Accueil / Romansa / Terjebak Permainan Mr. Sean / 5| Sean Ingin Mencium Leher Sienna

Share

5| Sean Ingin Mencium Leher Sienna

Auteur: Vaanella
last update Dernière mise à jour: 2022-11-04 12:42:25

Sienna berjalan dengan cepat memasuki pintu utama keluarga Kanaka ini. Rumah ini sangat besar dengan gaya victoria yang berdiri di atas lahan yang sangat luas. Meskipun tidak banyak penghuninya, namun Sienna selalu merasa kalau rumah ini sangat hangat. Ia selalu merasa nyaman jika sedang berada di antara keluarga Sean.

Dengan cepat, kakinya yang sudah sangat hapal dengan ruangan yang ada di rumah ini pun melangkah ke arah ruang makan. Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat Sean yang sedang menggendong Blaire.

Ia tersenyum dan berjalan lebih cepat. “Sean?”

Sean yang sedang berusaha untuk menidurkan Blaire pun menoleh dan tersenyum lega. “Maaf aku harus merepotkan kamu.”

Sienna meletakkan tasnya ke atas meja makan dan segera mencuci tangan dengan bersih. Setelah itu, ia mengelap tangannya sampai kering dan berjalan ke arah mereka. “Hi, Bie.”

Bayi berusia satu tahun itu menoleh ke arah Sienna dan mengulas senyuman.

Sienna mengulurkan tangannya. “Mau aku gendong?”

Blaire menunjukkan reaksi kalau ia ingin digendong oleh Sienna. Sienna segera menggendong Blaire dengan sangat hati-hati. Ia sangat menyukai anak kecil dan selalu merasa nyaman setiap kali menggendongnya.

“Aku tidak tahu bagaimana harus menidurkannya,” kata Sean lagi.

“Badannya masih agak anget. Kamu sudah kasih obat?” tanya Sienna. “Tapi dia enggak rewel. Pinter..”

“Susternya sudah kasih obat. Tapi masalahnya, susternya aku suruh pulang,” jawab Sean. “Anaknya kecelakaan.”

Sienna mengelus punggung Blaire dengan lembut dan mendengarkan ucapan Sean dengan baik. “Oh.. jadi kamu cari suster sementara?”

“Mama aku tidak pernah percaya dengan orang baru untuk menjaga Blaire, Sienna.. Kamu tahu kalau semua orang sangat ingin memiliki Blaire.”

Benar, pikir Sienna.

Richard dan juga Jacqueline sering mendapatkan sorotan media karena kesuksesan perusahaan mereka dan kisah cinta mereka yang selalu saja menarik untuk dibahas. Ketika Jacqueline hamil dan melahirkan seorang bayi di usia yang tidak lagi muda, hal itu tentu saja mendapatkan sambutan yang baik.

Blaire menjadi bayi perempuan yang sangat beruntung karena terlahir di orang tua yang sangat harmonis, juga memiliki seorang kakak yang sangat digilai oleh hampir semua wanita. Namun, hal itu justru membuat banyak orang ingin bertemu dengan bayi ini.

“Aku tidak bisa menjaganya setiap waktu, tapi Papa dan Mama aku harus menetap di Spanyol selama seminggu,” kata Sean.

“Aku akan jaga dia. Mama kamu percaya sama aku, kan? Besok aku akan coba bicara dengan residen lain buat gantiin aku. Aku ada libur tiga hari dan kayaknya bisa deh aku minta mereka buat gantiin shift aku selama empat hari,” kata Sienna.

Walaupun setelah itu ia harus menanggung shift tanpa libur untuk mengganti waktu teman-temannya, ia akan melakukan hal itu. Ia juga tidak ingin membiarkan Blaire diasuh oleh orang asing yang mungkin bisa membahayakan bayi kecil ini.

“Sienna..”

“Aku akan tinggal di sini dan jagain Blaire. Ya, Bie?” kata Sienna sambil menatap Blaire yang matanya masih terlihat tidak mengantuk.

Sean tersenyum dan tanpa ia sadari, ia merasa sangat nyaman dengan apa yang sekarang ia lihat.

***

Sudah pukul sebelas malam dan Blaire terlihat sedikit gelisah. Dia pasti mulai mengantuk namun merasa tidak nyaman karena demamnya. Sienna meminta Sean untuk menyiapkan ASI yang ada di pendingin dan dengan sangat sabar, Sienna memberikan instruksi supaya Sean bisa menyiapkan ASI itu dengan benar.

Sienna pernah menjadi relawan di sebuah panti asuhan dan mendapatkan banyak sekali ilmu yang ternyata bisa ia gunakan di saat seperti ini.

“Apa sudah cukup hangat?” tanya Sean sambil memberikan botol susu kepada Sienna.

