Menggeleng kuat, "Tidak, jangan lakukan itu. Aku akan sangat malu, dan juga ... kekasihku, dia ... pasti akan memutuskan hubungan kami," menunduk, begitu khawatir. Eleanora yakin ada yang mencampur minumannya dengan sesuatu malam itu.
"Baiklah kalau begitu, kamu tanda tangani kertasnya, sore nanti kamu ikut bersamaku." Aldrich memberikan pulpen lain yang terselip di kantong jasnya. Ia memberikan setelah membuka tutupnya."Itu, apakah tidak ada cara lain?""Menurutmu, ada cara lain untuk mengembalikan harga diriku?"Mata Elea membola, harga diri bagaimana maksudnya? Jelas yang rugi adalah dirinya disini."Harga diri kita," ralatnya, "Lagipula, kamu sendiri tahu, aku dalam pengaruh obat, kenapa tidak menghindar? Kalau di pikir, akulah korbannya.""Haruskah aku menghindar? Bagaimana kalau kamu melampiaskannya dengan pria lain?"Menelan ludah susah payah, Elea kembali mengangkat wajah, "Bagaimana dengan pekerjaanku? Aku baru saja mendapatkannya dengan susah payah, lagi aku memiliki banyak tanggung jawab," melasnya, semoga setelah mengatakan ini, Aldrich mau melepasnya."Aku akan memberikan waktu untukmu selama satu minggu untuk membereskan semuanya, ingat ... kamu tidak akan bisa kabur, atau rekaman cctv itu tersebar," ancamnya dengan wajah datar dan juga dingin.Eleanora menelan ludah susah payah, ia mengangguk pelan dengan jantung yang berdegup, beberapa menit lagi dia akan terbebas"Ba-baik, terima kasih." Aldrich hanya menatap Elea sesaat, lalu menyodorkan ponsel wanita berambut coklat terang itu tepat di hadapannya."Ponselku, dimana kamu menemukannya?" tanyanya dengan cepat meraih ponselnya yang semalam dia ingat sekali terlepas dari tangannya"Ingat, satu minggu lagi, Jack akan datang menjemputmu, jadi, jangan mencoba kabur atau aku akan--,""Baiklah, jangan terlalu sering mengingatkan, kita akan sama-sama malu. Aku tidak akan kabur, tolong jangan mengancam," ibanya, sejak tadi pria misterius ini terus saja ingin menyebar rekaman yang di dalamnya juga terdapat dirijya."Aku senang kamu cepat mengerti."Setelahnya, Eleanora sudah diizinkan untuk kembali ke rumahnya oleh Aldrich, tentu dengan pengawasan yang pria itu berikan secara diam-diam."Ah, untung saja aku bisa keluar dari sana," senangnya masuk dalam mobil online yang dipesannya.Di perjalanan kembali ke kontrakan, Elea terus menggelengkan kuat kepalanya, bayangan bagaimana dia sangat ganas membuatnya bergidik ngeri."Tuan, tolong berhenti di ujung sana, aku ingin membeli sesuatu," pesannya pada supir yang membawanya.Tidak ada jawaban, namun Elea tidak terlalu mempermasalahkan, sampai di tempat yang ingin dikunjungi nya, matanya membola kembali, "Eh, Tuan, Anda melewati tujuanku?" Katanya menoleh kebelakang karena mobil yang membawanya tidak juga berhenti."Maafkan saya Nona, tapi, tuan melarang saya singgah di tempat yang nona minta.""Apa maksudnya? Tu-tuan siapa yang dimaksud?""Tuan Aldrich."Mata Elea semakin terbelalak tidak percaya, siapa pria misterius yang bersamanya melewati malam panas semalam? Pemilik Amerika? Benarkah?"Jangan bercanda, tidak mungkin pria datar, dingin dan tidak tahu cara tersenyum itu sampai sedetail itu," "Wah, apakah aku benar-benar terjebak dengannya? Sebenarnya siapa korban disini, aku atau dia?" Elea menjerit pelan karena pusing memikirkan hidupnya yang tiba-tiba tertekan."Nona, Anda baik-baik saja?" Tanya sang supir padanya, namun Elea hanya mengangguk lemah dengan bibir yang mengerucut lucu."Aku merasa hidupku hancur dalam semalam," gumamnya menyandarkan kepala di jok mobil, matanya terpejam, sekelebat bayangan bagaimana liarnya dia kembali menyadarkannya dengan cepat."Tidaaaak!" Pekiknya tanpa sadar, membuat sang sopir juga sampai terkejut dibuatnya.