Share

Mila Terluka

Mila hanya melakukan perintah ibu mertuanya dengan air mata yang terus mengalir. Belum lagi badannya terasa begitu lengket karena tumpahan susu madu jahe tadi. Tak berselang lama Mila pun menyelesaikannya. Ia kemudian hendak mandi tetapi saat melewati kamar Hana dan Adam terdengar lagi suara desahan. Rupanya Adam begitu menikmati perannya sebagai pengantin baru.

Mila hanya menghela napas. Ia pun pernah ada di posisi itu. Tetapi seharusnya ia tak ingin mendengar secara langsung. Tetapi kenyataannya tidak demikian.

Satu minggu berlalu. Hana telah tinggal di sana selama satu minggu. Begitu juga dengan ibu mertuanya. Katanya Ibu mertuanya tidak akan lama berada di rumah itu. Tetapi entah kenapa sampai sekarang masih belum pulang ke rumahnya juga.

Hari ini Hana dan ibunya Adam pergi ke mall. Sedangkan Adam juga libur bekerja. Adam dan Mila memiliki waktu bersama.

"Mila, boleh kah aku meminta jatah darimu?" tanya Adam.

Mila yang memang sedang membaca buku mendengar pertanyaan Adam tetapi ia hendak menolak karena rasanya dirinya merasa sangat risih berhubungan dengan suami yang juga memiliki istri lagi.

"Mila, apa kamu mendengar kan suamimu?" tanya Adam kembali. "Aku kan suamimu juga. Aku masih bisa meminta jatah dari mu, bukan?"

Mila terdiam. Bagaimana mengatakan kalau ia sebenarnya tak mau diajak Adam berhubungan meskipun tak ada pengganggu di rumahnya. "Aku …"

Tak butuh waktu lama, Adam langsung merengkuh tubuh Mila yang masih belum siap itu. Adam menyalurkan hasratnya kepada Mila. Istri yang sebelumnya begitu ia cintai sebelum adanya Hana.

Mila hanya pasrah. Meskipun terkesan sama sebelum Adam menikah lagi tetapi ia merasa sangat jijik. Jika Adam telah menyentuh perempuan lain. Dan ia juga merasa hambar karena Adam telah menyentuh perempuan lain.

Adam telah menyelesaikan hajatnya. Tak lupa juga ia berikan kecupan di kening Mila. Mila hanya diam tak menjawab ucapan Adam yang berterima kasih. Mila hanya mengangguk kemudian membersihkan diri segera. Ia tak mau sisa hubungan Adam dengan Hana menempel di tubuhnya. Meskipun sebenarnya hal itu tak mungkin terjadi. Hanya saja perasaan Mila yang tak seperti dulu lagi.

Sementara itu di mall. Hana dan Bu Retno tengah berbelanja. Hana telah meraih kartu kredit milik Adam.

"Ibu, kita bisa belanja apapun yang kita mau. Aku juga bangga telah bisa mendapatkan Adam seutuhnya. Dan ternyata Adam juga suka sama tubuh ku. Kata Adam aku lebih seksi daripada Mila," ucap Hana dengan menyunggingkan sebelah bibirnya.

"Ya, karena kamu itu memang perempuan yang hebat, Hana. Nggak salah pilih ibu menikahkan kamu sama Adam. Tentu ibu yakin sebentar lagi kamu akan hamil anak Adam. Nggak seperti perempuan mandul itu," sahut Bu Retno. Ia begitu bangga dengan menantu barunya.

Mereka pun berbelanja mulai dari baju, tas, jam tangan branded hingga menghabiskan banyak uang Adam. Tagihan Adam pun cukup banyak. Sampai saat di rumah Adam merasa sangat boros sekali istri dan juga ibunya itu.

"Kok banyak banget. Mereka beli apa saja?" keluh Adam.

Selamat ini Mila tak pernah meminta apapun kepada Adam. Apalagi menghabiskan uang Adam. Mila hanya membeli keperluan nya dengan hemat. Tetapi hari ini masih 1 minggu menikah dengan Hana sudah menghabiskan cukup banyak nominal nol.

Tetapi Adam tak bisa menunjukkan sikap nya itu kepada Mila. Meskipun Mila sebenarnya juga memiliki hak yang sama. Tetapi justru kartu kredit milik Adam dipegang Hana. Mila terkadang hanya menerima beberapa lembar uang seratus ribu dari Adam. Mila menolak memakai kartu kredit.

Mila sedang berdiam diri di kamar mandi. Ia diguyur air shower kamar mandi. Ia merasa begitu jijik saat Adam baru saja mengajaknya berhubungan. Meskipun ia tahu Adam punya hak untuk mengajaknya berhubungan.

Mila masih ingin hidup bersama dengan Adam. Setidaknya ia hanya berbuat baik dan menjalankan tugas sebagai istri Adam.

Sepulang Hana dan ibunya Adam dari mall. Adam langsung menginterogasi mereka berdua. Hana dan Bu Retno tengah menenteng beberapa tas besar yang mereka bawa masuk ke dalam rumah.

"Kalian beli apa saja? Kenapa bisa tagihan kartu kredit begitu melonjak?" tanya Adam.

"Maaf, Sayang. Aku hanya pakai hakku sebagai istrimu. Kemarin kan kamu belikan aku barang-barang yang biasa. Aku juga ingin dong pakai barang branded. Jadi nanti kalau kamu ajak aku keluar aku bisa terlihat berkelas," jawab Hana.

