Share

4| Rencana

Penulis: Vaanella
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-04 12:41:13

Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land.

Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land.

"Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?"

Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."

Meskipun ia adalah seorang pewaris dari kerajaan bisnis yang dibangun oleh ayahnya, namun tentu saja ia harus membuktikan dirinya di hadapan ayahnya dan para pemegang saham. Ketika ia berhasil mengembangkan perusahaan Pelltun Ippolito Land, ayahnya dengan senang hati memberikan posisi presiden direktur di perusahaan induk.

Sejak saat itu, kehidupan Sean tidak pernah mudah.

“Antusiasme publik terhadap hunian apartemen yang akan kita bangun sangat baik, Pak. Kita menawarkan seratus unit untuk gedung pertama dan tujuh puluh lima persen sudah terjual bahkan sebelum pembangunannya,” kata Sumuhardjo, direktur pemasaran. “Apa kita harus menambah unit, Pak?”

Sean yang sekarang sedang mengamati presentasi dari tim pemasaran terlihat sangat serius. Sekarang mereka memang sedang berfokus pada pembangunan sebuah apartemen mewah di daerah Jakarta Selatan.

“Fokus saja pada penjualannya,” kata Sean pada akhirnya. “Saya hanya akan menjual produk yang terbatas supaya siapapun yang memilikinya juga merasakan kesan mewah itu. Saya rasa kita bisa mengakhirinya.”

Richard Gordon Tanaka tersenyum karena mendengar keputusan dari putranya. Meskipun usia Sean masih sangat muda, ia tidak menyangka jika putranya mampu menopang beban yang sangat banyak seperti ini.

Semua orang yang mengikuti rapat ini mengemas barang-barang mereka dan satu per satu dari mereka mulai keluar dari ruang rapat ini, untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sean tidak bergerak hingga hanya ada mereka berdua di ruangan ini.

“Sebentar lagi Mama kamu akan tiba bersama dengan Bie. Itu salahmu karena kamu tidak pernah pulang ke rumah,” kata Richard dengan wajah jenaka.

“Aku akan menerima kemarahan Mama,” jawab Sean membalas senyuman ayahnya.

Dengan cepat, Richard meninggalkan ruangan karena tidak ingin mengganggu istrinya yang sebentar lagi pasti akan tiba. Sementara Sean tidak akan bisa pergi ke manapun dan memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya yang berada di lantai ini.

“Sean?”

Sean baru saja akan duduk di meja kerjanya ketika ia mendengar suara ibunya yang terdengar kesal. Ia tersenyum karena melihat ibunya yang terlihat sangat cantik dengan dress berwarna merah muda.

“Mama terlihat lebih muda dari terakhir kali aku melihat Mama,” kata Sean dengan senyumannya.

Ibunya memang terlihat sangat muda di usianya yang ke empat puluh lima.

“Oh! Berarti kamu sadar kalau kamu sudah lama tidak menemui Mama,” jawab Jacqueline Sea Tanaka sambil meletakkan birkin bag miliknya yang berwarna senada dengan dress yang sedang ia kenakan.

Dari wajahnya, Sean tahu kalau ibunya benar-benar kesal kepadanya. Jika dipikir, ia sendiri tidak ingat kapan terakhir kali dirinya menemui ibunya. Mungkin sekitar tiga bulan yang lalu, sebelum ia melakukan perjalanan bisnisnya ke Boston.

Sean pun berjalan ke arah ibunya dan memeluknya. “Maafkan aku, Ma.”

Meskipun kesal, Jacqueline membalas pelukan dari putranya yang sekarang hampir dua kali lebih tinggi darinya ini. “Mama memutuskan untuk menikah dan mengandung kamu di usia dua puluh tahun karena ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan anak Mama. tapi ternyata, Mama hanya memiliki kamu sampai usia kamu sembilan belas.”

“Tapi Tuhan memberikan Bie untuk menemani Mama,” jawab Sean.

Mereka melepaskan pelukan dan pada saat itu, seorang pengasuh masuk ke ruang kerja Sean sambil membawa seorang bayi berusia satu tahun ke dalam ruangan. Seketika, senyuman Sean semakin mengembang karena melihat adik kecilnya itu.

Ia memang memiliki seorang adik di usianya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun. Awalnya, ia merasa aneh karena memikirkan hal itu. Namun, perasaannya berubah ketika ia melihat wajah adiknya.

Ia sangat berterima kasih karena memiliki adik di usia sekarang.

“Mungkin Blaire juga sudah lupa dengan wajah kamu,” kata Jacquelinne.

