‘Ah … apa karena aku sudah masuk RAFTEN, Fleur jadi baik?’ batin Adelia sambil tersenyum tipis. ‘Setidaknya dia nggak akan menggangguku lagi kalau begini.’Adelia menyambut tangan Fleur dan menjabatnya. “Terima kasih, Kak Fleur.”“Aku masih ada urusan dengan Lia, Fleur. Kalau ada yang perlu kau bicarakan, lain kali beritahu Tiara dulu.” Bintang melepaskan diri dari rangkulan Fleur dan kembali ke ruangannya diikuti oleh Adelia. Di belakang mereka, Fleur terlihat murka karena diperlakukan demikian di depan artis baru yang tak ia suka.Baru saja Fleur berniat angkat kaki dari gedung itu, keberadaan Theo menarik perhatiannya. Dengan cepat ia menghampiri pria tersebut dan bertanya, “Apa kau tahu gadis tadi?”Theo mengerutkan dahi. “Bukannya Anda juga kenal, Nona Fleur?”“Maksudku, kenapa dia bisa diterima di sini? Dia cuma bakal artis rendahan. Apa selera RAFTEN sekarang menurun?”Theo tersenyum. Sedikit terluka hatinya karena ucapan artis perempuan itu. Sudah jadi rahasia umum kalau Fleu
“Jadi, nggak ada yang cocok denganmu, Bintang?” Suara Manda terdengar kecewa. Dua hari setelah kencan buta itu, Manda baru menerima laporan dari Tiara. Tentu saja, laporannya sudah disesuaikan dengan arahan Bintang. Setelah menerima progres kencan buta yang tak menghasilkan itu, Manda memutuskan untuk menghubungi putranya. “Nggak ada, Ma. Gloria benar-benar melihatku hanya sebatas rekan bisnis yang potensial. Sedangkan Rania, ugh! Dia sama sekali membenciku, kurasa.” Bintang melebih-lebihkan ceritanya.“Siapa wanita yang membencimu, Bintang? Apa dia sejenis adikmu?” kekeh Manda. Setahu dia, tidak ada wanita yang menolak putranya. Kalaupun ada, itu adalah Alexa, adik perempuannya. “Ha! Kalau sejenis Alexa, aku bisa tenang. Dia sangat lihai berakting. Menyembunyikan sifatnya yang sebenarnya. Untung saja aku lebih lihai!” Bintang terdengar bangga. Namun, sebenarnya karena ia mengingat kehadiran Adelia di saat yang bersamaan dengan kencan buta.Manda menghela napas panjang. “Ini sul
“Mejamu rapi, Kak!” seru seorang gadis muda yang sudah menginvasi ruang kerja Bintang sembarangan. “Berarti udah bisa pulang dong? Ayo nonton!”Sang CEO menatap dengan pandangan curiga. “Kau mata-mata Damian, Yara?”“Ish! Dia bakal jadi papa mertua lho, Kak!” protes gadis bernama Naiara itu. “Jangan sebut nama!”Bintang mendengus geli. “Dari mana rasa percaya diri itu, hm? Siapa sama siapa yang bakal besanan emang?”Naiara menggulirkan bola matanya. “Males debat ah! Auntie Manda bilang kamu bakal nikah sama aku. Titik!”“Nggak! Titiknya nggak ada dari Mama, tapi dariku, tahu?” protes Bintang. “Lagian aku sudah suka dengan orang lain.”Namun sepertinya Naiara tidak semudah itu dibuat percaya. Bagaimanapun, Manda dan Raffael sudah menjadi pendukung kuat atas hubungannya dengan Bintang.“Ha! Alasan!” sentak Naiara, tak mau kalah. “Aunt bilang nggak ada perempuan yang menarik perhatianmu, Kak.”Bintang tak lagi bicara. Walau sebenarnya ia bisa membalas, tetapi ia sendiri bahkan tak yakin
“Cih! Nggak tahu malu!” keluh Naiara kesal. “Apa dia deketin kakak karena butuh ketenaran?”“Well, yeah. Semua artis wanita seperti itu, kan?” Senyuman di wajah Bintang membuat Naiara semakin kesal. Dahinya berkerut ketika melontarkan keheranannya. “Tapi kau nggak keberatan, Kak?”Bintang terkejut dengan pertanyaan itu. Selama ini, itu juga yang menahan diri untuk membuka hati. Ia tak suka dimanfaatkan oleh artis-artis perempuan itu. Yang mendekatinya hanya demi ketenaran. Tapi pertanyaan Naiara membuatnya sadar. “Benar. Aku nggak keberatan kalau itu Adelia.”Dia bahkan langsung mengurus semua masalah Adelia dan menariknya ke RAFTEN tanpa berpikir panjang.Netra Naiara mendelik, tak percaya pengakuan itu keluar dari mulut pria yang sudah membuatnya jatuh cinta.Gadis malang itu hampir menangis, tetapi untungnya pesanan mereka datang. Naiara memutuskan untuk fokus pada makanannya. Ia juga tak bisa menyalahkan Bintang atas semua jawaban itu, karena yang lebih dulu mengangkat topik pa
