Share

6| Sean Membingungkan

Penulis: Vaanella
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-04 12:45:03

Sienna menghabiskan makanannya dengan cepat karena ternyata, ia merasa sangat lapar. Sean yang melihat hal itu hanya menatap dengan heran. Ia sudah berteman dengan Sienna selama sepuluh tahun, dan wanita ini selalu makan dengan sangat banyak. Namun, tubuh Sienna tetap sangat ramping.

Entah kemana larinya semua makanan-makanan itu.

“Aku udah hubungin beberapa temen aku dan mereka setuju. Sisanya akan aku tanya besok,” kata Sienna setelah ia meminum air putih.

“Aku temani kalau begitu.”

Kening Sienna berkerut. “Kamu enggak ke kantor?”

“Besok hari Sabtu, Sienna,” jawab Sean.

“Oh…” Ia lupa kalau besok adalah hari sabtu.

Sienna menyentuh bibir gelasnya dengan jari, sementara Sean masih merasa marah setiap kali memikirkan tentang bahu Sienna yang memar.

Oleh karena rasa marahnya itu, akhirnya Sean berkata, “Siapa yang membuat bahu kamu seperti itu?”

“Aku sendiri. Aku kepeleset..”

“Sienna..”

“Beneran,” jawab Sienna sambil berdecak.

Sienna tidak ingin mengatakan yang sejujurnya, namun dari wajah Sean yang sangat keras kepala, ia tahu kalau Sean tidak akan berhenti sampai pria itu mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

“Theodore yang melakukannya?” tanya Sean lagi.

Mendengar nama itu, Sienna terdiam. Di antara semua kakaknya, Theodore adalah yang paling kejam dan yang paling sering melukainya. Ia berusaha untuk menguasai raut wajahnya. Namun, Sean sudah mengetahui jawaban yang bisa pria itu lihat dari wajah Sienna.

“Aku akan memberikan mereka pelajaran, Sienna,” kata Sean kesal.

“Aku enggak apa-apa,” jawab Sienna sambil memajukan bibirnya.

Sean diam, tanda kalau pria itu sedang sangat marah sekarang.

Sienna memilih untuk mengambil piring dan mencucinya. Ia juga merasa kesal karena sejak dulu, Sean akan selalu berusaha untuk menjaganya. Ia kesal karena semakin dewasa, ia memiliki beberapa hal yang tidak ingin dibantu oleh Sean.

“Sienna,” panggil Sean lagi.

“Kenapa sih?” tanya Sienna sambil berbalik. Ia baru saja akan meninggalkan Sean untuk melihat Blaire di kamar.

“Kamu tahu betapa kesalnya aku ketika tahu kalau kamu mendapatkan lebam itu?” tanya Sean.

Sienna mengerutkan keningnya tidak mengerti. “Kenapa kamu harus kesel? Kamu bukan orang istimewa di hati aku. Kita cuma sahabatan. Kenapa kamu harus semarah itu?”

“...” Sean diam.

Benar. Mengapa ia harus sangat marah setiap kali Sienna terluka? Sean tidak tahu jawabannya.

“Jangan bikin aku bingung dong. Hidup aku sendiri pun udah membuat aku bingung,” kata Sienna lagi.

Kemudian, Sienna berbalik dan meninggalkan Sean.

***

Sean baru saja akan memasuki kamarnya ketika tiba-tiba saja, ia mendapatkan sebuah panggilan telepon dari sekretarisnya. Sekarang sudah hampir pukul dua belas malam dan ia tidak pernah membiasakan karyawannya untuk membahas masalah pekerjaan di luar jam kantor.

“Ada apa?” tanya Sean ketika ia menerima panggilan telepon itu.

Elijah yang merupakan sekretaris dari Sean menjawab, “Maaf saya mengganggu, Pak. Tapi ini adalah masalah yang harus segera Anda dengar.”

“Saya mendengarkan,” jawab Sean dan ia berjalan menjauhi kamar karena takut Sienna dan Blaire terganggu dengan pembicaraannya.

