Share

Mimpi Buruk

last update Last Updated: 2022-01-18 11:40:36

Leo mencari Fahima ke ruang istirahat pegawai dan menanyakan pada semua orang, tetapi tidak ada yang melihat gadis berhijab itu. Pria tampan dan tinggi berlari ke tempat parkir dan dia tidak melihat motor Imah. Ponsel Leo berdering. Tangan putih itu mengambik gawai dari dalam saku jas. Dia melihat nama Fahima yang muncul.

“Fahima, kamu dimana?” tanya Leo menjawap panggilan dengan nada khawatir.

“Salam dulu, Tuan Leo.” Fahima tertawa.

“Maafkan aku, assalamualaikum dan jangan panggil aku Tuan ketika tidak di hotel!” Leo duduk di atas bagian depan mobilnya.

“Waalaikumusalam.” Fahima tersenyum.

“Kamu dimana?” Leo mengulangi pertanyaannya.

“Maaf, aku langsung pulang, kamu tidak perlu memberi gajiku untuk hari ini,” ucap Fahima.

“Apa yang terjadi?” tanya Leo lagi.

“Tidak ada apa-apa, bisakah kita bertemu?” tanya Fahima pelan.

“Tentu saja, apa kamu di rumah?” tanya Leo.

“Tidak, aku di pantai sebelah hotel Paraday,” jawab Fahima.

“Tunggu aku di sana.” Leo mematikan ponselnya dan masuk ke dalam mobil, ia tidak tahu Michael terus memperhatikan dirinya dari lokasi yang tidak jauh sehingga pria itu dapat mendengarkan semua percakapan di dalam ponsel.

“Hmm, sepertinya wanita itu terlalu special untuk Leo. Apa mereka sepasang kekasih?” Michael tersenyum.

“Harusnya aku membawa mobil sendiri.” Pria itu sangat ingin mengikuti Leo.

Mobil putih milik Leo keluar dari kawasan hotel Paraday dan menuju pantai Montain yang ada di sebelah hotel tempat ia bekerja. Leo mengendarai mobil dengan perlahan agar ia bisa melihat Fahima. Pria itu tersenyum, seorang gadis dengan gamis berwarna merah muda berdiri di tepi pantai dengan tas punggung berwarna hitam dan hijab panjang yang melambai-lambai tertiup angin.

Leo memarkirkan mobilnya dan dengan cepat berlari kearah Fahima, ia sangat senang bisa bertemu dengan wanita itu dengan hanya berdua saja. Ada banyak pria yang berharap bisa menjadi pasangan wanita berhijab dan cantik itu, tetapi semuanya sudah ditolak.

“Pantai masih sepi.” Leo berdiri di samping Fahima.

“Karena masih pagi. Terima kasih sudah datang.” Fahima tersenyum.

“Kita adalah teman sekolah dari dulu dan hingga saat ini, aku akan selalu ada untuk kamu.” Leo memiringkan kepalanya untuk melihat wajah cantik Fahima.

“Terima kasih.” Fahima menoleh dan wajah mereka hampir bertabarakan.

“Hah.” Fahima mundur dengan spontan.

“Maaf.” Leo memalingkan wajahnya. Dia sudah tidak bisa menahan pesona wanita itu.

“Apa aku masih bisa bekerja satu minggu di sana?” tanya Fahima duduk di pasir.

“Kamu bisa bekerja selama kamu suka.” Leo duduk di samping Fahima.

“Minggu depan aku akan pergi ke Serang,” ucap Fahima.

“Untuk apa kamu pergi ke Serang? Apakah tugas guru?” tanya Leo.

“Ya.” Fahima tersenyum.

“Ini pertama kalinya kamu pergi ke luar Bangka, dan pertama kali naik pesawat terbang. Apa kamu takut?” tanya Leo lembut.

“Aku tidak takut, Allah akan selalu menjagaku.” Fahima menoleh pada Leo. Bola cokelat itu berkilau menamah kecantikan wanita berhijab itu.

