Share

BAB 4 SIAPA KAU?

Aldrich mengangkat wajah, menatap sang ibu yang sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. "Aku senang mama sudah terlihat sehat," ucapnya, kemudian memandang yang lain, "Apakah kita sudah bisa sarapan sekarang?"

Mengangguk serempak seperti sudah melakukan latihan sebelumnya. "Kak, kamu membuat kami takut, ayolah sekali saja jangan kaku," kata Rea mengambil sendok dan langsung mengaduk sup ayam miliknya.

Semua orang menoleh pada Rea, kemudian menoleh lagi pada Aldrich, pria satu ini memang sulit sekali ditaklukkan.

"Sudah, ayo kita mulai sarapannya," ujar nyonya Vianka akhirnya yang yang langsung disetujui oleh mereka semua.

Seperti biasa, tidak ada suara di meja makan, semuanya merasa tegang dan tertekan.

Selesai dengan sarapan mereka, semua keluarga yang lain sudah berdiri dan meninggalkan ruang makan, menyisakan ibu dan anak yang masih betah disana.

"Olivia adalah gadis yang baik, Rich."

Menghela napas pelan. Pria dengan wajah gagah itu menatap ibunya lamat, "Aku akan mengatakan pada mama kapan aku siap," senyum bahagia terbit dari nyonya Vianka, namun ucapan selanjutnya membuat ibu dua anak itu kembali murung, Rich berkata, "Aku sendiri yang akan mencari calonku," katanya berdiri dan mencium pipi sang ibu.

"Rich ...."

"Ma, aku akan kembali dalam beberapa hari, mama jaga kesehatan." Setelahnya pria bertubuh tinggi gegap itu berlalu meninggalkan sang ibu yang hanya mendesah pelan.

"Jangan terlalu memaksa, Rich tahu mana yang terbaik untuknya," kata seorang wanita paruh baya--nenek Rich.

"Mama benar, akan tetapi aku masih ragu, bagaimana kalau anak itu memang memutuskan untuk tidak menikah?

______

"El, maafkan aku, tapi ... em, mamaku sudah akan kembali dan aku--," seorang wanita seusia Elea menggaruk tengkuknya, merasa tidak enak tetapi dia harus melakukannya.

"Tenang saja, aku akan mencari kontrakan baru siang nanti." Elea tersenyum kaku, sudah seharusnya memang dia tidak marah, ibu temannya tidak menyukai keberadaannya.

"Kamu tidak akan marah, 'kan?" katanya meyakinkan lebih jelas.

"Em, kamu jangan khawatir, aku baik-baik saja."

Pagi itu juga, Elea langsung keluar dari rumah temannya, menuju ke tempatnya bekerja, karena siang nanti dia harus sudah mendapatkan kontrakan baru.

"Kenapa nasibku sangat buruk," keluhnya di dalam bus dengan wajah yang tidak terlihat segar sama sekali.

Menghela napas lagi, dia melanjutkan. "Kenapa sampai hari ini ponsel Julian tidak juga bisa di hubungi, ya?"

Sepanjang jalan, Elea memikirkan banyak hal di otaknya, ingin kembali ke kota kelahirannya tetapi biaya yang tidak ada. Ingin kabur tetapi juga tidak tahu harus kemana.

Sampai di tempat tujuan, di sebuah restoran besar di pinggir pantai. Ia turun dengan membawa koper miliknya.

"Kau ingin kemana El?" tanya teman lelakinya yang sudah melepas topi melihat kedatangan sang teman.

"Nyonya yang memiliki kontrakan mengusirku." sedihnya menarik koper dan memasukkannya di dalam resto. Elea masuk ke ruang ganti kemudian keluar setelah sudah siap.

"Mengusirmu? Kenapa? Kau membawa kekasihmu kedalam?" Goda temannya.

Lemparan kain tepat sasaran, Elea mendengus. "Aku bahkan tidak tahu kemana Julian, ponselnya sudah tidak bisa dihubungi setelah kejadian itu."

"Kejadian apa?" tanyanya penasaran. Ia mendekat ke adah Elea dan duduk di sebelahnya.

"Bukan kejadian apapun, sudahlah, kita bekerja saja, nanti bos datang dengan wajah muram, kita juga yang susah."

Mengangguk, keduanya berdiri dan mulai membersihkan resto sebelum buka satu jam lagi.

Di ujung sana, seorang pria dengan kacamata bening sudah melaporkan semua yang diketahuinya pada sang tuan.

Sekarang dia hanya perlu menunggu sampai resto di buka dan dia menjalankan aksinya.

Situasi saat itu cukup mendukung, cuaca bahkan memihak pada Jack yang berada di dalam mobil satu jam lamanya. Pria yang Aldrich perintahkan menjaga Elea itu turun dengan langkah tegap ke adah resto yang masih terlihat sepi.

"Tuan, Anda ingin memesan apa?" tanya Elea membuat sebuah buku khusus juga pulpen di tangannya.