Mereka masih berada di dapur, membuat beberapa pelayan yang masih terjaga menawarkan diri untuk membantu. Namun, Sean menolak penawaran itu.

“Mereka kelihatan cocok jadi orang tua, ya?” tanya seorang pelayan pada pelayan lainnya. Tentu saja ia mengatakan itu dengan sangat perlahan.

Sebenarnya, walaupun Sean meminta mereka semua untuk beristirahat, tidak ada yang berani beristirahat ketika melihat tuan muda mereka sedang kesulitan seperti itu.

“Bener, Mba.. saya bingung kenapa mereka enggak saling jatuh cinta, ya? Padahal Non Sienna cantik sekali. Dan Den Sean juga ganteng..”

Sementara di dapur, Sienna mengganggukan kepalanya ketika memastikan kalau susu itu sudah cukup hangat. “Pegang dulu. Aku mau duduk.”

Dengan patuh, Sean kembali mengambil botol susu dan menarik salah satu kursi yang ada di meja makan agar Sienna bisa duduk.

“Sstt.. Bie pusing, ya?” tanya Sienna sambil memposisikan Blaire di dalam gendongannya.

“Ehek.. ehek..” rengek Blaire.

Bayi itu terlihat mencari kenyamanan di tubuh Sienna, sementara Sienna meminta botol susu dan setelah itu memberikannya kepada Blaire. Blaire meminum susunya dan terlihat mulai tenang, membuat Sienna tersenyum.

Sementara Sean terlihat gusar karena adiknya terlihat menderita. “Apa kita harus membawanya ke dokter?”

“Dia cuma demam, Sean. Besok akan aku periksa. Kalau demamnya masih belum turun, kita bawa ke rumah sakit,” jawab Sienna. Lalu, ia kembali menatap Sean karena pria itu masih mondar-mandir. “Bie kayaknya akan tidur. Kamu jangan buat dia ngeliatin kamu dong.”

Sekali lagi, dengan sangat patuh, Sean pun duduk di kursi lain sambil menatap adiknya yang matanya mulai terlihat sayu. Meskipun sesekali ia merengek, namun semakin lama mata Blaire semakin menutup.

Tingkah laku Sean yang tiba-tiba diam seperti patung tentu saja membuat Sienna ingin tertawa. Namun, ia membiarkan Sean melakukan hal itu karena itu lebih baik daripada Sean yang mondar-mandir.

Untuk beberapa menit kemudian, perhatian mereka tertuju pada Blaire yang sudah benar-benar tertidur sekarang. Mereka berdua takjub melihat bayi kecil yang sekarang hanya tidur dan bernapas ini.

“Kayaknya kita bisa tidurin di kasurnya,” kata Sienna sambil berbisik.

Sean menganggukkan kepalanya. “Bie tidur di kamar aku saja. Kita bisa jagain.”

Setelah itu, mereka berdiri dan Sienna mengikuti langkah Sean ke arah kamar pria itu. Sebenarnya, Sienna tidak canggung untuk memasuki kamar Sean. Ia selalu memasuki kamar pria itu selama sepuluh tahun terakhir.

Sean membuka pintu kamar dengan perlahan, membuat Sienna menatapnya dengan tatapan terima kasih. Biasanya, pria itu akan membuka pintu dengan sangat kasar.

“Sst.. sst..” kata Sienna sambil menepuk dada Blaire dengan pelan. Setelah memastikan kalau Blaire tidak akan terjaga, mereka kembali keluar.

“Kamu mau makan?” tanya Sean ketika mereka sudah kembali ke dapur.

Dengan cepat, Sienna menganggukkan kepalanya. “Aku belum makan.”

“Kamu duduk aja. Aku akan panaskan makanan yang sudah disiapkan pelayan di rumah ini,” kata Sean.

Sienna mengikuti ucapan Sean dan menggelung rambutnya. Setelah itu, ia mencari jepit rambut dari dalam tasnya. Ditatapnya Sean yang sedang menunggu di depan microwave.

“Kamu kelihatan gugup,” kata Sienna bingung.

“Aku takut tidak bisa menjaga Bie,” kata Sean jujur.

“Kamu sudah jadi Kakak yang baik kok,” jawab Sienna.

Setelah itu, ia kembali menghadap ke arah meja makan dan mencari ponsel di dalam tasnya. Ia harus mengabari teman-temannya dan meminta mereka untuk menggantikannya selama empat hari ke depan.

“Sienna,” kata Sean.

“Hm?”

“Bahu kamu memar?” tanya Sean.

Pria itu mendekati Sienna dan melihat bahu Sienna yang lebam, yang tidak tertutupi oleh kemeja itu. Sean yakin kalau lebam seperti ini hanya bisa didapatkan jika Sienna menghantam benda tumpul dengan sangat keras.

Sienna yang menyadari lebam apa yang Sean katakan pun menarik bajunya untuk menutupi lebam itu. “Oh.. Ini.. aku jatuh sendiri..”

