Mila hanya melakukan perintah ibu mertuanya dengan air mata yang terus mengalir. Belum lagi badannya terasa begitu lengket karena tumpahan susu madu jahe tadi. Tak berselang lama Mila pun menyelesaikannya. Ia kemudian hendak mandi tetapi saat melewati kamar Hana dan Adam terdengar lagi suara desahan. Rupanya Adam begitu menikmati perannya sebagai pengantin baru. Mila hanya menghela napas. Ia pun pernah ada di posisi itu. Tetapi seharusnya ia tak ingin mendengar secara langsung. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Satu minggu berlalu. Hana telah tinggal di sana selama satu minggu. Begitu juga dengan ibu mertuanya. Katanya Ibu mertuanya tidak akan lama berada di rumah itu. Tetapi entah kenapa sampai sekarang masih belum pulang ke rumahnya juga. Hari ini Hana dan ibunya Adam pergi ke mall. Sedangkan Adam juga libur bekerja. Adam dan Mila memiliki waktu bersama. "Mila, boleh kah aku meminta jatah darimu?" tanya Adam. Mila yang memang sedang membaca buku mendengar pertanyaan Adam t
Mila tak lagi kuasa menahan air matanya yang ia bendung. Sakit di kaki dan juga sakit di dadanya. Ia pun mengulum bibirnya sekuat tenaga. Ia mengambil pecahan gelas dengan hati-hati. Kemudian ia bersihkan seluruh dapur. Kemudian barulah ia akan membersihkan luka di kakinya. Tetapi begitu ia akan mengambil kotak obat tiba-tiba Bu Retno datang menghampiri. "Mana nasi gorengnya? Masih alasan apalagi kamu?" bentak nya. "Sebentar, Bu! Saya akan mengobati luka saya dulu, takut infeksi," sahut Mila kemudian berlalu meninggalkan ibu mertuanya. Bu Retno justru menarik tangan Mila dan air mengenai tembok. Mila pun terkejut. "Nggak usah banyak alasan lagi lah! Belikan saja nasi goreng sana di luar daripada menunggu kamu yang banyak ocehan," perintah Bu Retno.Mila masih terdiam. Baru saja akan mengobati luka nya sudah diperintahkan keluar rumah. "Kenapa diam saja? Cepat!" teriak Bu Retno."Iya, Bu. Uangnya mana?" tanya Mila. "Ya pakai uang dari Adam tadi lah. Kamu kan tadi habis belanja pak
Keesokan harinya, Mila bangun. Ia melihat langit-langit kamar nya. Tetapi kepalanya masih saja pusing. "Kenapa kepalaku pusing sekali? keluhnya. Ia pun bangkit mencoba memastikan keadaan. Berusaha untuk bisa membuka pintu berharap Adam akan memberikan penjelasan. Begitu pintu kamarnya terbuka Ia justru melihat Bu Retno."Nah, ini yang membuat keresahan di rumah. Ngapain saja kamu? Ayo, cepat kamu masak untuk kami! Adam sampai tak makan karena kamu terlalu lama tidur!" perintah Bu Retno dengan menarik tangan Mila dengan kasar."Bang Adam kemana, Bu?" tanya Mila lirih."Kerja lah. Kamu pikir dengan tidur kamu bisa memberikan di sarapan," gertak Bu Retno."Bukankah ada Hana sebagai istrinya Bang Adam juga. Aku pusing dan lemas, Bu," keluh Mila."Banyak alasan kamu. Sekarang ikut ke dapur. Kalau lapar itu kan ada mi sisa tadi malam. Sayang kalau dibuang lebih baik kamu makan itu! Kamu bilang pusing kan? Biar nggak pusing kamu makan ini, cepat!" Bu Retno memasukkan paksa mi sisa tadi malam
Keesokan harinya, Hana dan Adam pun pergi ke pesta pernikahan teman Adam tersebut. "Yuk, Sayang!" ajak Hana.Adam hanya menengok sebentar ke arah Mila yang menunduk di ruang tamu setelah menyapu ruang tamu. Mila pun menutup pintu setelah Adam tak lagi terlihat. Bu Retno menghampiri Mila. "Heh, kamu ngapain masih di situ? Sekarang buatkan aku teh hangat! Tenggorokan ku terasa haus," perintah nya. Mila yang masih diam saja pun membuat Bu Retno geram lalu mendorong tubuh Mila sampai terjatuh. "Aduh," keluh Mila yang hampir saja mengenai vas bunga di sudut ruang."Cepat buatkan aku teh hangat! Jangan buat aku marah! Kenapa? Kamu iri kalau Hana yang ikut ke pesta pernikahan? Mulai sekarang kamu harus banyak mengalah karena Hana bisa memberikan keturunan kepada Adam," sengit Bu Retno. Mila hanya menurut dan ia pun bergegas menuju ke dapur untuk membuat teh hangat.Di pesta pernikahan teman Adam. Hana memperkenalkan diri kepada teman-teman Adam. Adam bahkan tak memperkenalkan Hana. Juga b