“Kapal pengangkut barang mentah milik perusahaan kita sudah tiba di tempat tujuan. Namun, ketika awak kapal memeriksa barang, mereka menemukan hal aneh. Ada beberapa kotak yang tidak mereka ketahui. Setelah melihat isinya, ternyata itu adalah narkotika, seberat lima kilogram. Kita sudah mengamankan kotak itu dan belum menghubungi pihak berwajib, Pak.”

Sean mengerutkan keningnya. “Apa ada orang yang menghubungi terkait barang itu?”

“Ya, Pak. Seseorang bernama Arthur yang berasal dari Italia, tempat kapal kita mengangkut barang. Ia menghubungi dan mengatakan kalau barang mereka tidak sengaja termasuk ke dalam kapal kita,” jawab Elijah.

“Lalu?” tanya Sean.

“Mereka ingin mengambilnya lagi dan memberikan imbalan. Sebagai gantinya, mereka meminta kita untuk melupakan kecerobohan mereka,” jawab Elijah.

Sean duduk di sebuah kursi yang ada di ruang tamu. Sekarang beberapa lampu sudah dimatikan dan hanya menyisakan cahaya remang dari lampu dinding. Sean berpikir untuk beberapa saat. Bisa saja ia memberikan semua barang itu kepada polisi. Namun sepertinya itu bukanlah hal yang tepat.

“Amankan saja barang itu, Elijah. Jangan sampai rahasia ini bocor,” kata Sean pada akhirnya.

“Apakah Anda akan menemui Arthur dan memberikannya, Pak?” tanya Elijah dengan nada terkejut yang tidak bisa ia sembunyikan.

Di ujung sana, Elijah merasa kalau matanya akan terkeluar karena jawaban Sean sama sekali tidak sesuai dengan pikirannya. Awalnya, ia beranggapan kalau Sean pasti akan memberikan barang itu kepada kepolisian. Namun, bosnya ini justru memilih sebaliknya.

“Ya,” jawab Sean.

“Pak.. tapi hal ini akan menghancurkan perusahaan Anda jika ada yang mengetahuinya,” kata Elijah.

“Jangan sampai orang lain tahu kalau begitu,” jawab Sean.

Kemudian, Sean memutuskan sambungan telepon itu.

***

Esok paginya, Sienna pergi ke rumah sakit untuk bicara secara langsung dengan teman-teman residennya. Seperti janji Sean, pria itu mengantarnya bersama dengan Blaire yang duduk di car seat bayi di kursi belakang.

“Aku turun dulu, ya,” kata Sienna dan ia keluar dengan plastik makanan yang mereka beli di jalan tadi.

Sienna keluar dan berlari kecil menuju ke dalam rumah sakit. Ia langsung menuju ke ruang piket untuk residen bedah umum.

Ia sudah mengabari teman-temannya untuk tidak membeli sarapan karena ia sudah membelikan mereka semua.

“Hi,” kata Sienna sambil masuk. Beberapa orang rekan residen tahun kedua bedah umum tersenyum ke arahnya. Sienna bergegas masuk dan meletakkan makanan yang tadi ia beli. “Maaf banget ya harus ngerepotin kalian..”

“Banyak banget lo beliin kita,” kata Vera, orang yang paling dekat dengan Sienna di rumah sakit ini. “Insentif kita gak banyak, mending lo tabungin aja.”

Sienna tersenyum. “Gue justru pengen beliin yang lebih banyak. Tapi karena kita gak punya uang, jadi cuma bisa beliin ini deh. Gue makasih banget karena kalian sudah setuju bantuin gue.”

Semua orang di ruangan ini tertawa. Lalu, residen lainnya bertanya, “Lo enggak sakit dan harus istirahat atau sebagainya kan?”

Sienna baru saja akan menjawab. Namun, rekannya yang lain yang baru saja memasuki ruang piket berkata, “Dia enggak mungkin sakit. Gue lihat tadi dia turun dari mobil yang disetir oleh Sean.”

“Wha….” kata mereka.

“Yes. Sean Ezra Tanaka.”

