Share

BAB 5 JADI IKUT DENGANKU?

Hanya deheman yang Elea terima, setelahnya Jack benar-benar meninggalkan lokasi tempat Elea berdiri mematung dengan pikirannya.

Seseorang menepuk pundak Elea dengan keras, "Dia siapa?" tanyanya dengan memandang arah yang sama dengan Eleanora.

"Bukan siapa-siapa," cengengesan menggaruk tengkuknya, menghela napas pelan, ia masuk kembali ke dalam resto dan meminta maaf atas ketidaknyaman yang terjadi karena ulahnya.

"Maafkan aku," ucapnya membungkuk pada seluruh pengunjung resto.

Hanya beberapa saja di antara mereka yang merespon selebihnya menganggap itu hal biasa, sehingga tidak perlu dibesarkan.

"Kamu kenal dengan pria tadi?" Teman wanita Elea menyenggol punggungnya pelan seperti menggoda.

"Sepertinya aku pernah melihatnya," jawabnya, tidak mengatakan kebenaran yang lebih.

"Dia tampan, tubuhnya besar dan berotot, oh ... pasti sangat hangat dalam pelukannya," katanya membayangkan tubuh kekar Jack yang di yakininya hangat.

"Jangan terlalu banyak menghayalkan pria, otakmu bisa bermasalah."

"Ck, aku sebenarnya penasaran denganmu, kau normal atau tidak? Cobalah sekali-kali kau mencobanya bersama Julian," tubuh Elea menegang, bayangan malam panasnya bersama Aldrich kembali terlintas begitu saja.

Ia menghindari temannya--Hana, membersihkan apa saja yang ada agar detakan jantungnya kembali normal

Terkekeh. "Kau pasti membayangkan bagaimana nikmatnya, 'kan? Coba saja sekali," desak Hana lagi.

"Tidak, aku tidak sama sepertimu, Hana. Lebih baik sekarang kita melanjutkan pekerjaan, aku harus kembali lebih cepat karena harus mencari kontrakan baru," sedihnya, terus menyemangati dirinya sendiri bahwa dia akan mendapatkan tempat tinggal setelah ini.

Hari berjalan begitu cepat, Elea sudah meminta kembali lebih awal dari biasanya, menarik koper kecil miliknya ke halte.

Berulang kali ia menelepon Julian, namun pria yang menjadi kekasihnya itu tidak juga bisa dihubungi.

"Aku harus kemana?" Batinnya, hari sudah mulai sore tetapi ia belum memiliki tujuan yang jelas.

Masih duduk di halte, memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan. Ia mendongak karena langit sudah meneteskan airnya sedikit demi sedikit hingga terjadilah--hujan.

"Hujan, kenapa harus sekarang kau turun?" semakin sedih rasanya, duduk sendiri seperti itu di tengah hujan.

Setengah jam berlalu, hujan masih belum juga reda, Elea memegang perutnya karena sudah mulai berbunyi.

"Aku lapar," gumamnya menoleh ke kiri dan ke kanan, untuk sampai di kafe ujung dia harus berlari, dan tentu saja akan basah.

Karena suara hujan, ia tidak bisa mendengarkan derap langkah mendekatinya, tetapi, hidungnya masih bisa menangkap wangi parfum seseorang yang dikenalnya.

Ia mendongak setelah menatap lama ujung sepatu mengkilat di hadapannya, "Tuan, Anda?" matanya mengerjap sesaat, mereka saling tatap dalam beberapa saat.

"Berdirilah dan ikut denganku!" katanya langsung membalik diri, meminta Elea mengikuti langkahnya.

Aldrich menoleh karena Elea tidak juga berdiri dari duduknya, "Ingin disini lebih lama atau ikut denganku," ucapnya dengan nada serius.

Elea berdiri, menarik kopernya dan mengekor di belakang Aldrich, selebar apapun langkah Alrich tetap saja keduanya akan basah, karena jarak parkirnya cukup jauh dari tempat Elea tadi.

Di dalam mobil, Elea tidak mengatakan apapun, tubuhnya menggigil dengan perutnya kosong, membuat kondisinya semakin tidak baik.

Aldrich melajukan mobilnya di tengah hujan dan membelah sunyinya malam.

"Kamu kedinginan?"

Mengangguk, Elea memeluk dirinya, semalam dia tidak sempat makan di rumah temannya karena tidak mendapatkan tawaran. Sementara di resto, ia hanya memakan satu potong roti berukuran kecil sebagai sarapannya.

"Pakailah, ini akan sedikit membantu," katanya menyampirkan jasnya yang masih kering pada Elea.

