"Aku bersumpah akan membalas pengkhianatanmu Julian." Eleanora Wilson, menangis tersedu saat tidak sengaja mengetahui bahwa dalang dari kehancurannya adalah kekasihnya--Julian. Dia yang terlanjur sakit hari berniat akan membalas dendam pada Julian. Kehadiran Aldrich yang juga memiliki tujuan yang sama membuat Elea yakin bahwa dia bisa membuat Julian menyesal telah mengkhianatinya. Lalu, bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Elea akan memaafkan Julian kembali seperti biasa ataukah Elea tetap memilih bersama Aldrich?
Lihat lebih banyakElea mendongak dengan mata sedikit menyipit, pandangannya kabur dan hawa panas sudah mulai menjalar dalam tubuhnya.
"Tuan, bisakah Anda membawaku pulang?" ucapnya pada seseorang yang berdiri menjulang di hadapannya, wanginya memabukkan semakin membuat hawa panas dalam tubuh Elea meningkat.Elea terlihat berusaha berdiri, gaun hitam yang dikenakannya terlihat sangat cocok untuk usia sekitar 20 tahunan jika di perkirakan.Sempoyongan, rambutnya bahkan sudah tidak terlihat rapi, Elea mendekat dan memegang tangan si pria tinggi dengan kacamata sebagai pelengkapnya"Tuan, tolonglah, tubuhku terasa panas dan aku ingin pulang," terus rengeknya, dia tidak bisa lagi menahan diri dan langsung mendekatkan tubuhnya pada pria asing yang tetap berdiri seperti patung di hadapannya."Tuan, aku--," Jack mundur saat isyarat tangan ia terima dari sang tuan, sebagai tanda bahwa Jack harus pergi.Dengan sedikit paksaan, Elea terdorong ke belakang. "Kenapa mendorongku! Aku ingin--," lagi-lagi lidahnya kelu, dia tidak bisa melanjutkan tetapi rasa panas semakin menyiksanya."Tuan, tolonglah aku, aku ingin kembali ke rumahku," ucapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca dengan gerakan tubuh asal.Elea menyadari ada yang salah dengan dirinya, ada yang ingin menjebaknya dan dia tidak tahu siapa.Elea memutar badan, ia tidak bisa menunggu terlalu lama, ada yang mendesak dalam dirinya dan dia tidak bisa menahannya, dia harus--menyalurkannya.Pria berkacamata tadi, menatapnya datar, memperhatikan langkah lunglai dan terlihat sangat berbahaya jika dibiarkan sendiri.Sekali angkat, Elea sudah berada di atas punggung sang pria, membawanya masuk ke dalam mobil yang sudah ada Jack di dalamnya."Tuan, kita akan kemana?" tanya asisten pribadinya, tatapan sang tuan yang semakin dingin karena wanita di sebelahnya terus bergerak seperti kepanasan dan ingin melepaskan pakaiannya.Jack, menelan ludah, pemandangan ini sangat berbahaya jika dia tidak bisa menjaga pandangannya"Bawa kami ke apartemen. Segera!!" si tuan menekan kata terakhir yang artinya mereka harus segera sampai pada tujuan.Baru saja Jack akan menjawab, kabin di belakangnya sudah tertutup rapat. Pria yang menjadi orang kepercayaan itu hanya menghela napas pelan lalu membawa mobil mewah itu dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari biasanya. Tiba di lokasi, tepat di parkiran, saat membuka pintu mobil, Jack menutup mata karena tidak ingin mendapatkan masalah."Tuan, tolong bantulah aku." Elea menggerakkan jarinya di wajah tampan pria yang membawanya dalam gendongan."Lepaskan tanganmu dariku!" ucapnya datar dan dingin.Seperti tidak mendengarkan apapun, Elea mengalungkan tangannya di leher kokoh sang pria, mengendus wangi maskulin di dadanya dan berkata. "Tuan, kamu sangat wangi, aku suka wangi ini, juga kenapa tuan sangat tampan?" "Jack, buka pintunya!" Jack yang berada di belakang mereka langsung berlari kecil, menekan beberapa angka agar pintu terbuka.Aldrich, pria yang sudah menahan diri sejak tadi, berkata pada Jack sebelum menutup pintu kembali."Kerjakan tugasmu!"Jack mengangguk, ia berbalik setelah sang tuan menutup pintu dengan sebelah kakinya.Sementara itu, ia memasukkan Elea ke dalam kamarnya, meletakkan wanita yang entah namanya