Share

4| Rencana

Sejak empat tahun yang lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya Sean langsung duduk di kursi presiden direktur, menggantikan ayahnya yang langsung mundur dari posisi itu dan kini menjadi chairman di Pelltun Ippolito Holdings. Pelltun Ippolito Holdings adalah sebuah perusahaan yang menjadi induk dari beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari Pelltun Beton, Ippolito Tol, Energi Ippolito dan juga Pelltun Ippolito Land.

Pelltun Ippolito Land adalah anak perusahaan yang bergerak di bidang real estat yang didirikan enam tahun yang lalu oleh Sean sendiri. Saat itu, ia masih berkuliah pada tahun pertamanya. Anak perusahaan ini adalah langkah utamanya untuk bisa menduduki posisi seorang presiden direktur dua tahun setelah ia mendirikan Pelltun Ippolito Land.

"Pak," panggil sekretarisnya ketika ternyata, Sean hanya melamun sejak tadi. "Anda memerlukan waktu sebelum melanjutkan rapat ini?"

Sean menggelengkan kepalanya. "Saya baik-baik saja. kita bisa lanjutkan."

Meskipun ia adalah seorang pewaris dari kerajaan bisnis yang dibangun oleh ayahnya, namun tentu saja ia harus membuktikan dirinya di hadapan ayahnya dan para pemegang saham. Ketika ia berhasil mengembangkan perusahaan Pelltun Ippolito Land, ayahnya dengan senang hati memberikan posisi presiden direktur di perusahaan induk.

Sejak saat itu, kehidupan Sean tidak pernah mudah.

“Antusiasme publik terhadap hunian apartemen yang akan kita bangun sangat baik, Pak. Kita menawarkan seratus unit untuk gedung pertama dan tujuh puluh lima persen sudah terjual bahkan sebelum pembangunannya,” kata Sumuhardjo, direktur pemasaran. “Apa kita harus menambah unit, Pak?”

Sean yang sekarang sedang mengamati presentasi dari tim pemasaran terlihat sangat serius. Sekarang mereka memang sedang berfokus pada pembangunan sebuah apartemen mewah di daerah Jakarta Selatan.

“Fokus saja pada penjualannya,” kata Sean pada akhirnya. “Saya hanya akan menjual produk yang terbatas supaya siapapun yang memilikinya juga merasakan kesan mewah itu. Saya rasa kita bisa mengakhirinya.”

Richard Gordon Tanaka tersenyum karena mendengar keputusan dari putranya. Meskipun usia Sean masih sangat muda, ia tidak menyangka jika putranya mampu menopang beban yang sangat banyak seperti ini.

Semua orang yang mengikuti rapat ini mengemas barang-barang mereka dan satu per satu dari mereka mulai keluar dari ruang rapat ini, untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sean tidak bergerak hingga hanya ada mereka berdua di ruangan ini.

“Sebentar lagi Mama kamu akan tiba bersama dengan Bie. Itu salahmu karena kamu tidak pernah pulang ke rumah,” kata Richard dengan wajah jenaka.

“Aku akan menerima kemarahan Mama,” jawab Sean membalas senyuman ayahnya.

Dengan cepat, Richard meninggalkan ruangan karena tidak ingin mengganggu istrinya yang sebentar lagi pasti akan tiba. Sementara Sean tidak akan bisa pergi ke manapun dan memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya yang berada di lantai ini.

“Sean?”

Sean baru saja akan duduk di meja kerjanya ketika ia mendengar suara ibunya yang terdengar kesal. Ia tersenyum karena melihat ibunya yang terlihat sangat cantik dengan dress berwarna merah muda.

“Mama terlihat lebih muda dari terakhir kali aku melihat Mama,” kata Sean dengan senyumannya.

Ibunya memang terlihat sangat muda di usianya yang ke empat puluh lima.

“Oh! Berarti kamu sadar kalau kamu sudah lama tidak menemui Mama,” jawab Jacqueline Sea Tanaka sambil meletakkan birkin bag miliknya yang berwarna senada dengan dress yang sedang ia kenakan.

Dari wajahnya, Sean tahu kalau ibunya benar-benar kesal kepadanya. Jika dipikir, ia sendiri tidak ingat kapan terakhir kali dirinya menemui ibunya. Mungkin sekitar tiga bulan yang lalu, sebelum ia melakukan perjalanan bisnisnya ke Boston.

Sean pun berjalan ke arah ibunya dan memeluknya. “Maafkan aku, Ma.”

Meskipun kesal, Jacqueline membalas pelukan dari putranya yang sekarang hampir dua kali lebih tinggi darinya ini. “Mama memutuskan untuk menikah dan mengandung kamu di usia dua puluh tahun karena ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan anak Mama. tapi ternyata, Mama hanya memiliki kamu sampai usia kamu sembilan belas.”

“Tapi Tuhan memberikan Bie untuk menemani Mama,” jawab Sean.

Mereka melepaskan pelukan dan pada saat itu, seorang pengasuh masuk ke ruang kerja Sean sambil membawa seorang bayi berusia satu tahun ke dalam ruangan. Seketika, senyuman Sean semakin mengembang karena melihat adik kecilnya itu.

Ia memang memiliki seorang adik di usianya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun. Awalnya, ia merasa aneh karena memikirkan hal itu. Namun, perasaannya berubah ketika ia melihat wajah adiknya.

Ia sangat berterima kasih karena memiliki adik di usia sekarang.

“Mungkin Blaire juga sudah lupa dengan wajah kamu,” kata Jacquelinne.

Akan tetapi, sepertinya Blaire Gumi Tanaka sama sekali tidak melupakan kakaknya, karena bayi itu langsung mengulurkan tangan ke arah Sean dengan wajah antusias, membuat mereka semua tertawa.

“Sepertinya Bie sangat merindukanku, seperti Mama,” jawab Sean sambil menggendong adiknya.

Blaire terlihat sangat nyaman di tubuh kekar Sean. Sementara Jacqueline tersenyum karena tubuh anak bungsunya terlihat sangat kecil di dalam gendongan Sean.

“Mama akan menemani Papa kamu ke Spanyol,” kata Jacqueline setelah mereka semua duduk di sofa ruangan ini.

“Tiba-tiba saja?” tanya Sean bingung. Sekarang, adiknya itu tengah memainkan kerah bajunya.

Jacqueline menganggukkan kepalanya. “Papa kamu lupa kalau dia pernah merintis bisnis di sana. Kami akan pergi besok. Bie sedang tidak sehat dan dokter menyarankan kalau dia tetap tinggal di sini. Kamu tahu kan kalau Papamu tidak akan bisa hidup dengan Mama? Jadi, kita harus berbagi tugas.”

Sean menganggukkan kepalanya. Ibunya tidak akan bisa membiarkan ayahnya pergi sendirian karena itu akan sangat merepotkan. Ayahnya tidak akan pernah bisa berpakaian dengan benar tanpa bantuan ibunya.

“Mama tidak pernah berpikir akan meninggalkan Bie di saat dia sedang demam seperti ini,” kata Jacqueline lagi sambil menatap putri kecilnya yang sekarang mulai menggigit kerah baju Sean.

“Aku bisa menjaganya. Um.. Sienna juga bisa menjaganya. Dia adalah seorang dokter,” jawab Sean. kemudian, Sean menarik kerah bajunya dengan lembut. “Bie, kamu tidak boleh memakan kerah bajuku.”

Seolah mengerti dengan ucapan itu, Blaire mendongakkan kepalanya dan menatap Sean dengan tatapan kecewa. Sean tersenyum melihat wajah lucu Blaire yang seperti boneka ini.

“Apa Sienna punya waktu untuk mengurus Bie? Dia adalah dokter yang sangat sibuk sekarang,” kata Jacqueline khawatir.

“Aku akan bicara dengannya. Mama tentang saja,” jawab Sean.

“Kamu akan membawa Bie ke apartemen kamu?” tanya Jacqueline lagi.

Sean terdiam dan berpikir sesaat. Ditatapnya wajah lucu Blaire yang sekarang sedang memainkan dasinya. Tidak. Ia tidak akan membiarkan adiknya berada di tempat dimana ia sering membawa wanita untuk memuaskan mereka.

“Aku akan tinggal di rumah,” jawab Sean cepat.

Jacqueline menganggukkan kepalanya. “Suster akan membantu kamu menyiapkan beberapa hal. Mama akan pergi kalau begitu, Sean. Kalau kamu harus meeting, kamu bisa titipkan Bie ke suster.”

Sean menganggukkan kepalanya dengan patuh, meskipun ia tidak pernah mendapatkan tugas untuk menjaga adiknya.

Jacqueline mencium kening putrinya dan berjalan meninggalkan ruangan. Ia tersenyum dan ketika dirinya berada di luar ruang kerja putranya, ia mendapati Richard yang sudah menunggunya.

“Kamu tidak meledak-ledak seperti dugaanku,” kata Richard sambil mengalungkan lengan di pinggang istrinya.

Mereka berjalan dengan perlahan, seperti sepasang kekasih meskipun usia pernikahan mereka sudah lebih dari dua puluh enam tahun. “Aku punya ide.”

“Ide?”

Jacqueline menatap suaminya dan menganggukkan kepalanya. “Kita akan ke Spanyol dan aku menitipkan Bie kepada Sean.”

Mata Richard membulat ketika ia mendengarnya. “Sayang, apakah Bie akan baik-baik saja? Bie bisa pergi bersama dengan kita. Aku akan membawa dokter terbaik bersama kita untuk memastikan kesehatan Bie.”

“Sstt..” kata Jacqueline sambil mencium bibir suaminya sekilas. “Aku tahu kalau Sean tidak akan bisa menjaga Blaire sendirian. Aku menitipkan Bie ke Sean karena ingin membuat Sean menyadari perasaannya.”

“Kepada siapa? Suster?” tanya Richard bingung.

Jacqueline dan Richard memasuki lift yang akan membawa mereka ke lobi.

“Kamu tahu alasan kenapa Tuhan mengirimkan Bie kepada kita? Mungkin salah satu alasannya adalah karena Bie bisa membuat kakaknya yang bodoh itu menyadari siapa yang dia cintai,” jawab Jacqueline.

Untuk seumur hidupnya, Richard tahu kalau dirinya ditakdirkan untuk mencintai Jacqueline. Namun terkadang, ia tidak bisa memahami isi kepala wanita yang sangat ia cintai ini. “Kamu ingin membuat Sean menyadari cintanya kepada Ivanka? Tapi Ivanka sedang syuting di Jepang, sayang..”

“Richard,” kata Jacqueline. “Sekarang aku tahu dari mana Sean mendapat rasa tidak peka yang sangat kuat. Ternyata dari kamu.”

Wajah Richard terlihat tidak mengerti.

“Intinya, aku sedang berusaha untuk membuat Sean menyadari perasaannya. Itu saja. Kamu akan paham ketika rencanaku berjalan dengan baik.”

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status