Sienna berjalan dengan cepat memasuki pintu utama keluarga Kanaka ini. Rumah ini sangat besar dengan gaya victoria yang berdiri di atas lahan yang sangat luas. Meskipun tidak banyak penghuninya, namun Sienna selalu merasa kalau rumah ini sangat hangat. Ia selalu merasa nyaman jika sedang berada di antara keluarga Sean. Dengan cepat, kakinya yang sudah sangat hapal dengan ruangan yang ada di rumah ini pun melangkah ke arah ruang makan. Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat Sean yang sedang menggendong Blaire. Ia tersenyum dan berjalan lebih cepat. “Sean?” Sean yang sedang berusaha untuk menidurkan Blaire pun menoleh dan tersenyum lega. “Maaf aku harus merepotkan kamu.” Sienna meletakkan tasnya ke atas meja makan dan segera mencuci tangan dengan bersih. Setelah itu, ia mengelap tangannya sampai kering dan berjalan ke arah mereka. “Hi, Bie.” Bayi berusia satu tahun itu menoleh ke arah Sienna dan mengulas senyuman. Sienna mengulurkan tangannya. “Mau aku gendong?” Blaire menu
Sienna menghabiskan makanannya dengan cepat karena ternyata, ia merasa sangat lapar. Sean yang melihat hal itu hanya menatap dengan heran. Ia sudah berteman dengan Sienna selama sepuluh tahun, dan wanita ini selalu makan dengan sangat banyak. Namun, tubuh Sienna tetap sangat ramping. Entah kemana larinya semua makanan-makanan itu. “Aku udah hubungin beberapa temen aku dan mereka setuju. Sisanya akan aku tanya besok,” kata Sienna setelah ia meminum air putih. “Aku temani kalau begitu.” Kening Sienna berkerut. “Kamu enggak ke kantor?” “Besok hari Sabtu, Sienna,” jawab Sean. “Oh…” Ia lupa kalau besok adalah hari sabtu. Sienna menyentuh bibir gelasnya dengan jari, sementara Sean masih merasa marah setiap kali memikirkan tentang bahu Sienna yang memar. Oleh karena rasa marahnya itu, akhirnya Sean berkata, “Siapa yang membuat bahu kamu seperti itu?” “Aku sendiri. Aku kepeleset..” “Sienna..” “Beneran,” jawab Sienna sambil berdecak. Sienna tidak ingin mengatakan yang sejujur
Di kota Barcelona, Richard dan juga Jacqueline sedang duduk di kursi yang menghadap ke jendela yang menyuguhkan pemandangan kota Barcelona dari ketinggian lantai tiga puluh apartemen ini. Sejak tiba di kota ini beberapa jam yang lalu, Richard langsung disibukkan dengan beberapa pertemuan dan Jacqueline menemani suaminya dengan sangat sabar.Mereka baru bisa beristirahat di apartemen yang beberapa tahun lalu dibeli oleh Richard. “Kamu capek?” tanya Jacqueline sambil menyentuh lengan suaminya. Richard tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Meskipun lelah, ia selalu merasa lebih baik setiap kali bersama dengan istrinya. “Kamu sudah menelepon Sean untuk menanyakan keadaan Bie?” “Ya,” jawab Jacqueline. Kali ini, raut wajah Jacqueline yang awalnya serius berubah menjadi lebih antusias dan penuh senyuman kegembiraan. Melihat raut kegembiraan itu, Richard mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Jacqueline. “Kamu bahagia karena Bie tidak menangis?” tanya Richard, berusaha
Dua hari kemudian, Sean sudah kembali bekerja dan sedang sangat sibuk. Hari Senin adalah hari dimana ia tidak memiliki pertemuan dengan siapapun. Karena, hari Senin ia akan memeriksa semua berkas yang harus ia tandatangani. Juga menyelesaikan permasalahan yang harus segera ia tangani. Meskipun ia tidak memiliki jadwal rapat, namun hari Senin adalah hari yang sama sibuk dengan hari lainnya bagi Sean. Akan tetapi, hari ini terasa lebih ringan baginya. Karena, Sienna berjanji akan memasakkannya makanan untuk makan malam nanti. Ia tidak sabar untuk segera pulang meskipun ia baru tiba tidak lebih dari dua jam yang lalu. Ia juga tidak sabar untuk melihat Blaire. Benar. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Bie. Bukan karena makanan Sienna, pikir Sean. “Pak,” panggil Elijah ketika pria itu memasuki ruang kerja Sean. “Maaf mengganggu. Tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda.” “Minta mereka menunggu sampai besok,” jawab Sean tanpa menatap ke arah Elijah. "Aku yakin kamu ta