"Berikan saja aku makanan yang paling mahal, juga dengan minuman terbaik kalian," jawab Jack masih dengan kacamata bening yang tidak ingin dilepasnya.

"Baik. Ada lagi?" Jack menggeleng menandakan bahwa dia memang hanya membutuhkan itu saja untuk sarapannya.

Seperginya Elea, Jack langsung menjalankan aksinya setelah meretas cctv resto agar apa yang dilakukannya tidak diketahui.

"Beres," batinnya lega.

"Tuan, silahkan, makanan Anda." Elea menyajikan pesanan Jack dengan sangat rapi, untuk mendapatkan pelanggan tetap memang diwajibkan untuk terus menar senyum dan ramah.

Jack menikmati makanannya dengan santai karena belum ingin meninggalkan restoran. Hingga suara bentakan terdengar membuatnya harus menghentikan kunyahnya.

"Kamu harus melunasinya sekarang juga, Nona!" Gertak seorang pria berbadan besar di hadapan Elea dan beberapa pegawai lainnya.

"Tuan, tapi ini masih tanggal 7, pembayaran dilakukan tanggal 10, masih ada waktu," tolak Elea merasa tidak bersalah sama sekali.

"Sayang sekali, tetapi bos kami tidak peduli tentang itu, nona bayar pinjaman itu atau restoran ini kami hancurkan!"

Mata Elea membola, bagaimana bisa masalahnya menjadi masalah orang lain juga, "Anda bercanda? Jangan libatkan tempat ini, tapi saya memang tidak ada uang saat ini," katanya mencoba bernegosiasi.

"Elea, bagaimana ini, bos akan marah kalau sampai tahu hal ini," bisik temannya yang lain.

"Tuan, tolonglah, beri aku waktu seperti perjanjian, tanggal 10 besok saya akan lunaskan semuanya," mohonnya dengan yakin. Dia masih ada sedikit uang persiapan untuk beberapa hari, mungkin dia akan menggunakan itu nanti.

"Jangan mencoba berbohong atau kabur, karena data keluargamu sudah bersama kami!" Serunya dengan wajah tidak sabar sejak tadi.

"Saya berjanji, jangan libatkan mereka, aku mohon."

Jack yang berada di sana langsung maju, menatap ke tiga pria berbadan besar yang sejak tadi menunjuk sang nona milik tuannya dengan telunjuk, "Berapa hutang nona itu?" kata Jack mengabaikan beberapa wanita yang tidak berkedip saat melihatnya.

"Siapa kau?"

"Jawab saja, berapa hutanya sampai kalian membentak wanita seperti itu?"

Berdecak, pria berbadan besar dengan rambut ikalnya itu mendekat, "Kau ingin membayarnya? Kau mengenalnya? Atau kau adalah salah satu pelanggannya?" suara tawa menggema mengejek terdengar, Elea mengepalkan tangan karena tidak terima disindir seperti itu.

Wanita dengan paras ayu itu, mengepalkan tangan karena mendengar ejekan itu untuknya.

Jack menghela napas, "Katakan saja, berapa yang harus ku bayar!"

"500 dollar, beserta bunganya,"

Elea terbelalak saat Jack langsung menuliskan angka di atas kertas untuk ketiga pria itu katakan, ia mendekat dan menatap mereka tidak terima.

"Jangan berikan, pinjamanku tidak sebanyak itu, mereka penipu!" pungkasnya.

Jack mengerutkan kening, "Kalian bisa jelaskan atau aku membawa ini ke ranah hukum," ucapnya.

"Kalian, kalian ingin menipu? Aku sudah membayar setengahnya," jelas Elea melotot tidak terima.

"Nona jika ingin protes, maka datanglah pada bos kami. Dia mungkin saja akan mendengarkan ocehanmu itu," kata salah seorang yang sudah tidak bisa menahan diri untuk pergi.

"Ambil saja ini dan jangan lagi menampakkan diri pada nona ini," kata Jack menyerahkan kertas yang sudah di tulisnya tadi pada kedua orang bertubuh raksasa itu.

"Tuan tapi hutangku tidak sebanyak itu," protesnya, membayangkan uang 250 dolar bisa menghidupinya beberapa bulan.

"Tidak masalah, nona jangan khawatirkan itu," kata Jack mengakhiri perbincangan mereka kemudian pamit setelah membayar tagihan.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, dimana ya? Ah, iya aku ingat dia ...." Elea berlari keluar mengejar Jack yang sudah akan masuk mobilnya.

"Tuan, tolong tuliskan nama dan alamat Anda, setelah mendapatkan bayaran, saya akan melunasi hutang yang tadi," ucap Elea masih dengan otak memikirkan wajah di depannya, dia yakin dengan pikirannya tetapi juga sedikit ragu.

"Saya ikhlas, Nona." Jack sudah akan masuk namun suara berikutnya membuatnya berbalik dan menghadap Elea lagi.

"Tuan mengenal tuan Aldrich?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status