"Tapi kan kamu juga harus tahu ukuran. Untuk apa beli semua barang ini? Ibu juga beli apa saja itu?" tambah Adam.

"Ibu juga ingin beli jam tangan baru. Kalau ada arisan nanti kan teman-teman ibu bisa lihat jam tangan ibu. Sudah lah Adam! Uang kamu banyak kalau nggak dipakai untuk keperluan istri dan ibumu mau kamu pakai apa lagi? Apa iya uang kamu mau dihabiskan sama Mila itu. Kalau investasi jelas untuk Hana yang produktif. Kalau Mila kan mandul percuma juga kalau kamu kasih barang-barang bagus untuknya," sahut Bu Retno.

"Tapi, Bu …"

"Sudahlah, ibu capek. Ibu mau istirahat. Jangan pelit kamu sama ibu! Agar uang kamu bisa berkah dan bertambah," potong ibunya Adam kemudian berlalu meninggalkan Adam.

Hana yang merasa tak bersalah pun kemudian membongkar semua barang belanjaan di ruang tengah. Sementara Mila yang baru saja mandi hanya menyaksikan madunya tengah mencoba beberapa barang branded yang dibeli nya tadi.

"Kamu pengen beli juga? Sini aku kasih satu deh untuk kakak maduku," tanya Hana kemudian tersenyum tipis seperti mengejek. "Nggak, aku nggak butuh itu," tolak Mila.

"Bilang saja kalau iri, Mila! Lagipula kamu juga nggak bisa kan minta ini itu sama Adam karena kamu mandul," sahut ibunya Adam yang sedang mencoba jam barunya.

"Maaf, tidak, Bu," jawab Mila.

Adam yang tahu akan hal itu mendekati Mila. "Kamu mau Abang belikan apa?" Ia tak mau melihat Mila dalam posisi seperti itu.

Hana kemudian bangkit dan merengek pada Adam. "Sayang, bagus nggak? Aku mau kamu lihat ini semua dong!" ajak nya.

Mila hanya tersenyum kecut. Suami yang terlihat ingin perhatian kalah sama istri barunya dan tak dapat lagi membela nya. Mila kemudian keluar rumah tadi sudah izin kepada Adam untuk belanja di toko sebelah. Untuk mengisi dapur karena kebutuhan dapur sudah habis.

Sedangkan Adam menemani Hana yang mencoba barang-barang yang ia beli tadi. Adam melihat barang yang dibeli Hana terlihat seperti biasa. Tetapi entah kenapa harganya begitu fantastis. Ia juga tak akan kehabisan uang kalau hanya memberikan Hana itu saja. Ia masih memiliki cukup uang untuk kebutuhan rumah.

Sepulang dari toko, Mila pun menata barang belanjaan nya di dapur dan ternyata ibu mertuanya ada di dapur juga.

"Eh, kamu dari mana saja? Aku sudah lama menunggu. Sekarang buat nasi goreng untukku. Rupanya kamu baru menghabiskan uang Adam ya untuk membeli semua barang ini? Ayo masakkan aku nasi goreng cepat!" perintah Bu Retno.

Padahal barang yang dibeli Mila tak sebanyak yang dibeli Hana. Dan Mila membeli kebutuhan rumah tangga. Apalagi di rumah tersebut kini ada empat orang yang ia tanggung. Dan baru saja ia sampai di rumah sudah harus memasak nasi goreng.

Ternyata nasi juga tinggal sedikit. Tak mungkin untuk langsung menggoreng nasi. Mila pun menghampiri Ibu mertua nya. "Bu, maaf. Nasinya tinggal sedikit. Mungkin butuh waktu agak lama untuk memasak nasi nya dulu. Apa ibu nggak apa-apa?" tanyanya.

"Kamu itu bagaimana sih? Sudah tahu di sini ada tiga orang yang harus makan. Kalau masak jangan dikit-dikit lah! Masa masih jam segini nasi sudah habis saja?" cibir ibunya Adam. Ia hanya menghitung dirinya, Adam dan Hana.

"Tapi kan waktu makan masih nanti malam, Bu. Dan sudah melewatkan makan siang. Jadi aku belum masak nasi lagi," jawab Mila.

Bu Retno justru melemparkan gelas yang ada di depannya dan sampai terdengar bunyi pyarrr.

Mila pun terkejut. Sedikit pecahan gelas itu mengenai kakinya dan mengeluarkan darah segar. Adam yang mendengar ada pecahan gelas pun menghampiri dapur. ''Ada apa lagi ini?"

"Istrimu yang ini memang tak berguna. Ibu mau makan katanya banyak sekali alasan," ketus Bu Retno.

Mila hanya meringis kesakitan. Adam yang melihat kaki Mila berdarah pun hendak mengecek kondisi Mila. Baru dua langkah Adam berjalan, ia sudah ditarik oleh Hana.

"Sayang, kok lama banget keluar nya? Ayo ke kamar lagi!" rengek Hana dan Adam pun tak jadi menolong Mila.

"Kenapa kamu diam saja? Cepat bersihkan ini semua lalu masakan aku makanan yang enak. Dan aku nggak mau terlalu lama," sergah Bu Retno lalu menendang pecahan gelas ke arah Mila dan luka di kaki Mila bertambah.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mia Mia
keterlaluan, pergi aza Mila jgn mau jadi babu, apalagi berbaki sama suami gk tau diri kaya gitu, meski kamu hamil pun masih bisa hidup berdua sama bayi kamu,kamu bisa kerja kok, ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status