Bintang Film Indonesia adalah sebuah acara tahunan yang digelar oleh sebuah stasiun televisi swasta tanah air yang bekerjasama dengan asosiasi film Indonesia untuk acara ini. Oleh karena itu, acara ini merupakan anugerah untuk para penggiat film di Indonesia. Mulai dari aktor dan aktris, penulis, tim produksi, produser, sutradara dan lainnya. Acara ini adalah target bagi semua penggiat film untuk membuktikan hasil karya mereka. Acara ini tidak hanya dinantikan oleh para penggiat film, tapi juga oleh para masyarakat yang ingin melihat aktor dan aktris kesayangan mereka mendapatkan piala penghargaan. "Kita bener-bener pasangan yang serasi, Sean," kata Ivanka sambil tersenyum. Sean membalas senyuman itu dan kembali fokus pada jalan raya. Mereka akan memasuki daerah tempat acara akan digelar, dan barisan panjang mobil yang mengantarkan para tamu mulai memanjang. Malam ini, mereka mengenakan pakaian dengan warna senada. Sean mengenakan tuksedo berwarna biru navy, sementara Ivanka
Sean tiba di rumah keluarganya pada pukul satu dini hari. Ketika ia memasuki pintu rumah, ia segera melepaskan tuksedo dan dasi kupu-kupu yang terasa mencekiknya selama ia mengenakannya. Sean melangkah ke arah ruangan tamu yang lampunya masih menyala dan terdiam ketika ia melihat siapa yang ada di sana. Di salah satu sofa itu, ia melihat Sienna yang sedang bersandar dan sepertinya sudah terlelap. Wanita itu memeluk Blaire yang terlihat sangat nyaman menengkurap di dada Sienna. Sekali lagi, ia merasa hangat pada hatinya ketika melihat pemandangan itu, padahal sebelumnya ia merasa sangat lelah. Sekarang, ia tidak ingin melakukan apapun dan hanya ingin menatap apa yang sekarang sedang ia lihat dengan lebih lama. “Non Bie nya tadi rewel gak bisa tidur, Den,” kata seseorang di belakang Sean. Sean berbalik dan mendapati Mary yang sudah berada di belakangnya. “Bie demam lagi?” “Enggak panas badannya. Tapi kata Non Sienna, dedeknya mau tumbuh gigi lagi, makanya rewel. Terus Non Sienn
Dua hari kemudian, Sienna sedang bersiap karena malam ini ia akan menghadiri pesta ulang tahun ayahnya, meskipun ia datang hanya sebagai karyawan dari rumah sakit. Ia tidak peduli sebagai apa dirinya datang, karena yang paling penting adalah ia bisa melihat ayahnya. Malam ini, Sean menemaninya karena Sean memang selalu mendapatkan undangan acara apapun dari keluarganya. Beruntungnya lagi, malam ini Blaire terlihat tidak rewel dan bisa ditinggal sebentar dengan Mary. “Kamu sudah siap?” tanya Sean setelah ia mengetuk pintu kamar yang Sienna gunakan untuk berganti pakaian. “Iya. kita bisa pergi sekarang,” jawab Sienna. Malam ini, ia mengenakan sebuah gaun pesta keluaran Burberry yang terlihat sangat sempurna di tubuhnya. Tidak ada aksesoris lain yang ia kenakan selain sebuah kalung berlian yang sangat jarang ia pakai karena itu adalah pemberian dari mendiang ibunya. Sean yang seperti biasa mengenakan setelan tuksedo hitam pun mengajak Sienna untuk keluar. “Kamu tahu kan kalau m
Ivanka sudah kembali ke Kyoto dan sedang beristirahat di kamarnya. Ia baru saja melihat foto Sean yang menghadiri pesta ulang tahun Anthony Wangsadharma. Meskipun acara itu diadakan sangat tertutup, namun beberapa temannya mengirimkan foto Sean yang selalu saja terlihat tampan. "Dia sangat tampan," kata Ivanka sambil menatap Vani. "Dia datang dengan Sienna," kata Vani. "aku gak mau mengatakannya. Tapi mereka kelihatan semakin dekat." Benar. Ivanka tahu hal itu. Namun, ia yakin kalau Sean tidak akan berpaling darinya. Mereka sudah berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain. "Lo enggak bisa terus bertahan di antara cinta semu ini, Ivanka. Semua orang tahu—dan gue yakin kalau lo juga tahu—kalau Sean mencintai siapa," kata Vani lagi. Vani lebih dulu bersahabat dengan Ivanka jauh sebelum ia menjadi manajer wanita ini. Maka, ia tidak akan berpikir dua kali untuk mengatakan apa yang ia rasa benar. "Gue akan bertahan," jawab Ivanka."Ivanka," kata Vani. Ivanka berdiri dan berjala