Wajah para residen perempuan terlihat takjub. Meskipun mereka sudah sering melihat Sean mengantar dan menjemput Sienna, namun mereka selalu saja takjub setiap kali berpikir kalau Sean menyetir mobil untuk Sienna.

Kemudian, rentetan pertanyaan mulai menyerang Sienna.

“Apa tangannya bener-bener berotot?”

“Apa dia lebih seksi dari yang sering kita lihat di TV dan majalah?”

“Dia pasti lebih ganteng.”

“Lo enggak pernah kepincut sama si prince of bastard?”

Sienna menghela napasnya dan menjawab, “Dia biasa aja kok.”

Kemudian, Vera menatap Sienna dan bertanya, “kalau gitu.. Dia enggak pernah suka sama lo?”

Sienna tertawa mendengar pertanyaan Vera. “Kita enggak kayak gitu. Beda dari yang kalian pikirin deh pokoknya–oh–sorry gue harus pergi. Bie nungguin.”

Setelah itu, Sienna langsung bergegas pergi, meninggalkan teman-temannya yang kebingungan.

“Bie yang Sienna maksud itu Bie adiknya Sean, atau ‘Bie’ itu panggilan dia buat Sean?” tanya Vera bingung. “Tapi.. apa bener mereka enggak ada apa-apa? Gue awalnya mikir kalau enggak ada persahabatan di antara cowok sama cewek.”

“Bener banget. Gue gak percaya lawan jenis bisa pacaran,” kata Setyo.

“Tapi kayaknya itu adalah pengecualian buat mereka berdua,” timpal Tiara.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 31

    "Seseorang sudah mengantarkan paket obat dan vitamin yang kamu minta kemarin, Sienna," kata Ariana ketika Sienna menerima panggilan wanita itu. Suara Ariana terdengar sangat khawatir. Walaupun kini COVID 19 sudah lebih bisa ditangani, namun Ariana sangat mengkhawatirkan dua orang sakit yang ada sangat jauh di pondok perkebunan. Ia pun tidak bisa melakukan apa-apa karena Sienna selalu mengatakan kalau wanita itu akan menjaga Sean. Benar. Sienna adalah seorang dokter yang juga pernah berjuang di garis depan ketika COVID 19 masih menjadi wabah menakutkan di negara ini, dan bahkan di seluruh dunia. Benar, Sienna adalah seorang dokter yang berpengalaman dan bisa menjaga Sean. Namun, Siapa yang akan menjaga Sienna? Gadis itu juga sakit dan akan menjadi parah jika tidak diobati. Sienna pasti akan selalu mementingkan Sean dan akan selalu menjaganya. Dan siapa yang akan menjaga Sienna? Tentu saja Sean tidak akan banyak membantu karena Ariana tahu betapa menyebalkannya Sean ketika d

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 30

    Seolah tubuh mereka memahami diri masing-masing, kini giliran Sean yang menjaganya. Tepat setelah ia meminta Sean untuk memasak sesuatu, dirinya jatuh tertidur. Tubuhnya tidak bisa lagi menahan kantuk karena semalaman dirinya terjaga untuk memastikan demam Sean membaik. Sementara itu, Sean yang sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka pun kini sedang duduk di lantai kayu yang beralaskan tatami. Awalnya, ia ingin membangunkan Sienna, namun dirinya justru hanya duduk dan menatap wajah Sienna yang terlihat pucat. Kulit Sienna bersih dan sangat pucat, bahkan ketika wanita itu tidak sedang sakit. Ia juga mendapati semburat kemerahan pada pipi Sienna, menandakan kalah tubuhnya sedang sangat panas. Mata Sean turun ke lengan Sienna yang begitu kurus. Ia mengetahui semua yang terjadi di dalam hidup Sienna dan karena itu, Sienna menyebutnya sahabat. Namun, belakangan ini dirinya—bagian di dalam hatinya—tidak lagi bisa menerima gelar itu. Dirinya tidak ingin hanya sekedar menjadi sahab