______"Tolong biarkan saya menginap satu malam saja, nyonya," iba Elea pada seorang wanita gempal di hadapannya. Masih dengan berkacak pinggang, wanita tersebut mendengus, "Kamu sudah saya beri waktu satu minggu, Elea, tapi sampai hari ini, kamu tidak juga membayar sisa kontrakannya!""Nyonya, maafkan saya, tetapi saya baru saja bekerja, dan kemungkinan akan menerima upah bulan depan," melasnya, berharap wanita yang memiliki tanda lahir kecil di wajahnya ini, kasihan padanya."Hah, kamu tahunya hanya mengeluh saja, saya sudah tidak mau tahu, hari ini juga, kamu tinggalkan kontrakan saya!""Nyo ... nya," Elea mematung di depan kontrakannya, memandang pias pada wanita cantik yang baru saja mengusirnya berlalu membiarkannya dalam kebimbangan."Bagaimana sekarang? Dimana aku kaan tinggal?" Elea masuk kedalam kontrakannya yang sebenarnya tidaklah terlalu besar, bahkan bisa dikatakan sangat sempit. Namun, karena dia hanya memiliki dana seadanya, kontrakan ini cukuplah untuknya.Elea mengemas semuanya dengan rapi, hanya sedikit saja barang penting miliknya. "Apa kau hubungi Julian saja?" Batinnya.Menggeleng, "Tidak, aku tidak akan merepotkannya, sudah membantuku mendapatkan kontrakan saja, aku bersyukur."Menghela napas berulang kali, Elea meninggalkan kontrakan dengan membawa 1 buah koper saja."Aku harus kemana sekarang?"______"Lakukan saja tugasmu dengan baik," ucap Aldrich membelakangi asisten pribadinya--Jack."Baik Tuan." Jack undur diri, tugasnya kali ini sedikit berat karena dia yang bertugas turun langsung mengawasi.Sementata Aldrich, dia hanya menghela napas pelan, ia merogoh ponselnya dan mengangkat panggilan yang baru saja di terimanya.Alisnya sedikit mengerut, dia yang sudah panik langsung berlari meninggalkan hotel dan melakukan sendiri mobilnya.Beberapa jam diperjalanan, Aldrich memutuskan menggunakan hely miliknya agar sampai lebih cepat.Langkahnya lebar memasuki mansion utama, semua orang menatap lurus pada pria gagah tinggi tegap yang sekarang sudah duduk di pinggir ranjang menggenggam tangan renta."Ma ....""Kamu akhirnya pulang juga, nak?" katanya mencoba bangun dari pembaringan nya."Mama berbohong?"Dengan senyum kecil, nyonya Vianka menggenggam tangan putranya, "Mama tidak berbobong, mama memang sakit karena sangat merindukanmu,"Aldrich mendesah, "Ma, kalau tujuan mama melakukan ini untuk niat mama, aku tetap tidak setuju." "Kamu belum bertemu dengannya, Rich, ayolah ... sudah waktunya kamu membuka hati," ucapnya menahan tangan anaknya yang sudah berdiri ingin berlalu."Aku yang akan memutuskan sendiri dengan siapa aku menikah, Ma," putusnya."Kapan? Kamu ingin menunggu mama mati dulu?"Nyonya Vianka meminta anaknya duduk, yang langsungsung di turuti oleh Aldrich, "Mama sudah tua, kamu satu-satunya harapan mama Rich," desaknya lagi dengan kalimat lebih lembut.Aldrich hanya diam, wajah datar dan dingin selalu menghiasi dirinya, tidak satupun dari mereka yang berada disana berani untuk ikut bicara ataupun mendekat."Aku harus kembali ke kamar, mama istirahatlah," setelahnya Aldrich langsung berdiri dan meninggalkan kamar pribadi ibunya, melewati mereka semua yang berada di sana.Di dalam kamar, Aldrich kembali menghubungi Jack yang ia tinggalkan di luar kota. Mendengarkan semua yang dilaporkannya secara rinci dan jelas."[Lakukan tugasmu dengan baik,]" setelahnya, pria tampan itu masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diri dan memikirkan semua rencananya dengan matang.Keesokan harinya, di ruang makan, semua tampak sunyi walau banyak manusia di sana. Awalnya masih terdengar suara kekehan dan ocehan, namun setelah pemilik asli perusahaan Zeus itu muncul, ruang makan mendadak sunyi."Nak, Olivia--,"Aldrich mengangkat wajah, menatap sang ibu yang sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. "Aku senang mama sudah terlihat sehat," ucapnya, kemudian memandang yang lain, "Apakah kita