siapa, di atas ranjang lalu berbalik dan akan pergi.Tubuhnya mematung saat tangan halus itu memeluknya dari belakang, bahkan Aldrich dapat merasakan sesuatu yang kenyal di belakang punggungnya menempel dengan keras."Tuan akan kemana? Aku membutuhkanmu?" desahan kecil Elea terdengar meresahkan di telinga Aldrich yang sejak di dalam mobil sudah berusaha menahan diri agar tidak tergoda."Aku tidak tahu, tetapi tubuhku terasa panas dan ada yang aneh pada diriku," ucapnya menempelkan wajah pada punggung Aldrich.Elea terus berbicara dengan tangan yang terus melingkar kuat pada pinggang kokoh sang pria.Aldrich mengerang karena sentuhan Elea pada tubuhnya semakin memancing hasratnya yang sudah lama terpendam.Pria berwajah tampan dengan sorot mata elang itu membalik lelan tubuh kecil di belakangnya.Ia memejamkan mata, menelan saliva karena penampilan wanita ini sudah sangat meresahkan. Entah sejak kapan, Elea meloloskan gaun hitamnya dan hanya menyisakan dalam berwarna senada saja."Apa yang kau butuhkan? Aku tidak bisa membantumu." tolak Aldrich menggeser tubuh mungil di hadapannya dan melangkah mendekati pintu.Sekali lagi, Elea menahannya, berjalan lebih cepat dan memeluk pria tinggo tegap itu dengan erat."Tuan, tolong bantu aku, aku ... tidak tahu ada apa dengan tubuhku, aku ingin sesuatu yang aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya," melas Elea, ia menggigit bibir bawahnya karena efek dari obat yang diminumnya semakin menyiksanya.Ia mendongak, berjinjit sedikit dan meraih wajah tampan Aldrich lalu menciumnya begitu saja tanpa aba-aba.Ciuman terus berlanjut, yang awalnya hanya Elea yang melakukannya, sekarang sudah terlihat bahwa Aldrich juga membalas ciuman itu.Aldrich mendorong perlahan tubuh Elea ke dinding, menahan tengkuknya dengan sebelah tangannya agar terlindung dari dinding.Decapan terdengar, artinya keduanya sama-sama menikmati."Jangan salahkan aku, karena yang memulai ini semua adalah dirimu," sorot mata Aldrich berubah dengan hasrat yang menggebu.Elea menggigit bibirnya dan mengangguk pelan, tatapannya tetap lurus pada bibir manis yang tadi di rasanya.Aldrich memajukan wajahnya, melumat sedikit kemudian memperdalam ciumannya. Dengan terus.saling berbagi, ia membawa Elea melangkah pelan ke arah ranjang empuknya. Merebahkan dan melanjutkan kegiatan mereka.Saat tautan kedua benda kenyal itu terlepas, Aldrich mendongak. "Katakan kalau kau ingin berhenti, aku bisa keluar dan meninggalkanmu!"Tidak menjawab namun kedua tangan halus itu melingkar di leher kokoh sang pria yang masih mengenakan kemeja berwarna hitam dengan bahan yang begitu lembut.Aldrich lupa, bahwa wanita asing di bawahnya adalah wanita yang dalam pengaruh obat, ia yang sudah lama tidak merasakan sentuhan ini merasa candu dan tidak bisa berhenti sampai ia, tiba di titik terinti dari tubuh Elea.Ia mendongak, setelah memperhatikan dengan jelas, bagaimana kelopak mawar berwarna merah muda itu merekah dengan indahnya.Aldrich menelan saliva, menatap luris pada Elea yang tatapannya sudah sayu karena nafsunya."Kau yakin, nona?" tanya Aldrich sekali lagi, jantungnya berdegup kencang, apalagi saat melihat tubuh polos Elea karena ulahnya. Bahkan dia sendiri, entah bagaimana caranya sekarang hanya sisa mengenakan bagian bawah saja. "Tuan, cepatlah! Aku ... sudah tidak bisa menahannya!" seru Elea dengan suara yang Aldrich suka.Sekali lagi, ia menelan salivanya, melucuti kain terbawahnya dengan sangat cepat lalu memposisikan tibuhnya tepat di tengah-tengah pangkal paha mulus si wanita."Kau siap?"Mengangguk. Elea memejamkan mata saat merasakan benda tumpul itu menempel perlahan, antara ringisan sakit dan nikmat terdengar pelan.Aldrich mengerang, ini tidak semudah biasanya, apakah dia yang sudah lupa cara atau karena dia gugup. Dia tetap fokus, mendorong