“Aku cuma akan lihat dari jauh. Kau nggak boleh ganggu.” Bintang mengingatkan.Naiara mengangguk mantap. Tangannya masih melingkar manja di lengan Bintang. “Aku nggak bakal ke mana-mana juga.”Bintang menggelengkan kepala, heran dengan sikap manja putri tunggal Damian yang tetap muncul walau sudah menerima penolakan tak tersirat darinya. Namun, ia lega karena Naiara tetap dekat dengannya. Ia juga tak ingin kehilangan perempuan yang sudah ia anggap sebagai keluarga.Mereka segera kembali ke dalam mal. Naiara mengikuti ke mana Bintang melangkah. Menurut informasi dari Tiara, hari ini ada syuting saat membeli bahan makanan di mall. Hari ini para peserta variety show akan membuat makan mewah. Jadi, mereka pasti akan berbelanja di supermarket dalam mall.Berpikir ulang, Bintang merasa akan menjadi pertanyaan jika ia tiba-tiba ada di lokasi syuting. Ia memutuskan untuk menciptakan alasan. “Yara, sekalian belanja. Ambil keranjang.”Mendengar kata ‘belanja’, Naiara pun langsung melepaskan r
“Bint, Mama rasa Yara yang terbaik buat kamu, Nak.” Setelah acara kencan dengan Naiara kemarin, Manda tiba-tiba berkunjung ke apartemen Bintang keesokan paginya.Manda pasti sudah paham, bahwa putranya itu takkan pulang walau hari ini adalah akhir minggu.“Terbaik buat mama, bukan berarti terbaik buatku, Ma.” Bintang tersenyum tenang mengomentari ucapan sang ibu. Memang, dari segi orang tua, kedua pihak sudah sangat mengenal. Sayang, tidak ada perasaan seperti itu dari Bintang. Ia tak pernah melihat Naiara sebagai pilihan cinta.“Kalau Mama mau maksa Bintang nikah, bisa. Tapi, memangnya Mama nggak ingat dulu saat Mama nikah sama Papa?”Manda terdiam. Ia teringat betapa sakitnya ketika Raffael menikahi wanita lain di hari pernikahannya. Bukan karena kemauan suaminya juga, tetapi karena rencana orang tua yang tidak memperhitungkan perasaan sang anak.“Mama cuma mau nimang cucu,” gerutu Manda pada akhirnya.Bintang terkekeh. Sejujurnya, ia tak pernah membayangkan akan memiliki keluarg
“Pak Bintang?!” Wajah Adelia terlihat pucat dan panik menerima kedatangan Bintang di apartemennya. Ia sadar, berita skandal yang mendadak muncul sudah menyulitkan pria yang banyak menolongnya itu. “Lia. Kamu sehat?” tanya bintang. Ia melangkah masuk melewati sang gadis pemilik apartemen. Reaksi Bintang yang terlihat santai dan normal membuat Adelia semakin merasa bersalah.Netranya panas dan air mata mulai mengalir perlahan. “Pak, saya minta maaf—” “Lia,” potong Bintang, melempar senyum menenangkan. “Nggak ada yang perlu kamu mintai maaf.”“Tapi, Pak—”Ucapan Adelia kembali terpotong saat Bintang menepuk sofa di sebelahnya. “Saya mau bahas sesuatu sama kamu.”Adelia terdiam. Ia tidak tahu, apa maksud Bintang menepuk sisi sofa yang dekat dengannya adalah meminta untuk duduk di sana? ‘Emang aku boleh duduk deket kayak gitu sama bosku?’ batin Adelia menimbang. Ia kemudian memutuskan untuk duduk di sofa satu seat. Masih dekat dengan Bintang, tetapi setidaknya, tidak sampai bersentuh
‘Astaga! Jantung aku mau copot!’ Adelia membatin, panik. Ia menatap pantulan dirinya di kamar ganti. Ingatan beberapa jam sebelum ia terperangkap di ruang kecil itu kembali terbayang. Pada akhirnya, Adelia menuruti keinginan sang CEO. Menjadi kekasihnya selama 3 hari.Dan saat ini, ia tengah berakting sebagai seorang kekasih yang bersemangat saat pacarnya berniat memborong seisi mall.‘Mana harus manggil nama doang. Gimana kalau aku salah?!’ pekiknya tanpa suara, lalu berbalik menghadap pintu.Setelah beberapa kali melakukan tarik-buang napas untuk mempersiapkan diri berakting, Adelia akhirnya membuka pintu kamar ganti dan mencari Bintang. Ia harus menunjukkan gaun yang dipilih sang CEO untuknya. Hati sang gadis bergetar melihat pria sempurna itu menunggu dengan sabar di salah satu sofa. “Bintang!”Yang dipanggil terkejut mendengar nama itu meluncur dari gadis yang tengah ditaksirnya.Ia tersenyum. Senang bisa merasakan hati yang berbunga hanya karena suara lembut itu menyebut nam
Hai! Romero Un menyapa!Novel ini akhirnya tamat ya ^_^Terima kasih buat para pembaca yang mendukung novel ini sampai selesai. Terima kasih juga untuk pembaca yang sudah memberikan komentar dan hadiah. Sampai ketemu di novel selanjutnya ya!Sayonara!