Mila kemudian memasukkan sedikit demi sedikit makanan yang telah ia ambil dari meja makan. Meskipun rasanya tak seenak duduk bersama dengan suaminya di meja makan seperti biasanya. Tetapi mau bagaimana lagi semua ini telah terjadi.Beberapa hari kemudian, Hana mengeluh pusing dan mual-mual. Bu Retno yang merasa bahwa Hana hamil segera berinisiatif untuk memberikan benda pipih untuk mengetes kehamilan. Bahkan ia juga menunggu di depan kamar mandi selagi Hana sedang mengetes. "Nggak salah lagi Hana pasti hamil. Cepat sekali bukan kalau memang subur yah memang akan Cepat. Kalau nggak subur Meskipun sudah menikah lama juga nggak akan punya anak," sindir Bu Retno kepada Mila yang kebetulan melintas di depan kamar mandi. Mila pun hanya terdiam. Baru juga 2 minggu memang Hana menikah dengan Adam sudah mengeluh seperti morning sickness. Memang masih wajar saja bisa jadi hari pertama Hana haid memang sebelum menikah. Itu menurut perhitungan dari awal haid terakhir."Sudah lah, Bu! Jangan sepe
Mila hanya menengok sebentar kemudian hendak ke kamar lagi. Tetapi tiba-tiba Hana memanggil. "Kakak madu, aku ingin makan tahu isi deh. Tolong belikan atau buatkan untukku, ya?" pintanya. Baru saja Mila hendak beristirahat ada lagi yang diminta oleh Hana.Bu Retno yang mendengar itu pun ikut angkat bicara. "Kamu dengar nggak sih? Hana mau tahu isi. Kalau kamu nggak mau buat kamu cari sana!" Adam baru saja keluar dari kamar mandi. "Ada apa ini?""Anak kita mau tahu isi, Mas. Aku mau Mbak Mila yang buat tapi sepertinya dia nggak mau deh," jawab Hana dengan merengek pada Adam. "Ya sudah biar aku saja yang mencari tahu isi untuk kamu," sahut Adam.Hana menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, aku mau Mbak Mila saja yang mencarikan, Mas. Karena anak kita maunya begitu," lanjut Hana."Oke, biar aku yang antar Mila," balas Adam kemudian hendak menghampiri Mila. Tetapi dicegah oleh Hana dengan menarik tangan Adam. "Aku nggak mau jauh dari kamu, Mas. Biarlah minta tolong sama Mbak Mila itu yang
Hana kemudian membuang ke tempat sampah di hadapan Mila. "Kakak madu, aku mau kamu masak yang baru, ya! Aku merasa mual makan ini," perintah nya. Belum juga Mila selesai makan bahkan peluh saat memasak pun belum hilang sudah ingin meminta memasak lagi.Mila pun bangkit. "Maaf ya, Hana. Aku sudah mencoba memberikan yang terbaik. Kalau memang nggak sesuai dengan lidah mu kenapa nggak kamu masak sendiri sesuai dengan keinginan kamu," semburnya. Bu Retno tak terima dengan perkataan Mila dan langsung memukul pipi Mila sampai Mila kesakitan. "Dasar wanita mandul. Kamu itu harusnya bersyukur ada perempuan yang mau sama suami kamu. Bagus kamu tak diceraikan sama anak saya. Kamu malah kurang ajar sama Hana."Adam menghampiri Mila. Tak tega sebenarnya ibunya memukul Mila. Padahal selama ini ia juga tak pernah memukul Mila. "Ibu, sudahlah. Kasihan Mila. Hana, sekarang kita makan di luar saja!" ajaknya kemudian meraih tangan Hana. Hana melambaikan tangan pada Mila dengan senyum licik.Mila kemud
"Tidak, Bang. Aku menunggu saja di sini," jawab Mila kemudian memalingkan wajahnya."Mila, kamu tahu Abang ini tak tega jika kamu terlihat seperti ini. Abang sengaja mengajak kamu agar kamu tak kesepian," ucap Adam.Mila hanya berdehem. "Ayo lah! Pilih apa yang kamu inginkan, Mila! Atau Abang yang pilihkan untuk kamu?" tanya Adam."Terserah Abang saja!" jawab Mila.Saat Adam baru saja bangkit dan hendak memilih baju untuk Mila, Hana sudah memanggil Adam. "Mas, aku sudah lapar. Yuk kita makan! Oh ya, kakak madu tolong bawakan barang belanjaan ku, ya? Kan nggak mungkin aku bawa berat," pintanya dengan manja lalu menyodorkan beberapa tas belanjaan kepada Mila."Tapi aku mau pilihkan baju untuk Mila dulu," tolak Adam. Hana cemberut mendengar itu dari Adam. "Mbak Mila nggak mau baju kok. Ya kan Mbak Mila?" Mila hanya mengangguk. "Tuh kan Mbak Mila aja nggak mau kok kamu yang maksa sih. Sudahlah ayo kita makan! Kasihan kan anak kamu kalau lapar," kelakar Hana kemudian menarik tangan Ada