Share

KEHAMILAN

Olivia membalik badannya dan ia melihat Shasha yang sedang berdiri. Rupanya Olivia terlalu asik memainkan ponselnya sampai lupa dengan Shasha dan meninggalkannya di belakang. Olivia langsung menghampiri sahabatnya itu dan menggandeng tangannya. “Dengan begini, kamu tidak akan tertinggal,” ucap Olivia sembari berjalan menuju mobilnya bersama Shasha. Mereka hendak kembali ke apartementnya.

Mereka sampai di sebuah tempat parkiran yang ada di universitas itu. Kemudian mereka masuk, dan Shasha masih tetap duduk di kursi kemudi.

“Kamu bisa telepon dia sekarang,” Shasha mengawali obrolan sambil menyetir mobilnya.

Olivia yang tengah bengong di kursi penumpang itu seketika terkejut.

“Sha! Kamu mengagetkanku! Aku tidak mau terburu-buru, mau kirim pesan saja,” jawab Olivia sembari melirik ponselnya.

Namun belum sempat ia mengirim pesan ke George, tiba-tiba ia mendapat telepon masuk dari seseorang di W******p nya. Betapa terkejutnya Olivia saat melihat nama kontak pemanggil itu. Rupany, George telah meneleponnya lebih dulu.

“Aku memberitahu George jika kamu terus-terusan memikirkannya dan aku juga memintanya untuk menghubungimu setelah jam kuliah selesai,” ucap Shasha kepada Olivia.

“Sha! Ada-ada saja kamu ini! Tapi terimakasih,” jawab Olivia sembari masih menatap layar ponselnya.

Olivia pun segera mengangkat panggilan W******p dari George.

“Hai! Bagaimana kabarmu setelah semalam?” George mengawali obrolan telepon itu.

“Ba—baik saja George,” jawab Olivia gugup.

“Aku dengar kamu terus saja memikirkanku, benar?” tanya George penasaran.

“Iya, benar, maafkan aku,” ucap Olivia lirih.

“Oh tidak perlu, aku senang kamu memikirkanku, karena aku juga merasakan hal yang sama,” sambung George lembut.

Mendengar ucapan George itu, Olivia merasa gugup dan tidak percaya.

“Benarkah? Apa yang kamu pikirkan tentangku?” tanya Olivia sembari berjalan ke arah mobilnya.

“Wajahmu, tubuhmu, dan kamu tahu apa selanjutnya,” jawab George berbisik.

Olivia seketika terdiam dan ia pun tertawa mendengar tanggapan George itu.

“Aku akan meneleponmu di rumah ya, aku masih di jalan, mau pulang dulu,” ujar Olivia kepada George.

“Baik aku tunggu, sampai nanti wanita nakal,” George kemudian langsung menutup panggilan teleponnya.

Shasha sangat gembira ketika ia berbicara dengan George lewat telepon. Ia semakin merasa tertarik dan terobsesi dengan George setelah obrolannya itu. Ia pun kembali masuk ke dalam mobil dan segera pulang dengan Shasha. ***

Olivia dan George semakin lama semakin dekat, dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan diantara mereka, bahkan hubungan seks diantara mereka juga sudah sering terjadi hampir setiap hari entah di apartment Olivia atau di rumah George yang letaknya tidak jauh dari sana. Selama menjalin hubungan dengan George, hidup Olivia merasa sangat bahagia. Selain kenyamanan yang ia dapat dari sosok George, fantasi seks juga menjadi hal penting yang ia dapatkan dari kekasihnya itu.

“Sekarang kita bisa berciuman setiap waktu,” ucap George kepada Olivia.

“Kamu bahkan bisa meraba tubuhku tanpa batas, sayang!” jawab Olivia menggoda.

Begitulah ketika fantasi seks mereka terpenuhi satu sama lain. Olivia juga kini lebih sering tinggal di rumah George, ia tidak pernah haus kasih sayang dari George begitupun sebaliknya. ****

Singkat cerita, hubungan antara George dan Olivia kini berjalan 1 tahun lamanya. Namun semakin lama mereka menjalin hubungan, semakin terlihat pula sisi buruk mereka masing-masing. Olivia yang terobsesi dengan fantasi seks yang dimiliki George membuatnya terus-terusan meminta hal itu sampai akhirnya ia mengandung bayi dari George. Mereka begitu senang ketika mendengar bahwa Olivia tengah hamil, sahabat baiknya, Shasha pun turut senang ketika mendengar Olivia tengah hamil saat itu. Banyak rencana yang telah disusun Olivia ketika anaknya sudah lahir nanti, ia mengira semua akan berjalan lancar sesuai bayangannya. Namun tidak dengan George, ia memang terlihat senang dan gembira ketika Olivia hamil, tetapi dibalik semua itu George merasa belum siap menjadi seorang ayah dan meninggalkan karirnya sebagai musisi terkenal. Mengetahui hal itu, Olivia merasa kecewa dan marah pada George atas pikirannya itu.

“Untuk apa kamu terlihat senang jika sebenarnya kamu belum siap?” ucap Olivia lirih.

Dengan penuh rasa bersalah, George menundukkan kepalanya di hadapan Olivia.

“Sayang, maafkan aku, aku hanya belum terbiasa dengan semua ini, aku belum siap harus meninggalkan karirku yang sudah lama aku bangun,” jawab George menenangkan Olivia yang tengah emosi di hadapannya.

Sambil menngis, Olivia membalikkan badannya dan segera pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri. Ia masih belum bisa percaya dengan sikap George yang belum siap memiliki anak. Di tengah emosinya itu, Olivia mencoba menghubungi Shasha, sahabatnya. Ia memberitahu apa yang sudah ia alami saat itu kepada Shasha lewat pesan di W******p nya. Olivia begitu gemetar saat mengetik pesan dan menceritakan perasaannya itu, ia berharap sahabatnya bisa memberikan solusi yang baik untuknya. ****

Di sisi lain, George yang masih berada di ruang tamu kini diselimuti rasa bersalah karena untuk pertama kalinya ia melihat Olivia menangis. Ia mencoba menenangkan pikirannya dan mencoba untuk menerima situasi yang tengah ia rasakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status