“Aku tidak bertanya kenapa kamu bisa lebam. Apa ini perbuatan salah satu Kakak kamu?” tanya Sean yang sudah kembali menarik baju Sienna.

Ia merasa sangat marah sekarang. Semakin lama ia menatap lebam itu, ia merasa semakin kesal dengan siapapun yang sudah membuat Sienna harus mendapatkan lebam seperti ini.

“Aku gak apa-apa kok,” kata Sienna.

“Tunggu di sini,” kata Sean.

Sienna menoleh ke arah Sean yang sekarang sudah berjalan menjauh ke arah kotak P3K yang ada di dapur. Setelah mendapatkan kotak itu, Sean kembali, membuat Sienna tertawa. Ia tahu kalau lebam yang ia miliki akibat dari dorongan Theodore ini terlihat sangat menyeramkan, namun ia yakin kalau bahunya tidak apa-apa.

Sean segera membuka kotak P3K yang ia letakkan di atas meja dan mengambil sebuah salep untuk meredakan sakit dari lebam itu.

“Duduk dengan benar, Sienna,” kata Sean.

Sienna menghela napas dan membiarkan Sean mengoleskan salep di belakangnya. Pria keras kepala itu tidak akan berhenti sampai dia bisa mengoleskan salep di lebamnya. Akan tetapi, ia justru meringis ketika jari Sean menyentuh lebam itu.

Ternyata, lebamnya terasa nyeri.

“Sakit?” tanya Sean.

Sienna hanya menganggukkan kepalanya.

Mengetahui kalau lebam itu terasa sakit, Sean berhati-hati ketika mengoleskannya. Ia menarik baju Sienna lebih ke bawah dan mendapati kalau lebam itu lebih besar dari perkiraannya.

"Saudara-saudara kamu sangat kejam. Lebam ini sangat besar, Sienna," kata Sean kaku. Menahan amarahnya.

"Aku bahkan belum sempet ngeliat bentuknya," jawab Sienna.

"kamu bekerja dengan lebam ini?"

Sienna menganggukkan kepala sambil berusaha untuk menahan ringisannya. "Aku ikut dua transplantasi hati, dua operasi pankreas dan beberapa operasi lainnya dengan lebam ini."

Setelah semua permukaan yang lebam sudah disapu dengan salep, Sean kemudian terdiam melihat bahu putih dan leher jenjang Sienna. Entah mengapa, ia merasa kalau malam ini Sienna terlihat begitu seksi dengan leher jenjang, dengan bahu kiri yang terbuka dan dengan anak rambut yang jatuh di lehernya

Ia tidak pernah merasa dorongan seperti ini kepada wanita lain.

Biasanya, ia tidak akan tertarik dengan wanita sebesar ini, dan tidak akan menyentuhnya kecuali wanita itu memohon kepadanya. Namun, Sienna berbeda. Tanpa melakukan apapun, Sienna membuatnya merasakan sebuah dorongan.

Sienna.. Sienna membuatnya ingin mencium leher itu tanpa paksaan.

Ting!

Suara dentingan dari microwave menyadarkan Sean. cepat-cepat, ia berjalan ke arah microwave untuk mengambil makanan yang sudah hangat itu.

"Makanannya sudah siap," kata Sean yang dengan cepat sudah berada di hadapan microwave.

Sienna tidak akan pernah tahu alasan mengapa Sean tidak bisa membiarkan wanita lain menyentuh tubuhnya, alasan dari dirinya yang tidak ingin memiliki hubungan serius dengan wanita lain.

Wanita itu.. tidak akan pernah tahu alasannya.

Bersambung

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 31

    "Seseorang sudah mengantarkan paket obat dan vitamin yang kamu minta kemarin, Sienna," kata Ariana ketika Sienna menerima panggilan wanita itu. Suara Ariana terdengar sangat khawatir. Walaupun kini COVID 19 sudah lebih bisa ditangani, namun Ariana sangat mengkhawatirkan dua orang sakit yang ada sangat jauh di pondok perkebunan. Ia pun tidak bisa melakukan apa-apa karena Sienna selalu mengatakan kalau wanita itu akan menjaga Sean. Benar. Sienna adalah seorang dokter yang juga pernah berjuang di garis depan ketika COVID 19 masih menjadi wabah menakutkan di negara ini, dan bahkan di seluruh dunia. Benar, Sienna adalah seorang dokter yang berpengalaman dan bisa menjaga Sean. Namun, Siapa yang akan menjaga Sienna? Gadis itu juga sakit dan akan menjadi parah jika tidak diobati. Sienna pasti akan selalu mementingkan Sean dan akan selalu menjaganya. Dan siapa yang akan menjaga Sienna? Tentu saja Sean tidak akan banyak membantu karena Ariana tahu betapa menyebalkannya Sean ketika d

