Terjebak Permainan Cinta Sepupu

Terjebak Permainan Cinta Sepupu

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-09
Oleh:  pramudining Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
11Bab
11Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Pernikahan Aisyah yang sudah di depan mata harus dibatalkan karena alasan yang tidak masuk akal oleh kekasihnya. Bagaimana kelanjutan hidup Aisyah setelah batalnya rencana tersebut? Akankah di menerima pinangan sepupunya yang selalu mengejek bahkan membuatnya menangis di waktu kecil?

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Retak (1)

Happy reading

***

Keheningan malam meliuk menarikan suara hati. Kilatan cahaya mengiris perih luka yang baru tergores. Petir yang menyambar menghancurkan kepingan hati yang dimiliki, berserakan tak berbentuk layaknya pasir gurun tertiup angin, tak mungkin lagi disatukan menjadi sebongkah rasa yang utuh.

Kakinya meluruh ke lantai diikuti benda pipih berwarna silver yang terlempar dari tangan. tubuhnya serasa tak bertulang saat ini. Suara gaduh akibat ulahnya, mengusik ketenangan malam. Musnah sudah harapan, patah sudah hatinya. Bagaimana bisa hati yang telah dijaga selama tujuh tahun, tega menghancurkan segala yang telah di bangun dengan sekejap mata. Hanya sekejap, satu kedipan mata, semua selesai.

"Ais, suara apa itu?" teriak seseorang dari ambang pintu kamar gadis yang dipanggil namanya.

Sorot mata tajam mengintimidasi apa yang dilakukan si gadis. Sementara itu, sang putri masih asyik dengan nyayian patah hatinya. Tak terhitung jumlah air mata yang telah mengalir di pipi gadis bertubuh mungil dengan tinggi 150 cm tidak menjawab lelaki paruh baya yang masih berdiri di ambang pintu.

"Ais, kamu dengar apa yang Bapak katakan, kan?" Lelaki paruh baya itu berjalan mendekati putri semata wayangnya.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya si lelaki. Menguncang pelan kedua bahu putrinya. Lelaki paruh baya itu mulai panik melihat kekacauan di kamar tersebut dan juga tangisan si anak gadis.

Suara tangisan gadis dengan tinggi 150 cm itu, makin mengeras. Tak peduli tanggapan orang di dekat yang disayanginya. Sakit ... sakit, hanya itu yang terus dia rasakan.

"Kenapa ... kenapa harus seperti ini? Apa kesalahanku?" ucap si gadis lirih. Setelahnya, semua menggelap dalam pandangan mata dan akhirnya gadis tak mengingat apa pun.

"Bu ... Ibu ...," teriak sang kepala rumah tangga. Sekuat tenaga, lelaki paruh itu memanggil istrinya. Panik karena tidak tahu haruis berbuat apa. Satu-satunya sang permata hati sedang tidak baik-baik saja.

Dari kamar utama rumah tersebut yang berada di lantai bawah, tergopoh seorang perempuan paruh baya yang dipanggil, membuka pintu kamar. Jelas, suara teriakan tadi, berasal dari kamar putri semata wayangnya yang berada di lantai dua.

"Bu ... Bu, cepat ke sini," teriak sang suami sekali lagi. Suaranya begitu keras dan bergetar. Sang nyonya rumah yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi dengan putrinya.

"Iya, Pak. Ibu menuju ke sana," sahut sang nyonya rumah.

"Ada apa, Pak?" tanya perempuan paruh baya, sang nyonya rumah. Dia terus bergerak ke kamar sang putri hingga netranya melihat sendiri bagaimana keadaan si buah hati.

"Pak, Ais, kenapa?" teriak sang nyonya rumah ketika melihat putri semata wayangnya terkulai di pelukan sang suami. Indera si uah hati terpejam dengan tubuh yang begitu lemah.

"Bapak, enggak tahu kenapa, Bu. Cepat telpon dokter. Dia pingsan setelah menangis tadi." Kepanikan itu masih jelas tergampar di wajah si lelaki yang mulai tampak banyak kerutan.

Sang nyonya rumah mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Semua berserakan.

"Astagfirullah." Hanya itu, yang mampu perempuan paruh baya tersebut lafalkan ketika mengetahui keadaan putrinya. "Ibu akan telpon dokter sekarang juga."

"Bu, cepatlah," titah sang kepala keluarga. Memindahkan tubuh sang putri ke pembaringan.

"Iya, Pak. Ibu akan telpon dokter sekarang juga."

Kepanikan, membuat sang nyonya rumah tak mampu berpikir jernih hingga harus turun untuk menelepon dokter. Padahal, di dalam kamar Aisyah pun ada telepon yang bisa digunakan.

"Duh, kenapa belum diangkat juga, sih. Kasihan Ais," gumam sang nyonya rumah. Beberapa kali, perempuan paruh baya itu menekan nomor sang dokter untuk memastikan.

Beberapa menit menunggu, panggilannya tak juga terangkat. Si ibu mulai resah. Kembali, dia bergegas ke kamar sang putri dengan membawa kotak obat. Keringat mulai membasahi wajah yang mulai dipenuhi keriput.

"Pak, teleponnya belum diangkat sama dokter. Ini, Ibu, bawakan kotak obat. Kita kasih minyak kayu putih saja untuk menyadarkan Aisyah." Perempuan paruh baya itu menyodorkan kotak berwarna putih ke hadapan sang suami.

"Apa sebaiknya kita bawa ke klinik saja?" Suara lelaki yang masih mendekap putrinya itu terdengar bergetar, ketakutan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
uyara1976
Kepo sma kelanjutannya. segera update, ya Kak
2025-09-09 17:32:02
0
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status