"Hem, terima kasih, Tuan." Elea mengeratkan jas milik Aldrich dan memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil.

Aldrich hanya melirik sekilas dengan terus fokus melajukan mobil dengan jalan yang basah karena hujan semakin deras.

Sampai di sebuah gedung tertinggi, Aldrich melirik Elea yang tidak bergerak sejak tadi.

"Elea," panggilnya. Aldrich kembali melanjutkan, "Kamu tertidur?"

Lagi-lagi tidak ada jawaban. Menghela napas, Aldrich keluar dan berlari ke arah pintu dimana Elea berada.

Benar saja, Elea tertidur, namun yang tidak biasa adalah, tubuh Elea yang demam. Aldrich langsung mengangkat dengan mudah, membawa tubuh kecil Elea naik ke lantai unitnya.

"Jack, telepon dokter, sekarang!" perintahnya melihat Jack yang baru saja keluar dari kamarnya.

Tidak menunggu diperintah dua kali, Jack langsung memanggil Dokter seperti permintaan sang tuan.

Meletakkan Elea dengan hati-hati di atas ranjang, lalu dengan cepat mengganti pakaian wanita malang itu dengan sangat cepat. Aldrich sampai menelan ludah berkali-kali saat tidak sengaja mata dan tangannya menyentuh dan melihat sesuatu yang pernah dia rasakan beberapa hari yang lalu.

Setelah memastikan Elea hangat, Aldrich langsung masuk kamar mandi membersihkan diri sambil menenangkan dirinya sendiri.

Tidak lama, Jack datang dengan seorang Dokter wanita cantik dengan sneli yang menambah kecantikannya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Rich, tatapannya masih datar, namun terlihat sangat menggoda dan panas dengan rambut yang setengah basahnya.

Dokter wanita itu menahan diri agar terlihat biasa, kemudian menjelaskan, "Kelelahan dan beban pikiran," jawabnya sambil berdiri dan membenarkan kemeja miliknya.

"Saya sudah meresepkan vitamin, berikan itu setelah nona ini bangun, dia membutuhkan waktu istirahat dalam beberapa hari, setelahnya dia akan kembali seperti biasa," jelasnya.

Aldrich hanya mengangguk, ia meminta Jack mengantar sang dokter juga memesankan makan malam untuknya.

Jack melihat gelagat sang Dokter yang seperti menolak tetapi karena tidak ingin membantah sang tuan, Jack bersuara, "Dokter, saya akan mengantar Anda kembali,"

Mengangguk, walau hatinya berat namun ia tetap melangkah pergi berharap akan dicegah, tetapi sayangnya itu hal yang mustahil.

"Aku bisa kembali sendiri, terima kasih Jack," katanya menolak dengan senyuman getir.

"Hem, semoga hari Anda baik-baik saja, dokter." Jack melangkah meninggalkan sang Dokter berdiri mematung, menatap ke arah dimana tadi dia keluar dan berharap dicegah.

Sementara itu, di dalam kamar, Elea membuka mata perlahan, kepalanya terasa berat dan suhu tubuhnya terasa hangat.

"Kamu sudah bangun?" seorang pria dengan wangi maskulin mendekat dengan nampan di tangannya. Rich melanjutkan, "Kamu kelelahan itulah membuatmu sedikit demam,"

Mengangguk lemah, Elea melihat pakaiannya yang berubah dan--matanya melotot saat menyadari bahwa dia tidak mengenakan apapun di dalamnya.

"Si-siapa yang mengganti pakaianku?"

Rich hanya menatapnya datar, tidak akan ada yang tahu apa yang dipikirkannya.

"Makanlah, sebentar lagi, Jack akan membawa vitamin untukmu," katanya meninggalkan Elea dengan rasa canggung karena wanita itu mulai menyadari siapa yang mengganti pakaiannya.

Elea menikmati makanannya dengan lahap, ia lapar dan makanan ini sangat sulit untuk diabaikan.

Tidak lama, Rich kembali masuk, memberikan botol vitamin untuk Elea, satu berwarna merah muda dan satunya berwarna putih.

"Dua? Kenapa banyak sekali?" tanyanya karena merasa vitamin ini terlalu banyak.

"Yang merah muda minum sampai kamu merasa baikan, dan itu yang diatas kasur, minum setelah kau benar-benar merasa sehat," jelasnya dengan wajah tanpa ekspresi apapun.

"Baiklah, aku akan meminumnya," kata Elea membuka botol vitamin yang Aldrich maksud.

"Jadi bagaimana? Kau ikut denganku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status