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 30

    Seolah tubuh mereka memahami diri masing-masing, kini giliran Sean yang menjaganya. Tepat setelah ia meminta Sean untuk memasak sesuatu, dirinya jatuh tertidur. Tubuhnya tidak bisa lagi menahan kantuk karena semalaman dirinya terjaga untuk memastikan demam Sean membaik. Sementara itu, Sean yang sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka pun kini sedang duduk di lantai kayu yang beralaskan tatami. Awalnya, ia ingin membangunkan Sienna, namun dirinya justru hanya duduk dan menatap wajah Sienna yang terlihat pucat. Kulit Sienna bersih dan sangat pucat, bahkan ketika wanita itu tidak sedang sakit. Ia juga mendapati semburat kemerahan pada pipi Sienna, menandakan kalah tubuhnya sedang sangat panas. Mata Sean turun ke lengan Sienna yang begitu kurus. Ia mengetahui semua yang terjadi di dalam hidup Sienna dan karena itu, Sienna menyebutnya sahabat. Namun, belakangan ini dirinya—bagian di dalam hatinya—tidak lagi bisa menerima gelar itu. Dirinya tidak ingin hanya sekedar menjadi sahab

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 29

    Sean.. Sean.. Tuhan Yesus! Sean! bangun! Sean membuka matanya ketika dirinya merasakan sebuah tamparan keras pada pipi kanannya. seketika, rasa panas menjalar di pipi itu dan beberapa detik kemudian, ia sadar kalau Sienna—yang sedang berjongkok di tepi ranjang menghadap ke arahnya—terlihat sangat kesal. Sienna pasti menamparnya karena dirinya tidak kunjung terjaga. mengingat apa yang sudah ia katakan pagi tadi, Sean tersenyum. "Kenapa kamu senyum?" tanya Sienna. "karena apa yang sudah ku akui tadi pagi." "apa yang kamu akui? pagi? Sekarang masih jam empat pagi. kamu mengakui apa?" tanya Sienna yang begitu bingung dengan apa yang diucapkan oleh Sean. Sedari tadi, di pondok ini, hanya dirinya yang terjaga. Lebih tepatnya, dirinya tidak bisa tidur nyenyak karena Sean yang terus saja bergumam dalam tidurnya. Tentu saja ini bukan masalah karena ia melakukan hal ketika berjaga di rumah sakit. Ia akan memantau kondisi pasien, terutama pasien yang baru saja menjalani ope

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   25| Bermalam Di Pondok Yang Sama

    Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   24| Belum Begitu Menyadari Perasaan

    Selama tiga hari berikutnya, Ariana benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Sean masuk ke rumahnya. Ia mengizinkan siapapun untuk masuk dan menemui Sienna, kecuali Sean. Cucunya sendiri. Selama tiga hari pula, Sienna pulang ke rumah Ariana hanya untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia kembali ke rumah sakit. Namun hari ini, ia mendapatkan cuti dan cuti itu ia gunakan untuk mengisi tenaganya lagi. “Selamat malam, Sienna,” kata Ariana sambil tersenyum. Sienna awalnya ingin melewatkan makan malam, namun ia mendapatkan pesan dari salah satu pelayan bahwa Ariana ingin makan malam bersamanya. Ia merasa sangat nyaman berada di sini, karena Ariana sangat tulus kepadanya. “Hari ini kamu sangat produktif dariku, Ariana. Selamat malam,” Sienna balik menyapa Ariana setelah ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Walaupun seharian ini Sienna hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya, namun ia tahu kalau Ariana hari ini sangat sibuk dengan museum baru yang akan

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   23| Semakin Rumit

    Sienna dan Ariana tiba di rumah Ariana yang sangat besar. Sienna tidak pernah datang ke rumah ini, karena selama sepuluh tahun terakhir, Ariana tidak pernah menempati rumah ini. Akan tetapi, meskipun pemilik rumah ini baru saja kembali, Sienna merasa rumah ini tetap hangat. “Rumah kamu sangat indah, Ariana,” kata Sienna yang merasa sangat takjub. Rumah ayahnya mungkin hanya setengah dari luas keseluruhan rumah ini. Di setiap matanya memandang, ia akan selalu tersenyum karena Ariana meletakkan banyak vas bunga mawar dengan berbagai warna di setiap sudut ruangan. “Aku sangat menyukai mawar. Walaupun pria yang memberikanku mawar pertama adalah pria yang sangat kubenci untuk seumur hidupku,” kata Ariana yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Sienna. “Aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu mengingat hal yang tidak ingin kamu ingat,” jawab Sienna. Lalu, sesaat kemudian ia memikirkan sesuatu. “Walaupun rumah kamu sangat indah, tapi aku merasa kalau ini bukan tempatku, Ariana.”“Mak

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status