Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 48. Cinta Pertama Lorenzo

Share

48. Cinta Pertama Lorenzo

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-06-01 18:03:25

Alis mata Jessica terangkat, sedikit terkejut dengan pertanyaan Ella. Tatapan dingin Jessica terganti dengan tatapan yang skeptis. Ia terdiam sejenak, mengamati wajah Ella yang menatapnya serius, ada kilat harapan juga di sana.

“Seharusnya kau tanyakan tentang itu kepada Lorenzo,” balasnya pelan.

Gadis itu menghela napas, teringat pertengkaran mereka semalam. Lalu ia melangkah mendekati Jessica dan duduk di sebelahnya.

“Dia tidak mau menjawabnya karena itulah aku bertanya padamu,” sahutnya lesu.

Jessica terdiam sejenak, keningnya berkerut seolah, gadis itu terlihat bimbang.

“Jika Lorenzo tidak mengatakannya kepadamu, aku rasa dia memang tidak ingin kau mengetahuinya,” ungkap Jessica sembari melirik Ella.

“Jadi, aku tidak tahu apakah aku boleh mengatakannya kepadamu atau tidak karena ini menyangkut kehidupan pribadi Lorenzo yang sangat sensitif. Seharusnya dia sendiri yang menceritakannya kepadamu, bukan aku.”

Ella menggaruk pelipis, kemudian menyandarkan pungunggnya pada san
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   53. Trauma Ella

    Ella kecil, berusia delapan tahun, berdiri mematung di ambang pintu masuk bersama neneknya di sebelahnya yang mencengkram erat tangannya. Wajar neneknya pucat, keterkejutan tergambar di wajahnya menyaksikan James—menantunya—mengamuk seperti setan kerasukan dan Karen yang sudah terbaring lemah di ruang tamu. Dengan cepat ia segera membawa Ella masuk ke kamar. Ia mendorong Ella masuk kamar, setelahnya menutup pintu dan berlari melindungi Karen dari kegilaan James. Ella yang belum memahami keadaan dengan penuh rasa penasaran itu mengintip dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka. Matanya melebar, air mata seketika berderai, tubuhnya bergetar dan berkeringat dingin. Rasa takut menyerang begitu melihat James menendang brutal tubuh Karen yang sudah tidak berdaya di bawah lantai. Tangan mungil Ella yang gemetar menjatuhkan piala yang digenggamnya—piala yang ingin ia banggakan di hadapan kedua orang tuanya atas prestasi yang diraihnya kini tidak ada artinya—piala itu patah. Tub

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   52. Lihat aku, Sayang

    "Pembayaran sudah berhasil dilakukan, Tuan, mohon maaf atas ketidaknyamanannya,” ucap pramuniaga dengan nada sungkan dan senyum kaku sembari menyerahkan struk belanja dan paper bag berisi kotak sepatu kepada Lorenzo. Lorenzo mendengus jengkel, kesabarannya menipis setelah ia dibuat menunggu beberapa menit karena mesin pembayaran yang error. Dengan langkah tegas ia kembali menemui Ella di tempat terakhir ia meminta gadis itu menunggunya. Namun, tempat itu kini kosong. Gadis itu sudah menghilang. Lorenzo menggeram jengkel, matanya spontan berpendar ke seluruh ruangan. Seperti biasa, Ella tidak bisa menurut dan mendengarnya. Gadis itu selalu punya cara tersendiri untuk membuat kesabarannya habis tidak tersisa. “Ahk! Lepaskan aku!” Samar-samar ia mendengar suara gadis itu di balik etalase pakaian. Lorenzo melangkah lebar-lebar menuju suara itu. Firasat buruk sudah merayap di hati dan pikirannya. Insting protektifnya langsung mengambil alih. Brak! Tubuh Lorenzo menegang, napasnya t