“Lalu, kenapa kamu terlihat ragu? Apa kamu mau aku temani?” Leo tersenyum dengan tidak ingin mengalikan pandangan dari wajah cantik Fahima.

“Aku tidak mau merepotkan kamu, tetapi tetap saja akan merepotkan.” Fahima menunduk.

“Katakanlah!” Leo memperhatikan bulu mata lentik dan alis lebat Fahima.

“Aku memikirkan mama dan nenek, sebenarnya aku butuh bantuan kamu.” Fahima menoleh dan Leo langsung mengalihkan pandangannya.

“Katakan saja, aku akan membantu sebisaku.” Leo kembali melihat wajah cantik itu dengan lembut.

“Aku akan pergi selama dua bulan dan gajiku akan terpakai untuk kehidupanku di sana.” Suara Fahima semakin pelan.

“Hey, aku tidak suka melihat dirimu ragu.” Leo mengangkat tangannya ingin membelai kepala yang tertutup hijab tetapi tidak ia lakukan karena, Fahima tidak akan suka itu.

“Apa aku boleh meminjam uang untuk menutupi kebutuhan mama dan nenek selama aku di Serang?” Fahima mengangkat wajahnya dan melihat kearah Leo sekilas, wanita itu tidak akan menatap lawan jenisnya dengan lama.

“Tentu saja, berapa yang kamu butuhkan?” tanya Leo dan tersenyum, ia sangat bahagia karena Fahima meminta bantuan dirinya.

“Terima kasih.” Fahima tersenyum, ia bisa pergi ke Serang dengan tenang.

“Apa aku boleh bertanya sesuatu?” tanya Leo.

“Ya.” Mata indah Fahima menatap lurus ke lautan lepas dengan ombak yang tenang.

“Apa yang terjadi di kamar tamu hari ini?” tanya Leo pelan.

“Kenapa? Apa pria itu marah?” Fahima melihat kearah Leo dan kembali membuang pandangannya.

“Dia mau bertemu kamu.” Leo sangat penasaran dengan kejadian di kamar Michael.

“Kenapa dia mau bertemu denganku?” tanya Fahima khawatir.

“Tidak apa, tetapi katakan apa yang terjadi?” Leo tersenyum memaksakan Fahima untuk bercerita.

“Oooh, ini sangat memalukan.” Fahima memasukan wajahnya pada lutut yang ia tekuk.

“Apa kamu melakukan kesalaham?” tanya Leo.

“Hah, pria itu tidur telanjang,” jawab Fahima dengan wajah yang masih bersembunyi.

“Apa?’ Leo tertawa terbahak-bahak.

“Itu tidak lucu.” Fahima menatap tajam pada Leo dan kembali melihat kearah laut.

“Sayangnya, mata suci wanita ini telah ternodai.” Leo terus tertawa.

“Apa ada yang lain?” tanya Leo lagi.

“Aku membungkus tubuh pria itu dengan selimut seperti bayi sehingga ia tidak bisa bergerak, lalu aku pergi, itu saja,” jelas Fahima.

“Jika hanya itu, untuk apa dia mau bertemu dengan dirimu?” Leo berpikir.

“Mungkin dia marah karena aku membungkus tubuhnya.” Fahima tersenyum.

“Hmm, Michael tidak akan terlalu peduli dengan hal kecil dan sepele. Kejadian itu juga tidak disengaja.” Leo melihat jam di tangannya.

“Apa kamu kembali ke hotel?” tanya Fahima.

“Tidak, aku tidak mau di tanya tentang kamu.” Leo tersenyum.

“Ayo kita jalan-jalan di tepi pantai.” Fahima beranjak dari pasir.

“Ayo.” Leo tersenyum, tidak banyak kesempatan bisa bersama dengan wanita itu.

“Berapa yang kamu butuhkan?” tanya Leo menyentuh ujung hijab Fahima tanpa diketahui wanita itu.