Akan tetapi, sepertinya Blaire Gumi Tanaka sama sekali tidak melupakan kakaknya, karena bayi itu langsung mengulurkan tangan ke arah Sean dengan wajah antusias, membuat mereka semua tertawa.

“Sepertinya Bie sangat merindukanku, seperti Mama,” jawab Sean sambil menggendong adiknya.

Blaire terlihat sangat nyaman di tubuh kekar Sean. Sementara Jacqueline tersenyum karena tubuh anak bungsunya terlihat sangat kecil di dalam gendongan Sean.

“Mama akan menemani Papa kamu ke Spanyol,” kata Jacqueline setelah mereka semua duduk di sofa ruangan ini.

“Tiba-tiba saja?” tanya Sean bingung. Sekarang, adiknya itu tengah memainkan kerah bajunya.

Jacqueline menganggukkan kepalanya. “Papa kamu lupa kalau dia pernah merintis bisnis di sana. Kami akan pergi besok. Bie sedang tidak sehat dan dokter menyarankan kalau dia tetap tinggal di sini. Kamu tahu kan kalau Papamu tidak akan bisa hidup dengan Mama? Jadi, kita harus berbagi tugas.”

Sean menganggukkan kepalanya. Ibunya tidak akan bisa membiarkan ayahnya pergi sendirian karena itu akan sangat merepotkan. Ayahnya tidak akan pernah bisa berpakaian dengan benar tanpa bantuan ibunya.

“Mama tidak pernah berpikir akan meninggalkan Bie di saat dia sedang demam seperti ini,” kata Jacqueline lagi sambil menatap putri kecilnya yang sekarang mulai menggigit kerah baju Sean.

“Aku bisa menjaganya. Um.. Sienna juga bisa menjaganya. Dia adalah seorang dokter,” jawab Sean. kemudian, Sean menarik kerah bajunya dengan lembut. “Bie, kamu tidak boleh memakan kerah bajuku.”

Seolah mengerti dengan ucapan itu, Blaire mendongakkan kepalanya dan menatap Sean dengan tatapan kecewa. Sean tersenyum melihat wajah lucu Blaire yang seperti boneka ini.

“Apa Sienna punya waktu untuk mengurus Bie? Dia adalah dokter yang sangat sibuk sekarang,” kata Jacqueline khawatir.

“Aku akan bicara dengannya. Mama tentang saja,” jawab Sean.

“Kamu akan membawa Bie ke apartemen kamu?” tanya Jacqueline lagi.

Sean terdiam dan berpikir sesaat. Ditatapnya wajah lucu Blaire yang sekarang sedang memainkan dasinya. Tidak. Ia tidak akan membiarkan adiknya berada di tempat dimana ia sering membawa wanita untuk memuaskan mereka.

“Aku akan tinggal di rumah,” jawab Sean cepat.

Jacqueline menganggukkan kepalanya. “Suster akan membantu kamu menyiapkan beberapa hal. Mama akan pergi kalau begitu, Sean. Kalau kamu harus meeting, kamu bisa titipkan Bie ke suster.”

Sean menganggukkan kepalanya dengan patuh, meskipun ia tidak pernah mendapatkan tugas untuk menjaga adiknya.

Jacqueline mencium kening putrinya dan berjalan meninggalkan ruangan. Ia tersenyum dan ketika dirinya berada di luar ruang kerja putranya, ia mendapati Richard yang sudah menunggunya.

“Kamu tidak meledak-ledak seperti dugaanku,” kata Richard sambil mengalungkan lengan di pinggang istrinya.

Mereka berjalan dengan perlahan, seperti sepasang kekasih meskipun usia pernikahan mereka sudah lebih dari dua puluh enam tahun. “Aku punya ide.”

“Ide?”

Jacqueline menatap suaminya dan menganggukkan kepalanya. “Kita akan ke Spanyol dan aku menitipkan Bie kepada Sean.”

Mata Richard membulat ketika ia mendengarnya. “Sayang, apakah Bie akan baik-baik saja? Bie bisa pergi bersama dengan kita. Aku akan membawa dokter terbaik bersama kita untuk memastikan kesehatan Bie.”

“Sstt..” kata Jacqueline sambil mencium bibir suaminya sekilas. “Aku tahu kalau Sean tidak akan bisa menjaga Blaire sendirian. Aku menitipkan Bie ke Sean karena ingin membuat Sean menyadari perasaannya.”

“Kepada siapa? Suster?” tanya Richard bingung.

Jacqueline dan Richard memasuki lift yang akan membawa mereka ke lobi.