sudah bisa sarapan sekarang?"Mengangguk serempak seperti sudah melakukan latihan sebelumnya. "Kak, kamu membuat kami takut, ayolah sekali saja jangan kaku," kata Rea mengambil sendok dan langsung mengaduk sup ayam miliknya.Semua orang menoleh pada Rea, kemudian menoleh lagi pada Aldrich, pria satu ini memang sulit sekali ditaklukkan."Sudah, ayo kita mulai sarapannya," ujar nyonya Vianka akhirnya yang yang langsung disetujui oleh mereka semua.Seperti biasa, tidak ada suara di meja makan, semuanya merasa tegang dan tertekan.Selesai dengan sarapan mereka, semua keluarga yang lain sudah berdiri dan meninggalkan ruang makan, menyisakan ibu dan anak yang masih betah disana."Olivia adalah gadis yang baik, Rich."Menghela napas pelan. Pria dengan wajah gagah itu menatap ibunya lamat, "Aku akan mengatak
Hanya deheman yang Elea terima, setelahnya Jack benar-benar meninggalkan lokasi tempat Elea berdiri mematung dengan pikirannya.Seseorang menepuk pundak Elea dengan keras, "Dia siapa?" tanyanya dengan memandang arah yang sama dengan Eleanora."Bukan siapa-siapa," cengengesan menggaruk tengkuknya, menghela napas pelan, ia masuk kembali ke dalam resto dan meminta maaf atas ketidaknyaman yang terjadi karena ulahnya."Maafkan aku," ucapnya membungkuk pada seluruh pengunjung resto.Hanya beberapa saja di antara mereka yang merespon selebihnya menganggap itu hal biasa, sehingga tidak perlu dibesarkan."Kamu kenal dengan pria tadi?" Teman wanita Elea menyenggol punggungnya pelan seperti menggoda."Sepertinya aku pernah melihatnya," jawabnya, tidak mengatakan kebenaran yang lebih."Dia tampan, tubuhnya besar dan berotot, oh ... pasti sangat hangat dalam pelukannya," katanya membayangkan tubuh kekar Jack yang di yakininya hangat."Jangan terlalu banyak menghayalkan pria, otakmu bisa bermasalah.
Setelah beberapa menit Elea berpikir akhirnya dia mengangguk. "Baik Tuan," katanya menyendok sedikit demi sedikit makanan yang masih tersisa di mangkoknya."Heum, istirahatlah, kita akan berangkat pagi besok."Menghela napas berat, Elea hanya menatap pasrah pada punggung lebar yang berlalu meninggalkan kamar.Dengan sangat hati-hati ia menyingkirkan mangkuk yang terlihat mahal ke atas nakas, meminum vitamin yang diberikan tadi, kemudian membaringkan tubuhnya dengan hati-hati."Apakah ini memang sudah benar? Aku tidak mengenalnya. Bagaimana kalau dia berniat menjualku di kota?" Mata yang mengantuk kembali terbuka. Elea membangunkan diri dengan paksa dengan kondisi tubuh yang masih lemah.Elea turun dari ranjang, mengenakan sandal bulu yang terasa nyaman di kakinya. Perlahan ia melangkah ke arah pintu, membukanya dan melongokkan kepala keluar."Dia kemana?" batinnya masih menoleh ke kiri dan kekanan. Elea keluar kamar, berjalan keluar dan melihat ke lantai bawah. Sangat sunyi.Menelan l
Mata Elea terbelalak saat sudah berada di halaman super besar, mobil mewah berjejer dengan rapi, bukan hanya itu, beberapa orang berpakaian hitam juga berada di setiap sudut halaman.Ini sudah malam, tetapi halaman rumah. Ah, tidak bisa dikatakan rumah karena ini sangat besar dan megah terlihat terang benderang dengan lampu yang Elea tidak tahu berapa harga listriknya."Jack, minta pengawal membawa barang Elea masuk, aku akan membawa Elea masuk," ucapnya berjalan lebih dulu dan diikuti Elea yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Sesampainya di dalam mansion, Elea semakin takjub dibuatnya. 'Apakah aku bermimpi? Ini seperti di film yang pernah ku lihat,' batinnya masih memperhatikan setiap detail isi di dalam mansion utama keluarga Alvaro.Tidak lama, suara heel terdengar mendekat ke arah mereka, Elea melirik ke arah Aldrich yang tetap saja memasang wajah datar seperti biasanya."Sayang, akhirnya kamu kembali," ucap wanita paruh baya namun masih terlihat cantik dan sehat.