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   BAB 29

    Sean.. Sean.. Tuhan Yesus! Sean! bangun! Sean membuka matanya ketika dirinya merasakan sebuah tamparan keras pada pipi kanannya. seketika, rasa panas menjalar di pipi itu dan beberapa detik kemudian, ia sadar kalau Sienna—yang sedang berjongkok di tepi ranjang menghadap ke arahnya—terlihat sangat kesal. Sienna pasti menamparnya karena dirinya tidak kunjung terjaga. mengingat apa yang sudah ia katakan pagi tadi, Sean tersenyum. "Kenapa kamu senyum?" tanya Sienna. "karena apa yang sudah ku akui tadi pagi." "apa yang kamu akui? pagi? Sekarang masih jam empat pagi. kamu mengakui apa?" tanya Sienna yang begitu bingung dengan apa yang diucapkan oleh Sean. Sedari tadi, di pondok ini, hanya dirinya yang terjaga. Lebih tepatnya, dirinya tidak bisa tidur nyenyak karena Sean yang terus saja bergumam dalam tidurnya. Tentu saja ini bukan masalah karena ia melakukan hal ketika berjaga di rumah sakit. Ia akan memantau kondisi pasien, terutama pasien yang baru saja menjalani ope

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   28| Perasaan Yang Berbalas

    Terjadi hujan yang sangat lebat pada pagi itu. Sienna yang lebih awal terjaga memutuskan untuk membuat dua cangkit teh. Untuk dirinya dan juga sean. Pasiennya. Pada dini hari, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya karena tiga hal. Pertama, karena bunyi gemuruh yang saling bersahutan, kedua karena bunyi engsel pintu yang berderik di kejauhan karena tertiup angkin kencang, dan ketiga adalah karena Sean terus menerus bergumam dalam tidurnya Sekarang Sean memang adalah pasiennya, karena demam pria itu tak kunjung turun sampai sekarang. Sienna meletakkan dua cangkir teh itu ke atas meja makan karena mendengar suara ponselnya. Ariana yang meneleponnya. “Sienna? Apa kamu dan Sean baik-baik saja di sana?” tanya Ariana yang terdengar sangat khawatir. “Kami semua sudah melakukan tes dan tidak ada yang tertular.”Sienna menghela napas lega karena tidak ada yang tertular lagi. “Kami baik-baik saja, Ariana. Cuma Sean yagn sekarang sedang sangat demam.”“Cucuku akan sangat merepotkan ketika dia de

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   27| Keras Kepala

    Sekarang sudah pukul dua pagi dan Sean sama sekali tidak bisa tidur. Ia sudah memutuskan untuk merawat Sienna, maka ia akan menjadi pria yang siap siaga sekarang. Sienna sekarang tidur. Di dalam pelukannya, setelah dirinya memenangkan perdebatannya dengan wanita ini. “Aku tidak akan pernah tidur di dalam pelukan seorang pria yang memeluk sangat banyak wanita, Sean,” kata wanita itu tadi, dengan sangat keras kepala dan menghempaskan pintu kamar di depan wajah Sean. Walaupun Sienna melarangnya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu, namun Sean tetap berjaga di depan pintu. Benar saja, tiga puluh menit kemudian, Sienna batuk dan Sean langsung masuk untuk memberikan bantuan. Ia memberikan Sienna air hangat yang ia pikir bisa membantu meredakan batuk wanita itu. Sean lupa bagaimana sekarang mereka bisa saling memeluk seperti ini. Namun yang pasti ia sangat bahagia. “Kamu tidak tahu kalau aku tidak pernah memeluk wanita lain seperti ini, Sienna,” gumam Sean sambil tersenyum lebar. “Ka

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   26| Terjangkit COVID-19

    Sienna kembali terjaga dan ia tidak tahu kalau dirinya sudah kembali terlelap. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati seberkas cahaya dari pintu kamarnya. Seana pasti sudah menghidupkan semua lampu karena hari sudah benar-benar malam sekarang. Perlahan, ia duduk dan entah apakah karena ia tidak minum untuk beberapa waktu, ia merasa tenggorokannya sangat kering dan sedikit perih. “Uhuk-uhuk..” ia terbatuk. Satu detik kemudian, Sean masuk. Pria itu masuk seolah dirinya memang sudah menunggu Sienna di depan pintu kamar wanita itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya Sean dengan segelas air di tangannya. Dengan sangat sigap, ia memberikan air itu untuk Sienna minum. “Awas,” kata Sienna setelah ia meminum air dan masih merasa tidak ada perubahan pada tenggorokannya. Ia berjalan menuju ke tasnya, dan mengambil alat tes swab dari dalam sana. Ketika dirinya sedang memeriksakan diri, Sean hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap apa yang sedang dilakukan oleh Sienna. “Apakah kamu berpikir k

