Share

Adam Berubah

"Coba katakan, Adam sayang! Milik siapa yang lebih indah?" paksa Hana. Ia merasa bahwa miliknya jauh lebih indah daripada milik Mila.

Adam menelan saliva. Ia tak bisa memungkiri ketika apa yang ia lihat di sana memang lebih indah dan bohay daripada milik Mila. Gejolak kelelakiannya pun meronta. Apalagi saat ia dijejali dengan pemandangan indah seperti itu.

Hana yang terus menggoda Adam pun berhasil. Ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Adam kemudian merengkuh tubuh Hana dan mereka melakukan malam pertama di siang hari.

Sementara di luar kamar ibunya Adam masih meminta kepada Mila untuk membuatkan masakan. Karena hari itu sebenarnya Mila sudah memasak dan ia mengira kalau Adam dan Hana akan tinggal di rumah Hana. Tetapi tidak. Adam dan Hana justru tinggal serumah dengan Mila.

Rumah itu adalah rumah hasil kerja keras Adam dan Mila selama ini. Tentu berat bagi Mila melihat Hana juga ikut tinggal di sana. Apalagi ibunya Adam juga hanya membela Hana daripada dirinya yang masih berstatus menantu di rumah tersebut.

Mila bahkan mendengar desahan dari kamar dimana Adam dan Hana sedang bersama. Mila sedikit kecewa karena tadi Adam mengatakan hanya menjadikan Hana istri dan tidak hendak menyentuhnya tetapi justru janji itu diingkari oleh Adam sendiri.

Sembari memasak Mila pun meneteskan cairan bening dari ujung netranya. Ia masih merasa sakit ketika madunya ikut tinggal serumah dengannya.

Satu jam berlalu, Mila telah selesai memasak. Tetapi ia tak ikut makan bersama. Adam, Hana dan ibunya Adam pun sudah berada di meja makan dan hendak makan bersama.

"Mila mana, Bu?" tanya Adam.

"Nggak tahu. Dia kan memang malas. Mungkin di kamar," jawab Bu Retno.

Adam hendak bangkit untuk mencari Mila. Tetapi tangannya ditarik oleh Hana. "Mau kemana kamu? Kita makan dulu lah! Tentu kamu juga lapar, kan? Enak juga masakan Mila. Aku bisa betah tinggal di sini karena ada yang bisa masak untukku."

"Iya, dia memang pandai memasak. Maka dari itu kita masih bisa pakai jasanya untuk memasak untuk kita," sahut Bu Retno.

Adam memang cukup lapar karena setelah bergulat dengan Hana tadi. Tetapi ia juga merasa tak enak ketika Mila tak ada satu meja dengannya. Hana hanya tersenyum melirik ibu mertuanya.

Malam harinya, Mila masih terdiam di kamar. Ia masih meratapi nasibnya dengan perkataan ibu mertuanya yang begitu menyayat hati. Adam yang menuju kamar melihat Mila masih membaca buku. Tetapi entah Mila membaca betul buku itu atau hanya agar dianggap memiliki kesibukan.

"Mila, maafkan Abang!" lirih Adam.

Mila tak menjawab. Matanya masih sembab karena seharian ini ia menangis Tetapi tanpa ada yang mengerti dirinya.

"Maaf untuk apa lagi, Bang?" tanya Mila. Ia tahu apa yang dikatakan Adam hanya untuk pemanasan mulut Adam saja.

"Aku masih cinta sama kamu, Mila. Dan akan terus seperti itu. Aku harap kamu juga sama," ucap Adam.

Mila hanya terdiam. Ia tak ingin menjawab pernyataan dari Adam. "Kamu sudah makan?" tanyanya. Ia masih peduli dengan suaminya karena ia masih berstatus istri Adam.

"Sudah, ayo aku temani kamu makan, Mila!" ajak Adam. Mila hanya menurut. Mereka keluar dari kamar tetapi begitu Adam keluar kamar Hana sudah langsung memeluk Adam.

"Sayang, kamu kok lama banget? Aku sudah kangen banget sama kamu. Ayo kita istirahat!" rengek Hana.

Mila melihat itu sebenarnya jijik. Seharian mereka hanya bersama sedangkan baru 10 menit saja Adam mengajaknya berbincang seakan sudah 2 jam.

"Kasihan Hana, Adam. Kalian istirahat saja sana! Ini kan hari pertama kalian menikah. Lagipula Mila juga bisa kok tidur sendiri," sahut Bu Retno.

Hana kemudian menarik tangan Adam menuju ke kamar depan Mila. Mila hanya melihat itu tanpa ada perlawanan. Ia sudah berjanji untuk tak lagi menangis. Karena menangis pun tak ada gunanya. Ia hanya menuju ke dapur berharap masih ada sisa makanan untuk bisa ia santap. Begitu sampai di dapur ternyata semua makanan yang dihidangkan di meja makan telah habis. Tetapi piring kotor menumpuk di tempat cuci piring. Mila menghampiri Ibu mertuanya.

"Bu, makanan di dapur sudah tak ada lagi?" tanya Mila.

"Memang habis. Terus kenapa? Kamu kan bisa masak lagi. Manja banget, oh ya itu segera bersihkan dapur! Aku nggak suka lihat dapur kotor seperti itu," perintah Bu Retno.

Mila pun kembali ke dapur. Perutnya yang lapar sejak pagi tak makan dan ternyata semua makanan habis. Ia melihat masih ada 1 telur utuh di kulkas. Tetapi nasi pun telah habis. Mereka tak menyisakan sedikit makanan untuk Mila. Tetapi justru disuruh untuk membersihkan dapur yang sangat berantakan.