pelan, dan--sampai pada ujung.Lengkingan jeritan Elea terdengar, air mata si wanita menetes dari ujung mata. Aldrich terbelalak saat menarik miliknya."Dia--," Aldric mendongak, masih menatap Elea yang memejamkan mata karena rasa sakit yang baru diterimanya."Aku akan melakukannya dengan pelan dan hati-hati," ucap Aldrich setelah menenangkan dirinya di dalam sana.Anggukan Elea membuatnya tenang, ia menariknya pelan, lalu memundurkannya perlahan. Kegiatan sama terjadi sampai Elea benar-benar tidak lagi merasa sakit.Desahan kecil dan erangan merdu milih Elea semakin membuatnya semangat bergerak.Hingga berkali-kali keduanya mencari pelepasan masing-masing dan diakhiri dengan ambruknya Aldrich di tubuh polos yang mengkilap karena peluh berdua."Aku tidak akan melepaskanmu, selamanya," ucapnya setelah menutupi tubuh polos Elea kemudian ikut memejamkan matanya juga.______Pagi harinya, Eleanora membuka mata perlahan, kepalanya masih terasa sangat berat, suara ringisan terdengar saat dia menggerakkan tubuhnya. Apalagi saat menggerakkan kaki, intinya terasa perih.Bola mata itu terlihat bersinar, mengerjap beberapa kali saat menyadari dia terbangun ditempat yang tidak dikenalinya."Aku dimana?" Batinnya terkejut, semakin histeris saat menyadari bahwa dia tidak mengenakan apapun di balik selimutnya.Elea memegang kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi sebenarnya. Semalam dia diminta datang ke club tetapi Julian--pria yang memanggilnya tidak juga terlihat, tidak lama, ia menegak habis minuman yang sudah di pesannya dan ...."Mama, kapan kita berlayar?" tanya Calix mendongak ke arah ramping kanan.Elea berpikir lalu menatap suaminya sekilas dan berkata, "Kita tunggu Papa tidak sibuk, baru berlayar," jawabnya sekenanya.Calix mengerucutkan bibir, ia mendongak ke arah samping di mana sang ayah tengah berdiri menatap ibunya. Anak itu lantas berucap setelah mengatur napas dengan baik, "Papa, kapan Papa tidak sibuk?"Aldrich tersenyum cerah, hubungan ini adalah hubungan yang sangat ia sukai. Beberapa bulan lalu, setelah sang istri menanyakan bagaimana rupa tunangannya, hubungan mereka kembali tenggang tetapi tidak membuat mereka sampai bertengkar hebat. Memang tidak mudah membujuk Eleanora yang masih terluka, tetapi tidak ada yang tidak mungkin selama merayu dan membujuk dengan keras. Dan Aldrich berhasil membuktikan bahwa dia bisa mempertahankan rumah tangganya."Bagaimana kalau Minggu depan?" Calix mengetuk-ngetuk kepala tanda berpikir dan itu sangat menggemaskan bagi Eleanora. Tidak lama, Calix mengangguk
Elea terpaku, ia yang berniat akan mengambil air minum untuknya dan Rich tidak sengaja mendengarkan ucapan Reanita dan ibu mertuanya. Ada rasa yang tidak enak di dalam hati, sesuatu yang membuat hatinya sesak dan itu karena ucapan yang mungkin saja tidak benar.Nyonya Anita melirik anaknya agar Rea tidak melanjutkan kembali ucapannya. Tetapi, Reanita tidak juga menyadari apa yang ibunya maksud."Aku benarkan, Ma. Eleanora terlihat mirip dari bentuk tubuh. Ya, walaupun kita sama-sama tahu keduanya berbeda, hanya tubuhnya saja yang terlihat mirip," ujar Reanita belum juga sadar."Bahkan gaun pernikahan yang Eleanora pakai adalah gaun yang memang kakak siapkan untuk pernikahan kakak dengan--""Reanita diam!" pekik nyonya Anita karena Rea tidak juga menghentikan ucapannya sejak tadi.Rea sampai terkejut karena ibunya yang tiba-tiba berteriak, semakin terkejut saat tahu Eleanora sudah berdiri di dekat pintu mendengarkan ucapannya yang mana.Rea berdiri, begitupun dengan nyonya Anita. Kedua
