berlebihan banget, Tante. Tapi makasih, ya. Aduh, jadi malu.” Mereka duduk di sofa mungil dekat jendela. Maharani membuka kotak kecil berisi bros handmade yang ingin dia titipkan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : DOKTER BEDAHKU TAMPAN

    “Dokter, bolehkah kami berfoto bersama sebelum operasi?” Dashel menoleh dengan senyum khasnya. Wajahnya yang sebagian tertutup masker dan sorot mata yang tajam membuat beberapa perawat tak kuasa menyembunyikan rona merah di pipi mereka. “Boleh saja,” jawab pria itu santai sambil mengangkat dua jari ke arah kamera. “Asalkan jangan sampai pasiennya menunggu terlalu lama. Bisa-bisa dia memutuskan kabur.” Si paling usil dari keluarga Denver, kini telah menjelma menjadi salah satu dokter bedah muda yang paling diidolakan di rumah sakit. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis di Johns Hopkins University, sebuah institusi kedokteran bergengsi, Dashel—yang akrab disapa Dash—kembali ke Indonesia membawa pulang segudang prestasi serta rasa percaya diri yang tak terbendung. Akan tetapi, sesungguhnya transformasi Dash bukan hanya terlihat dari gelar dan jas putih yang kini melekat di tubuh atletisnya. Di ruang operasi, dia menjadi sosok yang sangat berbeda dari kesehariannya. Dash sela

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : SI PRESIDIR YANG NYEBELIN

    Pukul tujuh pagi, lantai tertinggi gedung J&B Pharmacy sudah dipenuhi staf yang pucat pasi. Mereka berlarian, merapikan berkas, menyusun slide, mengecek statistik berkali-kali. Hal ini karena ada yang menakutkan, Akashan Draven Bradley mulai menjadi presdir. "Dia sudah di ruang rapat?" bisik salah satu staf. "Sudah. Dari jam enam empat puluh," jawab yang lain pelan, seakan menyebut nama Draven terlalu keras bisa bikin dicoret dari daftar gaji. Di ruang rapat, suasana membeku. Draven duduk di ujung meja panjang, mengenakan jas hitam pekat, dasinya lurus, rambutnya klimis tak bergerak. Tatapannya setajam pisau bedah. “Proyeksi penjualan kalian di kuartal ini ... menyedihkan,” kata Draven sambil menatap grafik. Salah satu kepala divisi mencoba menjelaskan, “Kami mengalami hambatan distribusi karena banjir—” “Jadi kamu biarkan masyarakat tidak dapat obat hanya karena hujan?” Suaranya datar dan dingin. “Kamu kerja untuk perusahaan farmasi. Kalau distribusimu kalah sama cuaca, se

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   SPECIAL CHAPTER : KALAU DIRGA JADI DOKTER

    "Jangan pernah bilang menjadi dokter itu mudah." Kalimat itu terngiang di kepala Dirga sejak pagi buta. Entah mengapa, hari ini dia mengenakan jas putih dan berdiri di depan rumah sakit milik ayahnya—bukan sebagai anak pemilik, melainkan sebagai dokter baru. Ya, entah mimpi apa yang menghampirinya semalam. Dirga, si paling anti bau rumah sakit, kini resmi bertugas sebagai residen di Poli Anak. “Dokter Dirga, pasien pertama sudah menunggu di dalam,” ujar seorang perawat sambil tersenyum manis. Dirga mengangguk, mencoba tampak tegar. Namun, tangannya gemetar saat membuka pintu ruang periksa. Di sanalah bencana pertama dimulai. “Aku tidak mau disuntik!!” jerit seorang bocah lima tahun sambil melempar botol minum ke arah wajah Dirga. “Tenang … Dokter tidak gigit, sungguh.” Seketika boneka putih mendarat keras tepat di antara alisnya. Hari pertama, tiga pasien anak menangis, satu muntah di pangkuannya, dan satu lagi kabur lewat jendela kecil. Sesampainya di rumah, Dirga duduk lema

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 338 : Kehidupan Bahagia 6 D

    12 Tahun Kemudian"Berisik banget sih! Bisa nggak sekali aja nggak nangis?" teriak Draven dari ambang pintu kamarnya.Anak laki-laki berusia 13 tahun itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kesal. Dia mendelik ke arah Diana—adik perempuannya—yang lagi sesenggukan di tengah lorong lantai dua.Diana, dengan mata berkaca-kaca, mendongak marah. "Bukan bantu aku, malah ngomel! Huh!" serunya sambil mengusap kasar air mata."Bantu apa? Kamu tuh cengeng!" balas Draven sengit.“Dash ambil cokelatku lagi, padahal sisa sedikit tahu!” lontar Diana dengan bibir merah mudanya.Sebelum pertengkaran makin memanas, suara pintu kamar terbuka terdengar dari sisi lainnya. Seketika Diana berlari ke arah sumber suara, meninggalkan Draven yang masih berwajah masam.Diana berdiri tepat di depan seorang remaja laki-laki yang baru saja keluar dari kamar. Rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.“Kak Dirga,” rajuk Diana, sambil menerjang ke pelukan kakaknya.Dirga telah tumbuh menjadi pemuda tampan berus