Elea membola saat Aldrich mengambil ponselnya dan langsung mematikannya di hadapan sang pemilik asli. "Tuan ponselku!" minta Elea karena dia senang akhirnya Julian bisa di hubungi kembali."Ini sudah malam, kamu harus segera istirahat, Nona Eleanora!" seru Aldrich."Tuan keka--," Elea menghembuskan napas pelan kemudian memberanikan diri untuk menatap Aldrich, ia melanjutkan, "Kekasihku, dia sudah bisa di hubungi, tolong beri aku waktu untuk bicara padanya," pintanya masih menatap nanar pada ponselnya yang di genggaman Aldrich.Mereka saat ini sudah berada di kediaman Aldrich, setelah makan malam Aldrich langsung membawa Elea kembali, tidak memedulikan permintaan ibunya."Hanya 10 menit, setelah itu tidurlah!"Mengangguk semangat Elea meraih kembali ponselnya dan menghubungi Julian setelah kepergian Aldrich.Dua menit berlalu dan ponsel Julian tidak bisa lagi dihubungi. "Kemana dia? Apakah dia marah? Ya ampun ini semua karena si tuan datar itu," kesal sekali Elea karena kembali kehilan
Karyawan butik berdecak, ingin mengatakan sesuatu tetapi sebuah mobil mewah telah terparkir di halaman butiknya..Elea menoleh karena melihat wajah terpaku si wanita. Gadis berusia 22 tahu itu menghela napas dan berjalan mendekat. "Tuan Jack, Anda di sini?" tanya Elea masih menampilkan senyumnya. "Tuan meminta saya membawa Anda kembali ke rumah," kata Jack masih memasang wajah ramah, asisten Aldrich itu melirik pada wanita yang masih terpaku dengan wajah terkejutnya."Nona, Sashi Matsuda." Si karyawan wanita menunduk hormat."Maafkan saya Tuan," katanya merasa ada yang salah dengan tatapan Jack padanya."Lain kali perlakukan pelanggan Anda dengan baik. Ingat, Anda bekerja disini karena siapa!" Shasi yang di ingatkan itu jelas saja merasa kesal namun tidak akan bisa melakukan apapun."Maafkan saya Tuan."Eleanora memperhatikan wajah karyawan butik tadi yang ia tahu bernama Sashi itu dari tag name di baju, merasa iba karena Jack ini tidak bisa menjaga ucapannya."Tuan, tidak mengapa, te
Beberapa saat hening, Elea masih menunggu jawaban dari Julian dari balik telepon. Ia hanya ingin tahu kenapa ia di panggil ke klub tetapi Julian tidak kesana malam itu."Julian?""[Heum, El, aku mencarimu, apakah kau ke klub?"Kening Elea mengkerut, jika Julian ke klub mencarinya, artinya ada yang menjebaknya. "Ya, bukankah kau yang memesankan minuman padaku, Julian?"Sekali lagi hening, suara derap langkah di belakang Elea membuat sang gadis berbalik dan sedikit menjauh agar Aldrich tidak mendengarkan percakapan mereka."[Minuman apa? Aku memang memintamu ke klub tapi belum memesankan minuman.]Jantung Elea berdegup kencang, artinya malam itu memang ada yang mengerjainya. Ada yang menyimpan sesuatu ke minumannya. Dan ia berakhir satu rumah dengan pria asing."Julian, kau tidak berbohong kan?" Elea bertanya dengan nada sedikit ragu. Tatapannya masih lurus pada Aldrich yang membelakanginya masih mematut diri di depan cermin."[Tentu saja sayang, ada apa sebenarnya? Minuman apa yang kau
Pagi harinya, setelah sarapan bersama, Aldrich dan Jack sudah akan berangkat ke kantor saat perancang gaun dan dan pemilik perhiasan datang ke mansionnya."Jack, kau berangkat lebih awal aku akan menyusul," Jack mengangguk. Ia membungkuk sedikit dan melangkah pergi.Sementara itu, Aldrich masuk kembali ke dalam mansion, mendapati Elea yang masih tertegun dengan banyaknya gaun mewah berdiri di hadapannya."Kamu pilih yang menurutmu baik, hari ini kamu harus menyelesaikan semuanya!" Aldrich duduk di sofa, menyimpan ponsel di meja dan bersedekap menatap tajam pada Elea.Elea mengerucutkan bibir. Melihat semua gaun mewah yang sebenarnya tidak bisa dipilih karena semuanya sangat mewah.Elea memperhatikan semuanya dengan perasaan kagum, ia memegang kain yang begitu halus dan lembut."Semuanya sangat cantik dan mewah. Aku tidak bisa memilih," katanya dengan wajah terkagum."Nona Sashi, coba ambilkan yang disebelah Anda, biarkan Elea mencobanya," Elea menoleh pada gaun merah muda pastel, ter