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   25| Bermalam Di Pondok Yang Sama

    Satu minggu kemudian, Sienna dan Ariana menuju ke rumah perkebunan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama seminggu. Richard, Jacqueline dan Blaire sudah tiba di rumah perkebunan, sementara Sean masih berada di Singapura dan akan sampai beberapa jam lagi. “Ah. aku sangat merindukan tempat ini,” kata Ariana ketika mereka memasuki jalanan berbatu yang mengarahkan mereka pada sebuah gerbang yang sangat besar. “Rumahmu dihitung dari gerbang ini, Ariana?” tanya Sienna. “Ya. dan kebun-kebun yang ada di sini adalah milikku. Tempat ini adalah tempatku menghabiskan waktu sebelum aku memutuskan untuk tinggal di berbagai negara sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak menyangka kalau tempat ini masih terasa sama, walaupun sudah berjarak sepuluh tahun.”Sienna tersenyum karena dirinya melihat senyuman tulus di wajah Ariana. Ia juga seolah melihat wajah Ariana pada sepuluh tahun yang lalu. Setelah mobil mereka terus memasuki area kebun sekitar selama lima menit, akhirnya mereka mulai melihat

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   24| Belum Begitu Menyadari Perasaan

    Selama tiga hari berikutnya, Ariana benar-benar menepati janjinya untuk tidak membiarkan Sean masuk ke rumahnya. Ia mengizinkan siapapun untuk masuk dan menemui Sienna, kecuali Sean. Cucunya sendiri. Selama tiga hari pula, Sienna pulang ke rumah Ariana hanya untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia kembali ke rumah sakit. Namun hari ini, ia mendapatkan cuti dan cuti itu ia gunakan untuk mengisi tenaganya lagi. “Selamat malam, Sienna,” kata Ariana sambil tersenyum. Sienna awalnya ingin melewatkan makan malam, namun ia mendapatkan pesan dari salah satu pelayan bahwa Ariana ingin makan malam bersamanya. Ia merasa sangat nyaman berada di sini, karena Ariana sangat tulus kepadanya. “Hari ini kamu sangat produktif dariku, Ariana. Selamat malam,” Sienna balik menyapa Ariana setelah ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Walaupun seharian ini Sienna hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya, namun ia tahu kalau Ariana hari ini sangat sibuk dengan museum baru yang akan

  • Terjebak Permainan Mr. Sean   23| Semakin Rumit

    Sienna dan Ariana tiba di rumah Ariana yang sangat besar. Sienna tidak pernah datang ke rumah ini, karena selama sepuluh tahun terakhir, Ariana tidak pernah menempati rumah ini. Akan tetapi, meskipun pemilik rumah ini baru saja kembali, Sienna merasa rumah ini tetap hangat. “Rumah kamu sangat indah, Ariana,” kata Sienna yang merasa sangat takjub. Rumah ayahnya mungkin hanya setengah dari luas keseluruhan rumah ini. Di setiap matanya memandang, ia akan selalu tersenyum karena Ariana meletakkan banyak vas bunga mawar dengan berbagai warna di setiap sudut ruangan. “Aku sangat menyukai mawar. Walaupun pria yang memberikanku mawar pertama adalah pria yang sangat kubenci untuk seumur hidupku,” kata Ariana yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Sienna. “Aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu mengingat hal yang tidak ingin kamu ingat,” jawab Sienna. Lalu, sesaat kemudian ia memikirkan sesuatu. “Walaupun rumah kamu sangat indah, tapi aku merasa kalau ini bukan tempatku, Ariana.”“Mak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status