Happy Reading*****Zaki benar-benar menyelesaikan pelatihannya dengan baik hingga dia mendapat serifikat kelulusan. Namun, saat rekan-rekannya mengadakan perpisahan dan pesta yang menandai selesainya pelatihan tersebut, si mas sudah dalam perjalanan pulang bersama istri kecilnya. Sampai di tanah kelahirannya, baik Zaki maupun Aisyah segera mengadakan musyawarah keluarga untuk membicarakan langkah pencegahan atas pelecehan yang dilakukan Haritz sekaligus membicarakan tentang resepsi pernikahan keduanya. Seluruh keluarga sudah sepakat untuk segera melangsungkan resepsi keduanya demi menjaga hal-hal yang tak diinginkan lagi. Zaki dan Aisyah pun diminta untuk tidak bertemu sampai acara resepsi berlangsung. Namun, si mas tetap nekad untuk menemui pujaannya. "Kalian berdua ini. Sudah dibilang nggak boleh keluar rumah. Kenapa masih keluar juga, sih? Bandel ya, kalau dibilangin." Endang mulai marah pada Aisyah dan Zaki ketika keduanya baru duduk di kursi tamu."Bu, kami cuma pengen maem b
Happy Reading***Aisyah tergugu dalam pelukan Zaki. "Mas, jangan tinggalin, Ais! Ais, takut dia datang lagi.""Tenang, Sayang. Sekarang ucapkan istigfar. Lupakan semua yang menimpamu kemarin. Mas, nggak akan ninggalin kamu. Ingat ini baik-baik," ucap si mas.Sambil menunggu obat yang sudah diresepkan sang dokter datang, Zaki berusaha menenangkan Aisyah. Menghibur sesuai kapasitas kemampuannya hingga sang istri kembali terlelap. Setelahnya, si mas turun untuk melihat apakah Rumana sudah datang sekalian mengambil air minum. Beberapa menit menunggu, si tante tak kunjung datang membawa obat. Lelaki itupun naik, kembali ke kamar Aisyah. Ketika Rumana datang, keadaan rumah sangat sepi. Perempuan itupun cuma mengucap salam lirih, lalu gegas ke lantai dua karena tidak ada siapa pun di lantai bawah. yakin jika keponakannya sedang menemani Aisyah di kamarnya."Assalamualaikum," ucap Rumana sebelum masuk kamar sang keponakan. "Waalaikumsalam," jawab Zaki, "Masuk saja, Tan," pintanya.Masuk ka
Happy Reading***Aisyah kembali merebahkan dirinya di ranjang setelah menyelesaika ritual kewajibannya pada Sag Pencipta. Tak terasa, sang gadis kembali memejamkan mata, tenggelam ke alam mimpi bersama rasa sakit yang dia alami. Samar, Aisyah mendengar salam yang di ucap Zaki, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk menyambut kedatangan sang suami, kepalanya terasa berat. Aisyah kembali memejamkan mata dan membiarkan salam suaminya.Ketika tak ada suara yang membalas salamnya, si mas masuk dan langsung menuju dapur. Zaki menyalin bubur yang dibelinya tadi. Dia tahu istrinya itu tidak mungkin bisa memasak seperti hari-hari biasa karena kondisinya. Dia membawa bubur itu ke kamar sang pujaan.Terlihat Aisyah yang masih berbaring di ranjang. Zaki mendekat ke arahnya dan membangunkan gadis itu. Lalu, memegang kening, mengecek apakah suhu tubuh sang istri kembali panas."Mas," panggil Aisyah. "Maaf, nggak bisa nyambut.""Ngomong apa, sih. Kesehatanmu jauh lebih penting," jawab Zaki. "Sarapan
happy Reading***Suara alarm dari ponselnya, mengusik tidur Zaki. Menggerak-gerakkan bola mata yang masih tertutup untuk menyesuaikan cahaya masuk. Si mas merasakan anggota bagian tubuhnya sedikit sakit. Perlahan Zaki menarik tangan kanannya yang mulai kebas dan terasa sakit akibat digunakan sebagai bantal oleh Aisyah. Sepanjang malam si mas terjaga dan baru terlelap sekitar pukul dua dini hari karena sang istri tak henti-hentinya mengigau dan ketakutan. Begitu dalam luka yang telah di torehkan Haritz pada pujaannya."Tidur saja dulu, Sayang. Mas mau ke musala," ucap Zaki ketika akan meninggalkan sang istri yang masih terlelap. Semalam, Zaki tak tega meninggalkan istrinya tidur sendiri di kamar sendirian dengan keadaan kacau. Aisyah demam dan sering mengigau, rasa takut dan sakit sangat besar dia rasakan sehingga membuat si mas terpaksa tidur di ranjang yang sama dengan Aisyah. Sekali lagi, Zaki melihat wajah Aisyah yang masih terlelap tak terusik sama sekali dengan perkataannya s
Haappy Reading***Tak kuasa menahan rasa sakit yang dialami sang istri, Zaki pun mengiyakan semua permintaan Aisyah. Padahal, jelas-jelas pelatihannya belum selesai."Iya, kita pasti pulang. Tunggu pelatihannya Mas selesai, ya. Dua hari lagi, ya. Kita pasti pulang, Sayang," janji Zaki pada sang istri. "Sekarang ceritakan, kamu kenapa?"Aisyah menatap sang suami lekat. Ragu, dia ingin menceritakan apa yang sudah dia alami tadi siang karena menyangkut aibnya sebagai perempuan. Apa yang terjadi memang tidak sampai merugikan dia sebagai perempuan, tetapi jika dia menceritakan hal tersebut pada si mas, pastinya sangat memalukan sekali. "Sayang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Jangan membuat Mas semakin khawatir seperti sekarang," pinta Zaki sedikit mendesak istri manjanya. "Tapi, Mas harus janji, setelah aku cerita nanti, kita akan pulang."Mengangguk dengan cepat, Zaki pun berusaha memberikan senyumannya. "Mas, janji," ucapnya. Mengalirlah cerita Aisyah, sejak sang mantan datan
Happy Reading***Zaki mendekati Aisyah yang masih histeris dari arah samping. Cepat, si mas merengkuh pujaannya dalam dekapan. "Ceritain sama Mas. Apa yang terjadi, Sayang," ucap Zaki. Kuat dia memeluk istrinya walau Asiyah terus memberontak dan berteriak untuk dilepaskan. "Pergi, Mas. Pergi!" teriak Aisyah."Sayang ... Astagfirullah. Kamu kenapa?" Beberapa kali, si mas mengecup puncak kepala sang istri. Berharap pujaannya itu mendengar suara yang dia keluarkan.Aisyah kembali memberontak bahkan kini perempuan itu memukul-mukul lengan Zaki cukup keras. Merasa tak ada tanggapan dari lelaki di depannya dengan kuat dia menghantam dada. "Astaghfirullah. Kamu kenapa sebenarnya, Sayang? Apa yang sudah kamu alami selama Mas nggak di rumah." Berkali-kali Zaki mengucapkan istighfar untuk menenangkan Aisyah. Semampunya, dia menahan segala sakit akibat pukulan sang istri. "Sayang, dengarkan! Ini Mas Zaki. Tatap mata, Mas! Lihatlah! Aku suamimu, Ca," ucap Zaki, setelah pelukan mereka terura