“Aku belum menghitungnya.” Fahima menoleh dan Leo melepaskan tangannya dari hijab wanita itu.

“Kamu masih ada waktu seminggu.” Leo tersenyum.

“Ya, terima kasih.” Fahima balas tersenyu,.

Ketika waktu zuhur tiba, Fahima pulang ke rumah dan Leo kembali ke hotel. Mereka berpisah tepat di depan pintu gerbang Hotel Paraday. Pria itu tahu Michael sedang melakukan pertemuan dengan rekan bisnis, setidaknya untuk hari itu ia tidak akan bertemu dengan bos besar yang suka memerintah semua orang.

Fahima tiba di rumah dengan motornya, ia segera membersihkan diri dan melaksanakan salat zuhur, merapikan koper dan perlengkapan yang akan ia bawa ke Serang. Jika bukan untuk masa depan yang lebih baik, ia tidak mau pegi ke luar Bangka, meninggalkan mama dan neneknya.

“Imah, apa kamu tidak bekerja?” tanya mama lembut.

“Hari ini aku hanya pergi bertemu Leo.” Fahima tersenyum.

“Apa mama dan nenek sudah makan siang?” tanya Fahima dan beranjak dari lantai.

“Ayo kita makan berdua.” Mama menarik tangan Fahima.

“Bagaimana keadaan nenek?” Fahima menghentikan langkah kakinya dan melihat ke kamar nenek.

“Nenek sedang tidur.” Mama tersenyum. Wanita itu tidak mau membuat putrinya ragu untuk pergi ke Serang.

“Hmm.” Fahima melangkah kakinya menuju dapur sederhana yang menyatu dengan meja dan kursi kayu sebagai ruang makan.

Nenek kamu harus segera dirawat.” Mama melirik Fahima yang sedang menikmati makanan sederhana, karena mereka harus berhemat. Waktu berlalu begitu cepat, Fahima telah berada di atas tempat tidur, ia berusaha memejamkan matanya tetapi bayangan tubuh telanjang Michael mengganggu dirinya.

“Astaqfirullah, ya Allah, hapuslah ingatanku tentang hari ini.” Fahima memindahkan imaginasinya dengan ingatan yang lainnya dan berusaha melupakan pria asing yang tidak ia kenal.

Fahima berhasil terlelap dalam tidur, mimpi tentang masa lalu kembali muncul, ingatan ketika ia masih sekolah, Fahima termasuk gadis yang populer sehingga banyak pemuda yang menyukai dan kagum pada dirinya. Seorang pemuda keturunan Tionghoa menyatakan cinta tetapi di tolak oleh gadis berhijab itu.

Penolakan itu membuat pemuda yang menjadi kakak kelas Fahima marah sehingga ia menarik tangan Fahima, mencium paksa pipi dan memeluk tubuh itu. Pengalaman itu menjadi mimpi buruk bagi Fahima membuat dirinya membenci pria keturunan Tionghoa. Di matanya mereka adalah orang yang tidak tahu aturan dan tidak menghormati agamanya.

“Kenapa ingatan yang sudah lama itu kembali muncul?” Mata indah Fahima terbuka, sayup-sayup terdengar suara Azan. Dengan cepat ia turun dari ranjang tua dan berkarat berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan perintah Tuhan.

“Aku kesulitan tidur sehingga tidak terbangun di waktu tahajud.” Fahima mengambil Alquran dan membacanya dengan suara lembut, lantunan ayat-ayat suci memenuhi rumah tua itu.

Wanita itu melakukan rutinitas pagi menyiapkan semuanya dengan sempurna untuk nenek dan mamanya. Air mata mengalir di wajah cantik ketika ia selesai mengerjakan semua pekerjaanya. Ia harus perdi selama dua bulan dan meninggalkan dua wanita yang ia sayangi.

“Ma, ayo makan.” Fahima menarik tangan mamanya.