“Kamu tahu alasan kenapa Tuhan mengirimkan Bie kepada kita? Mungkin salah satu alasannya adalah karena Bie bisa membuat kakaknya yang bodoh itu menyadari siapa yang dia cintai,” jawab Jacqueline.

Untuk seumur hidupnya, Richard tahu kalau dirinya ditakdirkan untuk mencintai Jacqueline. Namun terkadang, ia tidak bisa memahami isi kepala wanita yang sangat ia cintai ini. “Kamu ingin membuat Sean menyadari cintanya kepada Ivanka? Tapi Ivanka sedang syuting di Jepang, sayang..”

“Richard,” kata Jacqueline. “Sekarang aku tahu dari mana Sean mendapat rasa tidak peka yang sangat kuat. Ternyata dari kamu.”

Wajah Richard terlihat tidak mengerti.

“Intinya, aku sedang berusaha untuk membuat Sean menyadari perasaannya. Itu saja. Kamu akan paham ketika rencanaku berjalan dengan baik.”

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 31

    "Seseorang sudah mengantarkan paket obat dan vitamin yang kamu minta kemarin, Sienna," kata Ariana ketika Sienna menerima panggilan wanita itu. Suara Ariana terdengar sangat khawatir. Walaupun kini COVID 19 sudah lebih bisa ditangani, namun Ariana sangat mengkhawatirkan dua orang sakit yang ada sangat jauh di pondok perkebunan. Ia pun tidak bisa melakukan apa-apa karena Sienna selalu mengatakan kalau wanita itu akan menjaga Sean. Benar. Sienna adalah seorang dokter yang juga pernah berjuang di garis depan ketika COVID 19 masih menjadi wabah menakutkan di negara ini, dan bahkan di seluruh dunia. Benar, Sienna adalah seorang dokter yang berpengalaman dan bisa menjaga Sean. Namun, Siapa yang akan menjaga Sienna? Gadis itu juga sakit dan akan menjadi parah jika tidak diobati. Sienna pasti akan selalu mementingkan Sean dan akan selalu menjaganya. Dan siapa yang akan menjaga Sienna? Tentu saja Sean tidak akan banyak membantu karena Ariana tahu betapa menyebalkannya Sean ketika d

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 30

    Seolah tubuh mereka memahami diri masing-masing, kini giliran Sean yang menjaganya. Tepat setelah ia meminta Sean untuk memasak sesuatu, dirinya jatuh tertidur. Tubuhnya tidak bisa lagi menahan kantuk karena semalaman dirinya terjaga untuk memastikan demam Sean membaik. Sementara itu, Sean yang sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka pun kini sedang duduk di lantai kayu yang beralaskan tatami. Awalnya, ia ingin membangunkan Sienna, namun dirinya justru hanya duduk dan menatap wajah Sienna yang terlihat pucat. Kulit Sienna bersih dan sangat pucat, bahkan ketika wanita itu tidak sedang sakit. Ia juga mendapati semburat kemerahan pada pipi Sienna, menandakan kalah tubuhnya sedang sangat panas. Mata Sean turun ke lengan Sienna yang begitu kurus. Ia mengetahui semua yang terjadi di dalam hidup Sienna dan karena itu, Sienna menyebutnya sahabat. Namun, belakangan ini dirinya—bagian di dalam hatinya—tidak lagi bisa menerima gelar itu. Dirinya tidak ingin hanya sekedar menjadi sahab

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 29

    Sean.. Sean.. Tuhan Yesus! Sean! bangun! Sean membuka matanya ketika dirinya merasakan sebuah tamparan keras pada pipi kanannya. seketika, rasa panas menjalar di pipi itu dan beberapa detik kemudian, ia sadar kalau Sienna—yang sedang berjongkok di tepi ranjang menghadap ke arahnya—terlihat sangat kesal. Sienna pasti menamparnya karena dirinya tidak kunjung terjaga. mengingat apa yang sudah ia katakan pagi tadi, Sean tersenyum. "Kenapa kamu senyum?" tanya Sienna. "karena apa yang sudah ku akui tadi pagi." "apa yang kamu akui? pagi? Sekarang masih jam empat pagi. kamu mengakui apa?" tanya Sienna yang begitu bingung dengan apa yang diucapkan oleh Sean. Sedari tadi, di pondok ini, hanya dirinya yang terjaga. Lebih tepatnya, dirinya tidak bisa tidur nyenyak karena Sean yang terus saja bergumam dalam tidurnya. Tentu saja ini bukan masalah karena ia melakukan hal ketika berjaga di rumah sakit. Ia akan memantau kondisi pasien, terutama pasien yang baru saja menjalani ope

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status