Mila menghela nafas sebelum memulai semuanya. Ia pun mulai membersihkan meja makan lalu mencuci semua piring kotor. Cukup cepat pekerjaan Mila. Ia pun hendak makan mie instan memakai 1 telur yang tersisa di kulkas. Tak butuh waktu lama ia pun selesai membuat nya dan kembali mencuci panci yang ia gunakan untuk membuat mie.

Tiba-tiba ibu mertua Mila ke dapur. ''Wah, enak nih. Buat aku, ya!" Ia pun membawa 1 mangkok mie dengan telur.

"Tapi itu punya ku, Bu," sahut Mila. Ia memang sudah lapar dan hanya itu yang tersedia di dapur karena ia belum belanja kebutuhan dapur lagi. Seharusnya kemarin tetapi karena persiapan Adam menikah akhirnya Mila tak jadi belanja.

Ibunya Adam berdecak, "Menantu nggak tahu diri. Aku kan cuma mau makan mie ini. Kamu kan bisa membuatnya lagi."

Mila pun hanya diam. Kalau diteruskan lagi akan semakin membuat keributan. Ia tak mau itu terjadi. Ia memilih mengalah.

"Mila, belikan aku susu madu jahe! Aku mau minum itu," perintah Bu Retno.

"Tapi ini sudah malam, Bu. Aku mau cari kemana?"

"Usaha lah! Kan memang biasa ada malam hari. Kamu jangan jadi pemalas. Sekarang kamu tak bisa hanya mengandalkan Adam. Karena Adam telah memiliki Hana. Jadi kamu harus bisa mandiri. Kan nggak mungkin aku menyuruh Adam untuk mencari susu madu jahe Sekarang juga. Dia dan Hana sedang menikmati jadi pengantin baru," ketus Bu Retno.

Mila melirik sudah pukul 10 malam. Ia tak biasa keluar malam tanpa Adam. Tetapi ibu mertuanya seperti tak punya pengertian dan hanya bisa memerintah saja. Ia pun menurut. Mengumpulkan keberanian untuk pertama kali ia keluar makam untuk mencarikan permintaan ibu mertuanya. Ia mencoba melihat ke sekeliling kompleks dan bertanya kepada tetangga dimana kedai yang menjual susu madu jahe. Dan untungnya tak jauh dari tempat tinggalnya. Mila pun kembali berjalan ke arah berlawanan. Di sana memang menjual susu madu jahe tetapi cukup banyak pengunjung. Ia pun rela antre selama beberapa saat.

Sekitar satu jam kemudian akhirnya Mila pulang dan akan segera diberikan kepada ibu mertuanya. Ia melihat di rumah sudah sepi. Ia juga melihat ibu mertuanya sudah tidur di kamar tamu. Ia tak hendak membangunkannya. Ia takut mengganggu waktu tidur ibu mertuanya.

Pagi harinya, Mila sudah beres-beres rumah. Ia memang rajin dalam mengurus rumah. Meskipun belum ada yang bangun saat itu. Tiba-tiba ibunya Adam datang menyiramkan susu madu jahe tepat di depan Mila. Mila pun terkejut. "Ada apa, Bu?" tanyanya.

"Masih tanya juga. Kenapa kamu lama sekali sampai membuat aku menunggu lama? Ini juga tak berguna. Kamu bersihkan saja minuman tak berguna itu," jawab Bu Retno dengan tatapan kebencian.

Adam yang baru saja keluar kamar pun menghampiri mereka. ''Ada apa ini ribut-ribut pagi pagi?" tanyanya.

"Istrimu yang ini sangat tidak becus dan lelet. Ibu minta susu madu jahe tadi malam nggak pulang-pulang. Padahal ibu sudah menunggu lama," jawab Bu Retno.

"Apa benar begitu, Mila?" tanya Adam.

Hana yang memakai baju seksi pun juga penasaran dengan keributan yang ada. Ia kemudian memeluk Adam dengan erat. "Kenapa kamu tiba-tiba nggak ada di samping ku, Sayang? Aku kan nyari kamu. Kok gulingku ini nggak ada."

Mila hanya menatap kecut orang-orang yang ada di depannya. Sebesar mungkin ia harus terlihat tegar. "Aku mencari susu jahe madu permintaan Ibu tadi malam. Kan biasanya kamu tak memperbolehkan aku keluar malam sendiri. Aku juga tidak tahu kemana mau mencari. Dan setelah bertanya kepada beberapa tetangga akhirnya aku dapat penjual itu dan ternyata di sana antrinya cukup lumayan. Waktu aku pulang ternyata ibu sudah tidur," jelasnya. Ia pun sembari menahan air matanya tak jatuh. Ia tak mau dianggap lemah di hadapan mereka semua.

"Alasan saja kamu itu. Bilang saja kamu lelet," cibir Bu Retno.

"Lain kali hati-hati ya kalau keluar malam!" sahut Adam. Mila tak menyangka akan semudah itu ternyata mengizinkan ia keluar sendiri. Padahal selama ini Adam tak pernah memperbolehkan dirinya untuk keluar malam kecuali dengan Adam. Mila menganggap semua telah berubah. Tak ada lagi yang perlu dikecewakan. Yang paling penting saat ini ia hanya berusaha untuk menjadi istri yang baik saja.

Mila pun membersihkan lantai yang penuh dengan susu madu jahe semalam. Sedangkan Adam juga ikut meninggalkan nya dengan istri barunya ke kamar. Mila tak kuasa menahan air matanya yang seakan ingin jatuh. Ia susah menahan sejak tadi tetapi dirinya tak sekuat itu. Ia pun menangis sembari mengepel lantai tersebut.

"Hey, kamu. Kenapa pakai menangis segala. Bersihkan segera!" bentak Bu Retno.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status