“Kenapa kamu bersedih, ingat kamu harus lulus.” Mama mengusap kepala Fahima.

“Imah, pasti lulus.” Fahima tersenyum lebar dan menikmati sarapannya hingga selesai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 97 Penyatuan (Tamat)

    Nyonya Li dan Tuan Hardianto tiba di apartemen milik Michael mereka melihat Jordan yang masih meringkuk di sofa ruang tamu dengan tubuh ditutupi selimut tebal.“Jordan, kenapa kamu bisa sakit? Kamu dan El selalu sehat.” Nyonya Li duduk di sofa dan mengusap kepala putra bungsunya.“Selamat pagi, Ma, Pa.” Fahima duduk di sofa tunggal jauh dari Jordan.“Dia sudah baikan.” Michael menatap Jordan.“Ma, bawa aku pulang,” ucap Jordan tidak ingin melihat Fahima.“Aku akan mengantarkan kamu ke bawah.” Michael membantu Jordan berdiri.“Papa saja. Kamu temani Fahima.” Tuan Hardianto mengambil Jordan dari Michael.“Baiklah.” Michael melihat pada Fahima yang hanya diam saja.“Terima kasih sudah merawat Jordan.” Mama Li memeluk Fahima.“Sama-sama, Ma. Kami hanya kebetulan saja,” ucap Fahima tersenyum.Nyonya Li dan Hardianto membawa Jordan pulang untuk di rawat di rumah oleh dokter keluarga mereka. Fahima dan Michael hanya mengantarkan sampai depan pintu lift saja. Pria itu menatap istrinya yang tam

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 96 Merawat Jordan

    Fahima bangun untuk melaksanakan salat tahajut. Gadis itu keluar kamar untuk memeriksa Michael dan Jordan. Hari sudah menujukkan pukul setengah empat pagi. Dia berjalan mendekati suaminya yang terlelap di sofa.“Ehggh.” Suara Jordan terdengar dari dalam kamar.“Ada apa dengannya?” Fahima melihat pintu kamar yang terbuka. Dia berjalan mendekat dan mengintip. Tubuh Jordan tampak gigil karena demam.“Apa dia sakit?” Fatimah segera masuk ke dalam kamar dan menyentuh dahi saudara iparnya yang basah keringat.“Dia benar-benar demam. Suhu tubuh yang panas, tetapi dia kedinginan.” Fahima segera membuang selimut tebal dari tubuh Jordan dan mengantikan dengan kain yang lebih tipis.“Dia kedinginan karena keringat yang terus keluar. Apa Jordan alergi obat?” Fahima beranjak dari kasur dan tangannya dipegang Jordan.“Kamu sakit. Bertahanlah.” Fahima melepaskan tangan Jordan. Dia membuka lemari dan mengambil handuk serta air hangat. Wanita itu kembali pada pria yang sudah tidak sadarkan diri.“Apa a

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 95 Kemarahan dan Cemburu

    Fahima duduk di sofa dengan memeluk kakinya. Dia mengkhawatirkan Jordan. Wanita itu gelisah dan melihat pada Michael.“Apa aku harus membangunkan Michael agar bisa melihat keadaan Jordan? Aku takut terjadi sesuatu padanya. Apalagi dia dalam pengaruh minuman.” Fahima turun dari sofa dan mengintip dari pintu kaca. Tidak ada lagi Jordan.“Semoga dia sudah kembali ke kamar.” Fahima tersenyum. Dia menutup gorden dan berjalan ke tempat tidur. Memperhatikan Michael yang tertidur nyenyak.“El,” bisik Fahima di telinga Michael.“Hm.” Michael memeluk Fahima.“El, ada Jordan,” ucap Fahima.“Apa?” Michael langsung membuka matanya dengan sangat lebar dan duduk.“Di mana?” tanya Pria itu. Dia pikir Jordan ada di dalam apartemennya.“Di sebelah,” jawab Fahima.“Sebelah mana?” Michael menatap Fahima.“Ruangan sebelah. Sepertinya dia minum-minuman yang membuatnya hilang kendali,” jelas Fahima.“Oh. Dia di apartemen sebelah. Bagaimana kamu bisa melihatnya?” Michael berusaha menyadarkan dirinya.“Dari te

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 94 Kegelisahan di Malam Hari

    Fahima telah melepas hijabnya. Dia tidak tahu ada bekas merah pada lehernya. Wanita dengan gamis panjang duduk di tepi ranjang dan mengoleskan obat pada punggung suaminya yang sudah mulai mengering.“Apa luka ku sudah sembuh?” tanya Michael.“Sebentar lagi sembuh. Kamu harus sabar,” jawab Fahima lembut.“Aku akan sabar selama kamu di sisiku,” ucap Michael.“Aku akan selalu bersama kamu.” Fahima tersenyum.“Benarkah?” Michael memutar tubuh menghadap pada istrinya. Dia memperhatikan wajah hingga leher.“Apa ini?” Michael terkejut dan menyentuh leher Fahima.“Apa?” tanya Fahima heran. Dia sudah melupakan kejadian di minimarket karena tidak pernah ada dendam dan benci di dalam hatinya.“Leher kamu merah.” Michael memperhatikan leher Fahima.“Ah.” Fahima tersenyum canggung. Dia tidak bisa berbohong, tetapi tidak pula ingin menarik Cleya ke dalam masalah yang lebih rumit.“Apa yang terjadi? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” Michael menatap tajam pada Fahima. Wanita di depannya tidak g

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 93 Kegilaan Cleya

    Keranjang belanja Fahima dan Michael sudah penuh dengan bahan makanan dan minuman serta cemilan ringan. Mereka berdua berjalan menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Sore hampir terusir oleh magrib. Azan akan berkumandang.“El, aku ke kamar mandi dulu.” Fahima meninggalkan Michael di depan meja kasir. Wanita itu berjalan cepat menuju bagian terdalam mini market. Dia harus ke kamar mandi karena mau buang air kecil.“Apa?” Michael melihat Fahima yang telah menghilang dari balik lemari barang-barang jualan di dalam mini market.“Selamat sore, Pak.” Karyawati yang bertugas tersenyum pada Michael.“Kami akan mulai menghitung,” ucap wanita itu memperhatikan Michael.“Ya,” ucap Michael melihat pada pelayan. Pria itu tidak ingin jauh dari istrinya. Dia terlalu khawatir bahwa Fahima akan diculik pria lain karena perlakuan dirinya sendiri.Fahima masuk ke kamar mandi dan buang air kecil. Dia keluar segera dan mencuci tangan serta bercermin. Wanita itu mengeringkan tangan dan bersiap untuk kelu

  • Terjebak Miliarder Posesif   Bab 92 Perdebatan Kecil

    Matahari bergerak ke ufuk barat. Rona merah indah di langit Jakarta. Fahima keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk putih melingkar di dada sebatas paha. Dia lupa membawa pakain ganti.“Hah, No!” Michael yang hanya mengenakan celana tanpa baju memperhatikan mangsa enak yang berjalan santai menuju lemari pakaian.“Aku belum merapikan isi koper ke lemari.” Fahima berjongkok dan membuka koper. Wanita itu benar-benar lupa pada pria yang siap menerkamnya kapan pun dengan tubuh seksi dan terbuka itu.“Apa yang kamu lakukan?” Michael berdiri di samping Fahima.“Mencari baju ganti,” jawab Fahima tanpa menoleh. Tangan wanita itu berhenti bergerak menyadari dirinya dalam bahaya. Dia mendongak.“Kamu sedang menggodaku.” Michael mengangkat tubuh Fahima dan membawanya ke atas tempat tidur. “Tidak.” Fahima menatap Michael. Dia segera menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang hanya dibaluti handuk putih yang pendek.“Aku mengingikannya.” Michael tersenyum dengan tatapan berbeda. Pri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status