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   51. Pria Idaman Wanita

    Sarapan kali ini terasa lebih tenang dari sarapan-sarapan sebelumnya. Ella mengunyah sandwich. Matanya sesekali melirik Lorenzo yang sedang menyeruput kopi sambil membaca sebuah dokumen di sebelahnya cangkir kopinya Pria itu akhir-akhir ini benar-benar sangat sibuk. Bahkan untuk sekedar makan saja dia tidak bisa lepas dari pekerjaannya. Ella menghela napas, di saat-saat sunyi dan tenang seperti ini, pikirannya sangat berisik. Beratnya percakapan dengan Jessica kemarin, kekhawatirannya akan masa depan, dan perasaan yang ia abaikan timbul memenuhi pikirannya. Ia tidak bisa mengatasi kebisingan pikirannya, ia harus mengalihkan perhatian ke hal lain. Ella menelan sisa sandwich di mulutnya dan meneguk jus jeruk segar dengan terburu-buru. Kemudian menatap Lorenzo. “Lorenzo,” panggilnya pelan. “Hmm?” balas Lorenzo acuh tak acuh, bahkan tidak menatap Ella. Ella berdehem. “Maukah kau mengajak Jessica ke sini? Aku butuh teman.” Lorenzo perlahan mengalihkan pandangannya menatap E

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   50. Kau Bintangku

    Tuntutan pekerjaan yang menumpuk mengharuskan Lorenzo pulang larut malam. Namun bahkan saat perjalanan pulang, ia tetap tidak jauh-jauh dengan pekerjaannya. Pria itu masih menggenggam ponselnya membaca sebuah dokumen. Ia memijit pangkal hidungnya, kepalanya terasa sedikit pening. Sejenak ia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi, sambil memejamkan matanya. Lampu-lampu jalan yang menembus kaca jendela menerangi wajahnya yang kelelahan Alessio tiba-tiba berdehem, matanya melirik Lorenzo dari kaca spion. “Mengenai Ella, dia agak aneh hari ini,” celetuk Alessio memecah keheningan ruang mobil. Mata Lorenzo terbuka perlahan disertai kerutan di kening. Balas menatap Alessio dari kaca spion. “Ada apa dengannya?” “Siang tadi, saat aku mengantarnya pulang, tepat setelah kami meninggalkan area kantor, dia tiba-tiba menangis kencang di dalam mobil,” jelas Alessio. Tubuh Lorenzo menegang seketika, punggungnya langsung tegap. “Menangis? Kenapa? Apakah karena kepalanya sakit lagi?” tanya L

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   49. Overthinking

    Kata-kata Jessica berputar di kepalanya seperti kaset rusak. Ia duduk melamun di pojok kafetaria dengan pandangan kosong. Namun, pikirannya sedang sangat berisik sekali sekarang. Ponselnya terus bergetar, menampilkan nama Lorenzo. Ella bahkan tidak menyadari ponselnnya berdering. Ia terlalu tenggelam dalam pikirannya. Untuk pertama kalinya ia percaya dengan Jessica. Perkataanya logis. Meskipun di sisi lain ia sadar bahwa tidak semua yang dikatakan Jessica asalah kejujuran, tapi tanpa penjelasan dari Lorenzo, hanya kata-kata Jessica yang saa ini ia pegang. “Bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika Lorenzo hanya melihatku sebagai pengganti Seline? Apakah hubungan kami hanya cara Lorenzo mengisi kekosongan yang ditinggalkan Seline?” batinnya gelisah. “Setelah semua pertengkaran kita, setelah semua penderitaanku, setelah aku meninggalkan Daren dan dia hanya menjadikanku pelampiasannya?” Tangan Ella terkepal di pangkuannya tanpa ia sadari. “Jika memang cinta Lorenzo begitu besar kepa

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   48. Cinta Pertama Lorenzo

    Alis mata Jessica terangkat, sedikit terkejut dengan pertanyaan Ella. Tatapan dingin Jessica terganti dengan tatapan yang skeptis. Ia terdiam sejenak, mengamati wajah Ella yang menatapnya serius, ada kilat harapan juga di sana. “Seharusnya kau tanyakan tentang itu kepada Lorenzo,” balasnya pelan. Gadis itu menghela napas, teringat pertengkaran mereka semalam. Lalu ia melangkah mendekati Jessica dan duduk di sebelahnya. “Dia tidak mau menjawabnya karena itulah aku bertanya padamu,” sahutnya lesu. Jessica terdiam sejenak, keningnya berkerut seolah, gadis itu terlihat bimbang. “Jika Lorenzo tidak mengatakannya kepadamu, aku rasa dia memang tidak ingin kau mengetahuinya,” ungkap Jessica sembari melirik Ella. “Jadi, aku tidak tahu apakah aku boleh mengatakannya kepadamu atau tidak karena ini menyangkut kehidupan pribadi Lorenzo yang sangat sensitif. Seharusnya dia sendiri yang menceritakannya kepadamu, bukan aku.” Ella menggaruk pelipis, kemudian menyandarkan pungunggnya pada san

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status