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 337 : Mimpi yang Terwujud

    Satu Tahun Kemudian--Birmingham, InggrisUdara musim semi yang sejuk menyapa kota Birmingham saat mobil yang dikemudikan Darius melaju pelan memasuki area Rumah Sakit JB. Di sebelahnya, Maharani menatap keluar jendela dengan kening berkerut."Kenapa ke rumah sakit?" tanyanya heran, sambil merapikan pakaiannya.Darius hanya tersenyum tipis, tidak menjawab.Maharani makin bingung. "Kita mau sakit? Atau mau jenguk seseorang?"Darius menggeleng pelan, tetap dengan ekspresi datarnya yang membuat Maharani makin penasaran."Darius ... ada apa sebenarnya?" tanya Maharani lagi, sedikit merajuk."Ikut saja dulu," sahut Darius tenang, sambil menggandeng tangan istrinya.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang bersih dan wangi. Sesekali Maharani melirik ke kanan dan kiri, mencoba mencari petunjuk apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya mereka tiba di sebuah poli, dan seorang dokter bule menyambut dengan ramah."Good afternoon, Mr. and Mrs. Darmawan," sapa dokter itu.Maharani yang masih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 336 : Aku Pusing, Ma, Pa

    "Waaa! Waaah!" Dirga panik bukan main saat mendengar tangisan nyaring menggema dari boks bayi di ruang keluarga. Dia buru-buru mengintip ke sumber suara yang mengganggu acara televisi kesukaannya. "Dash jangan nangis dong ... Kamu ‘kan udah minum susu tadi," bujuk Dirga sambil mengelus pipi sang adik dengan tangan kecilnya. Belum sempat Dashel tenang, tangisan lain menyusul. Dirga nyaris melompat kaget. "Aduh, Di ... jangan ikut-ikutan, ya," keluhnya. Sambil setengah berjongkok, Dirga mengambil botol susu yang tadi diletakkan pengasuh di meja dekat boks, mencoba menyerahkannya pada Diana. Dirga menoleh dengan wajah bingung, kedua tangannya sudah sibuk masing-masing memegang satu botol susu. Dia mencoba menyeimbangkan keduanya sambil terus berbicara setengah memohon, setengah bingung, "Diam, ya, ssst ... sebental lagi Mama pulang, kok ... Sabal." Dirga bagai seorang kapten kapal kecil mencoba menenangkan tiga anak buahnya yang memberontak bersamaan. Ya, memang Draven agak lebih t

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 335 : Kekompakan Papa Denver dan Dirga

    Dua bulan setelah kelahiran tiga malaikat kecil mereka, kediaman Denver dan Dewi berubah menjadi kehebohan yang tiada henti. Meskipun sudah ada empat pengasuh yang disiapkan, untuk Dirga, Draven, Dashel, dan Diana—tetap saja pagi ini kacau balau. Di sudut kamar, Dewi tengah sibuk memompa ASI sembari menyusui Diana. Tubuhnya agak membungkuk, dengan rambut disanggul seadanya, dan wajah cantik itu terlihat sedikit pucat. Sementara itu, Dirga mondar-mandir dari kamar ke kamar, keningnya berkerut karena kesal. "Aduh, di mana, ya, kaus kaki dino?" rengeknya, suara kecil itu sungguh nyaring memenuhi seluruh rumah. Pengasuh sudah menawarkan beberapa pasang kaus kaki yang lain, tetapi Dirga menggeleng keras. "Dirga, ini kaus kakinya sudah dicuci bersih. Pakai saja ini, ya?" bujuk pengasuhnya lembut. "Bukan itu!" Dirga berteriak kecil, lalu berlari ke kamar Dewi. Sayang, yang dicarinya tidak ada. Dengan langkah kecil yang mantap, dia menuju kamar bayi dan menemukan Dewi sedang menyusu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 334 : Sibling Goals 2

    Pukul delapan pagi, suasana ruang presidential suite sudah jauh berbeda dari kemarin. Aroma antiseptik khas rumah sakit masih tercium, tetapi kini bercampur dengan tawa kecil dan desah lega yang menghangatkan udara di sekitar.Di ranjang besar berseprei putih bersih itu, Dewi duduk sembari bersandar lemah. Ya, tubuhnya masih tampak pucat, tetapi mata sipit itu berbinar lembut. Di pelukannya, Dirga sedang berbaring, melepas rindu katanya. Satu tangan mungil itu menggenggam erat piyama rumah sakit Dewi, tidak mau terpisah lagi.“Aku sayang Mama,” bisik anak itu.Dengan jemarinya, Dewi membelai rambut putra pertamanya. Dia menunduk dan mencium kening mungil itu beberapa kali, tentu penuh rasa rindu yang menyesak dada.“Mama juga sayang banget sama Kakak Dirga,” balas Dewi, diikuti senyum merekah.Sedangkan Denver berdiri di sis ranjang. Dia memeriksa kondisi Dewi. Tangan pria itu sesekali menyentuh pergelangan tangan istrinya, mengecek denyut nadi yang masih terasa lemah, tetapi stabil.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status