Eleanora menggenggam tangan Reanita lembut, ibu Calix itu merasa senang karena merasa bahwa Rea sudah benar-benar berubah."Tidak, aku tidak pernah marah padamu Rea," ucap Eleanora pada saudara iparnya. Elea kembali melanjutkan, "Maafkan aku juga yang pernah melakukan kesalahan, jujur aku tidak ada niat melakukan itu," sambungnya.Rea merasa lega, semua beban dalam hatinya seolah menguar begitu saja setelah mendengar ucapan Eleanora yang tidak mempermasalahkan permasalahan mereka.Keduanya terus bercerita layaknya temannya yang sudah lama bersama. Eleanora menceritakan kisah hidupnya yang malang pada Reanita yang langsung terkejut karena Eleanora benar-benar sangat tangguh.Yang tidak mereka berdua sadari adalah, nyonya Anita sedang berdiri di dekat pintu, mendengarkan semua yang anak dan menantunya ucapkan. Hatinya juga ikut lega karena Eleanora mau memaafkan Reanita yang sudah keterlaluan selama ini.Karena tidak ingin mengganggu ketenangan keduanya, nyonya Reanita memutuskan untuk
Aldrich menyeringai, menatap pada Olivia yang terlihat semakin gugup, "katakan padaku Olivia kenapa kau tega lakukan ini padaku?" tanya Aldrich masih menikmati kegugupan Olivia."Rich, aku bisa jelaskan, tolong lepaskan aku dulu," mohonnya masih dengan wajah pucat."Kamu bahkan tega membuatnya menyerahkan diri pada Julian, di mana perasaanmu Olivia? Kau pendosa," ujar Aldrich dengan gigi gemeretak. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya tunangannya saat itu. Dan wanita di hadapannya adalah dalangnya."Aku mencintaimu Rich, aku tidak ingin ada wanita lain dekat denganmu," aku Olivia dengan tubuh gemetar.Menurutnya hanya dia saja yang pantas bersama Aldrich karena mereka setara, sementara tunangannya dan Eleanora sama-sama dari wanita kelas bawah yang tidak cocok dengan Aldrich sama sekali.Berulang kali Olivia meminta dengan baik agar tunangan Aldrich mundur, tetapi wanita itu terus bersikeras bertahan walau sebenarnya Olivia tahu, dia juga menginginkan Julian.Olivia hanya in
Aldrich mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang. "Calix di bawah bersama Mama dan juga Rea."Mata Elea terbelalak dan langsung melepas diri ingin turun ke bawah tetapi Aldrich mencegahnya. Pria itu menahan tubuh istrinya dan menatapnya dalam."Jangan khawatir, Rea tidak akan membawa Calix pergi jauh lagi. Ada mama yang menjaga. Lagipula kamu harus segera bersiap karena kota akan pergi dua jam lagi."Mengerutkan kening tidak mengerti. "Pergi? Kita akan kemana?" tanya Elea masih memikirkan Calix di bawah sana."Aku ingin menebus kesalahanku. Aku ingin kamu, mama dan jga Rea memiliki waktu bersama," jelas Aldrich.Semakin bingung dan tidak mengerti, apalagi saat Aldrich mengatakan mereka bertiga akan pergi bersama. Eleanora tahu kalau ibu mertuanya sudah menerimanya kembali, tetapi bagaimana jika mereka kembali berubah dan membuatnya tersisih."Apa kamu ikut bersama kamu?" Mengangguk pasti, cukup membuat hati Eleanora lega, setidaknya jika Aldrich ikut, maka semua pasti akan b
Keduanya saling menumpahkan rasa rindu. Elea menumpahkan semua kekesalannya, mengatakan semua yang terjadi hingga terus merasa curiga dan sakit hati.Aldrich terdiam, dia mencerna juga mencoba mencari tahu siapa yang sebenarnya mengirim foto-foto pada sang istri."Aku sangat takut kalau kamu meninggalkan aku, sayang," kata Aldrich memeluk istrinya erat.Saat ini keduanya sedang duduk di sofa, dengan Eleanora yang berada di atas pangkuan sang suami. Bahkan jubah mandi Elea sudah terlihat berantakan walaupun keduanya tidak melakukan apa pun."Aku belum menemukan tempat bersembunyi yang tidak kamu ketahui. Bukankah selama ini kamu selalu menemukanku?" canda Eleanora membuat Aldrich terkekeh kecil.Mengangguk bangga, Aldrich melerai pelukan mereka, menatap wajah istrinya yang kemarin sempat dia lukai. "Apa rasanya sakit?" tanya nya mengusap wajah sang istri. Ia tahu itu pasti sangat sakit tapi dia ingin mendengar jawaban sang istri.Eleanora menggeleng pelan. "Tidak, melihatmu mengkhawati
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen