Share

3| Sean Cemen

Author: Vaanella
last update Last Updated: 2022-11-04 12:39:24

Sienna memasuki mobil Sean yang sudah terparkir di depan lobi rumah sakit, dengan banyak bungkusan kertas dengan logo ‘M’ berwarna kuning. Dengan cepat, aroma burger yang sangat terkenal dari merek itu terkuar menggantikan aroma tubuh Sean. Sienna menghadap ke kursi belakang dan meletakkan beberapa bungkusan itu, di sana dan beberapa lagi di pangkuannya.

Mobil yang sangat mahal ini mulai berjalan, karena sebenarnya mobil tidak boleh berhenti di depan lobi.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Sean sambil melirik ke arah Sienna yang hanya diam dan memandangi bungkusan kertas berisi makanan itu.

Ia akan membuka lampu mobil karena ingin melihat wajah Sienna, namun wanita itu menahan tangannya. Pada saat itu, Sean tahu kalau Sienna sedang tidak ingin dilihat, bahkan oleh sahabatnya sendiri.

“Aku–” kata Sienna membuka mulutnya, namun ia cepat-cepat menutup mulutnya kembali dengan kedua telapak tangan. Setelah mengatur napasnya, ia kembali melanjutkan, “Kamu tahu rasanya ditanyain kayak gitu di saat kamu lagi sedih?”

Marah, pikir Sean.

Sekarang Sienna sedang marah karena pertanyaan darinya. Namun, itu lebih baik daripada Sienna yang hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

“Jangan ke apartemen kamu!” kata Sienna ketika Sean akan berbelok ke kompleks apartemennya.

Dengan patuh, Sean mengikuti keinginan Sienna walaupun ia tidak tahu akan ke mana mereka jika tidak ke apartemennya.

“Aku gak mau melihat sisa kekacauan yang kamu buat dengan domba itu. Kamu pasti belum sempet beresin apartemen kamu,” kata Sienna lagi. “Aku mau makan.”

“Hm..” kata Sean, mempersilakan Sienna untuk makan di dalam mobilnya.

Padahal, Sean tidak mengizinkan siapapun untuk mengotori mobilnya. Ia bahkan tidak pernah memuaskan wanita di dalam mobilnya sendiri. Ia sangat menjaga kebersihan dari mobilnya. Namun, Sienna akan selalu menjadi sebuah pengecualian dalam hidupnya.

“Hiks.. hiks..”

Isak tangis mulai terdengar dari arah Sienna. Karena, walaupun ia mencoba untuk menutupi kesedihannya dengan memakan sesuatu, ternyata pikirannya tidak bisa beralih dari kesedihan yang sedang melandanya.

“Kamu kehilangan seorang pasien?” tanya Sean yang akhirnya memilih untuk memberhentikan mobil di sebuah stasiun minyak yang sekarang cukup sepi.

Sienna menganggukkan kepalanya sambil mengunyah makanan. Sekarang, dirinya pasti terlihat sangat jelek. Wanita berusia dua puluh lima tahun mana yang menangis sambil memakan burger?

“Tadi di PICU ada bayi usia satu hari yang terlahir tanpa otak. Walaupun enggak ada kemungkinan untuk bertahan, tapi kami tetap merawatnya. Dia sudah bertahan selama sehari, dan aku sedih banget karena dia bener-bener bayi yang cantik,” jelas Sienna.

Sebagai seorang residen, ada banyak sekali perasaan yang tidak bisa ia tangani sendiri. Selama dua tahun ini, ia hanya melihat beberapa kematian dan selalu membutuhkan waktu lama untuk berhenti bersedih. Dalam setiap prosesnya untuk berhenti bersedih itu, ia sangat membutuhkan Sean.

Entah bagaimana, tanpa adanya kesepakatan di antara mereka berdua, Sean harus selalu ada di sisinya setiap kali dirinya merasa sedang bersedih.

“Dia ngasih kami semua rasa nyaman,” kata Sienna lagi di antara kunyahan dan tangisannya.

Akan tetapi kali ini, Sienna terbatuk. Ada yang mengganjal di tenggorokannya akibat dirinya yang terus menerus bicara sambil makan.

“Sienna?” panggil Sean sambil menepuk leher Sienna perlahan.

“Uhuk.. uhuk..”

Sienna hanya bisa terbatuk sambil berusaha untuk mengatur napasnya. Di saat seperti ini, pernapasan adalah hal yang sangat penting. Namun pada detik berikutnya, ia merasa kalau isi perutnya akan segera keluar. Cepat-cepat ia memberikan kode kepada Sean kalau dirinya akan muntah.

Seharusnya, Sean membuka kunci pintu mobil karena ia harus keluar. Namun, pria tampan itu bersikap sangat bodoh. Ia justru menadahkan kedua telapak tangannya ke arah Sienna.

“Argh!” teriak Sean ketika merasakan sesuatu yang hangat dan lengket di tangannya. “Sienna!”

Sienna tidak bisa melakukan apapun karena isi perutnya memaksa untuk keluar. Bodohnya lagi, Sean tetap bertahan dengan kedua tangan yang menadahi isi perut Sienna.

“Ambil jas aku di belakang!” teriak Sean lagi.

Sienna yang sudah berhasil mengeluarkan isi perutnya pun segera meraih jas Armani yang ada di kursi belakang dan membiarkan jas itu terkena muntahannya yang ada di tangan Sean.

“Ouch Sienna,” kata Sean.

Dengan perasaan yang sangat bersalah, Sienna mengeluarkan semua tisu yang ia miliki dari dalam tasnya dan membantu Sean membersihkan muntahan yang ada di sekitar lengan pria itu.

“Kamu sih.. Kan maksud aku tuh buka pintunya,” kata Sienna dengan nada bersalah.

“...”

“Kamu marah?” tanya Sienna lagi.

Sean masih diam, namun beberapa waktu kemudian, ia berkata, “Ambil tas kamu dan kita akan keluar. Aku akan meminta seseorang untuk membawakan mobil yang lain. Aku tidak bisa mengendarai mobil seperti ini, Sienna.”

Mendengar ucapan itu, Sienna tersenyum. Ia tersenyum karena Sean tidak marah kepadanya. “Aku akan bayar biaya bersihin mobil kamu.”

“Kamu hanya seorang residen. Tidak mungkin aku minta ganti rugi dengan residen yang hanya mendapatkan insentif,” kata Sean.

“Tapi Papa aku adalah pemilik rumah sakitnya,” jawab Sienna.

Setelah itu, mereka keluar dari mobil dan sepertinya benar-benar akan turun hujan karena angin berhembus cukup kencang sekarang. Mereka lalu mulai berjalan sembari menunggu seseorang untuk mengantarkan mobil kepada Sean.

“Kamu tahu? Kadang perasaan aku lebih baik waktu kamu ada. Walaupun gak jarang juga aku menimbulkan masalah,” kata Sienna. “Oh!”

Ia teringat sesuatu. Tangan Sean pasti terasa lengket. Maka, ia menarik lengan pria itu untuk mencucinya di keran air yang ada di stasiun minyak itu.

“Apa jadinya kamu tanpa aku?” tanya Sean sambil menatap wajah Sienna yang terlihat lelah namun selalu saja cantik.

Sean tidak akan pernah memungkiri kalau Sienna adalah wanita yang sangat cantik. Sienna memiliki semua hal yang diinginkan oleh wanita lain. Namun terkadang hal itu justru membuat wanita ini dikelilingi bahaya. Maka, ia selalu berada di sekitar Sienna. Walaupun ia adalah pria brengsek, ia tidak ingin Sienna terluka oleh pria brengsek lainnya.

“Kamu kan memang bertugas untuk menjaga aku,” jawab Sienna sambil tersenyum.

“Apa aku harus berhenti bekerja dan menjadi penjaga kamu saja?”

Sienna langsung menggelengkan kepalanya. “Seorang residen kayak aku enggak akan bisa membayar pria yang menghasilkan seenggaknya enam puluh dolar setiap menitnya.”

Sienna memberikan tisu yang masih ia miliki dari dalam tasnya, dan membiarkan Sean mengeringkan tangannya sendiri.

“Tapi kenapa kamu enggak membiarkan satu wanita untuk sama kamu, daripada menghabiskan waktu sama wanita yang enggak kamu ketahui namanya?” tanya Sienna lagi.

Ia yakin kalau selain dengan keluarganya, ia adalah orang yang sangat dekat dengan Sean. namun, setelah hampir sepuluh tahun mereka berteman, ia tidak pernah tahu kalau Sean menyukai seorang wanita dengan serius.

Untuk menjawab pertanyaan itu, Sean menatap wajah Sienna. Lalu, ia tersenyum. “Karena seseorang.”

"Ivanka?" tanya Sienna lagi.

Jika pun ada wanita yang Sean anggap serius, maka pasti Ivanka adalah orangnya.

"..." Sean diam.

"Kamu menciumnya. Lima tahun yang lalu, di pesta ulang tahun pernikahan orang tua kamu."

Sienna tidak akan puas dengan jawaban yang selalu diberikan oleh Sean setiap kali ia membahas tentang Ivanka Sumumulya. Ia yakin kalau Sean mencintai Ivanka, karena meskipun Sean selalu tidur dengan banyak wanita, hanya Ivanka wanita yang pernah Sean cium di hadapan orang tua pria itu.

"..."

Sean masih diam, membuat Sienna mendengus. “Pria brengsek seperti kamu memang sangat sulit mengakui cinta ya. Cemen kamu.”

***

“Papa?” panggil Sienna ketika ia tiba di kediaman ayahnya.

Sebenarnya, ia sangat gugup sekarang. Ia tahu kalau ketiga kakaknya sedang berada di rumah. Akan tetapi ia tidak memiliki tujuan lain. Ia tidak ingin mengganggu Sean malam ini, dan satu-satunya tempat untuk pulang hanyalah rumah ayahnya.

“Sayang..” kata Anthony.

Sienna tersenyum dan sedikit berlari untuk memeluk ayahnya. “Sienna pulang.”

“Sudah seharusnya kamu pulang,” jawab Anthony dan ia mengajak Sienna untuk berjalan ke dalam.

Sudah hampir satu bulan ia tidak pulang ke rumah ayahnya yang sangat besar sekaligus tidak pernah terasa hangat untuknya ini. Sejak kecil, ia hanya memiliki rumah ini sebagai tempat dirinya bisa menjadi putri dari seorang Anthony Wangsadharma.

“Kamu sudah makan?” tanya Anthony.

Sienna menganggukkan kepalanya. “Aku mau langsung tidur ya, Pa.”

“Baiklah, sayang. Kamu pasti capek. Kita akan bicara lagi besok pagi,” jawab Anthony dan ia membiarkan Sienna berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.

Sementara Sienna berusaha keras untuk berjalan secepat mungkin agar kehadirannya tidak disadari oleh salah satu dari kakaknya. Semuanya akan terasa lebih mudah jika mereka tidak tahu kalau ia pulang ke sini.

Ia terus berjalan dengan cepat melewati beberapa kamar hingga ia meraih gagang pintu kamarnya.

Dengan cepat, ia memutar gagang pintu itu dan berjalan masuk. Akan tetapi, ketika ia akan menutup pintunya, ia melihat Theodore menghalangi pintu.

“Masuk,” kata Theodore dengan tatapan dingin.

Dengan tubuh yang bergemetar, Sienna mundur. Theodore masuk dan langsung menutup pintu. Dengan cepat, ia mendorong tubuh Sienna hingga bahunya terbentur ke sudut meja riasnya.

“Sakit?” tanya Theodore sambil mengangkat tubuh Sienna dengan sangat mudah. “Sakit?!”

Sienna memejamkan matanya karena sekarang Theodore mulai meneriakinya. “Lepasin..”

“Sakit yang kamu rasa tidak sebanding dengan sakit hati kami setiap kali melihat kamu bernapas!” kata Theodore yang kali ini mendorong tubuh Sienna ke arah kasur. “Kenapa kamu harus selalu menunjukkan wajah di hadapanku?”

“...”

Sienna masih diam karena ia merasa kalau bahunya sangat sakit.

“Bisa kamu hanya menjauh sementara kami membiarkan Papa memberikan kenyamanan dalam hidup kamu?”

“Kak,” panggil Sienna berusaha keras untuk tidak menangis. Ia tidak ingin menangis di saat seperti ini. “Aku baru aja mengalami hal buruk. Bisa Kakak marahnya nanti aja?”

“Jangan panggil aku Kakak!”

Pada saat itu, pintu kamar Sienna terbuka. Tammy masuk dengan wajah datar dan langsung menutup pintu. “Papa bisa dengar dan aku yakin kalau Papa akan membunuh kamu kalau dia melihat kamu menyiksa anak kesayangannya.”

Theodore terlihat akan marah. Namun ternyata kata-kata Tammy mampu membuatnya berhenti menyiksa Sienna. Pria itu mendengus dan berjalan keluar tanpa menatap Sienna. Sementara Tammy menatap Sienna sesaat dan mengikuti Theodore keluar dari kamar itu.

Sienna mengatur napasnya dan berusaha untuk menekan tangisannya. Kemudian, ia mendengar suara ponselnya. Cepat-cepat ia mengambil ponsel yang ia simpan di tas yang masih ia kenakan.

Di layar ponselnya, ia melihat nama Sean.

Sienna menggigit bibirnya dan memutuskan untuk tidak menerima panggilan telepon itu.

Tidak apa-apa, pikirnya.

Ia tidak akan menerima panggilan telepon dari Sean. karena, ia pasti akan menangis jika mendengar suara sahabatnya itu.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 31

    "Seseorang sudah mengantarkan paket obat dan vitamin yang kamu minta kemarin, Sienna," kata Ariana ketika Sienna menerima panggilan wanita itu. Suara Ariana terdengar sangat khawatir. Walaupun kini COVID 19 sudah lebih bisa ditangani, namun Ariana sangat mengkhawatirkan dua orang sakit yang ada sangat jauh di pondok perkebunan. Ia pun tidak bisa melakukan apa-apa karena Sienna selalu mengatakan kalau wanita itu akan menjaga Sean. Benar. Sienna adalah seorang dokter yang juga pernah berjuang di garis depan ketika COVID 19 masih menjadi wabah menakutkan di negara ini, dan bahkan di seluruh dunia. Benar, Sienna adalah seorang dokter yang berpengalaman dan bisa menjaga Sean. Namun, Siapa yang akan menjaga Sienna? Gadis itu juga sakit dan akan menjadi parah jika tidak diobati. Sienna pasti akan selalu mementingkan Sean dan akan selalu menjaganya. Dan siapa yang akan menjaga Sienna? Tentu saja Sean tidak akan banyak membantu karena Ariana tahu betapa menyebalkannya Sean ketika d

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 30

    Seolah tubuh mereka memahami diri masing-masing, kini giliran Sean yang menjaganya. Tepat setelah ia meminta Sean untuk memasak sesuatu, dirinya jatuh tertidur. Tubuhnya tidak bisa lagi menahan kantuk karena semalaman dirinya terjaga untuk memastikan demam Sean membaik. Sementara itu, Sean yang sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka pun kini sedang duduk di lantai kayu yang beralaskan tatami. Awalnya, ia ingin membangunkan Sienna, namun dirinya justru hanya duduk dan menatap wajah Sienna yang terlihat pucat. Kulit Sienna bersih dan sangat pucat, bahkan ketika wanita itu tidak sedang sakit. Ia juga mendapati semburat kemerahan pada pipi Sienna, menandakan kalah tubuhnya sedang sangat panas. Mata Sean turun ke lengan Sienna yang begitu kurus. Ia mengetahui semua yang terjadi di dalam hidup Sienna dan karena itu, Sienna menyebutnya sahabat. Namun, belakangan ini dirinya—bagian di dalam hatinya—tidak lagi bisa menerima gelar itu. Dirinya tidak ingin hanya sekedar menjadi sahab

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 29

    Sean.. Sean.. Tuhan Yesus! Sean! bangun! Sean membuka matanya ketika dirinya merasakan sebuah tamparan keras pada pipi kanannya. seketika, rasa panas menjalar di pipi itu dan beberapa detik kemudian, ia sadar kalau Sienna—yang sedang berjongkok di tepi ranjang menghadap ke arahnya—terlihat sangat kesal. Sienna pasti menamparnya karena dirinya tidak kunjung terjaga. mengingat apa yang sudah ia katakan pagi tadi, Sean tersenyum. "Kenapa kamu senyum?" tanya Sienna. "karena apa yang sudah ku akui tadi pagi." "apa yang kamu akui? pagi? Sekarang masih jam empat pagi. kamu mengakui apa?" tanya Sienna yang begitu bingung dengan apa yang diucapkan oleh Sean. Sedari tadi, di pondok ini, hanya dirinya yang terjaga. Lebih tepatnya, dirinya tidak bisa tidur nyenyak karena Sean yang terus saja bergumam dalam tidurnya. Tentu saja ini bukan masalah karena ia melakukan hal ketika berjaga di rumah sakit. Ia akan memantau kondisi pasien, terutama pasien yang baru saja menjalani ope

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status