“Bos, sudah keluar hasilnya.”Bintang mengangguk. Ia segera mengecek hasilnya dan menemukan komposisi larutan yang tertulis dapat menyebabkan kerusakan pada pita suara. Ia pun langsung memberitahu Dennis. “Segera suruh Luna menemui dokter Gilian. Kuharap belum terlambat memperbaiki pita suaranya.”“Black, tangkap Kanya dan 2 temannya. Bawa mereka ke kapten. Aku sudah malas mengurusi mereka.”“Baik, Bos!”Sepeninggalan Black, Bintang langsung menyandarkan kepala, sambil memijat-mijat dahinya yang mulai pusing. Dengan posisi tak berubah, ia mencoba meraih gagang telepon dan menghubungi Tiara. “Auntie, tolong ke ruanganku.”2 menit setelahnya, Tiara sudah duduk di hadapannya. “Ada apa, Pak Bintang?”“Aku mau keluarkan berita dan juga peraturan baru.”Sang sekretaris senior itu mengangguk.‘Apa ini masalah artis Luna itu? Kurasa memang sudah keterlaluan sekali Kanya itu.’ Tiara membatin, sementara tangannya membuka laptop di pangkuan.Dalam berita internal itu, Bintang menjelaskan perka
“Oh! Lex, aku cari kamu. Ayo, ikut!”Bintang mengambil kesempatan untuk lepas dari Kanya. Ia segera pamit, menggeret adik perempuannya bersama. “Kau dikerjai si Kanya?” tanya Alexa setelah mereka cukup jauh dari target pembicaraan.Bintang menggeleng. “Sepertinya dia nggak suka dengan Lia dan membuat skandal untuk menghancurkan karir Lia sebelum debut.”Alexa mengerutkan dahi. “Kukira sasaran Kanya si Luna. Dia sering banget dipanggil Kanya sebelum latihan mulai. Dan pagi ini Luna kena marah karena suaranya tiba-tiba hilang.”Kali ini dahi Bintang yang berkerut tak mengerti. “Kenapa kau diam saja? Kanya sepertinya bukan perempuan yang baik, Lex. Hati-hati.”Alexa mendengus geli. “Siapa yang berani denganku?!”“Jadi, ini yang kemarin kakak tanyain ke aku? Skandal itu disengaja oleh Kanya?” Alexa kembali bertanya. Kepala Bintang bergerak naik-turun. “Kebetulan aku melihatnya.”Mereka terdiam sesaat, sebelum akhirnya Bintang memutuskan untuk pergi menemui Dennis. “Kau juga hati-hati. A
“Aku nggak peduli.” Bintang membalas pertanyaan Adelia dengan pernyataan keras kepala. “Kita bisa menyembunyikan pernikahan ini, untuk sementara.”“Buat apa?” tanya Adelia tak mengerti. “Kalau aku menikah, aku ingin bisa menceritakannya pada semua orang.”Mendengar itu Bintang tak bisa berkelit. Ia tak menyangkal. Mungkin dirinya yang paling sulit untuk menyembunyikan hubungan mereka. Bahkan sejak awal, dirinya lah yang tak bisa menahan diri untuk mengumbar kedekatannya dengan Adelia. “Tapi kalau tunangan, kurasa aman. Gimana?” usul Adelia yang merasa bersalah setelah pertanyaannya tadi. Bagaimanapun, saat ini, seorang CEO besar melamarnya. Dia, yang hanyalah seorang gadis biasa.Namun, Bintang menolak usulannya. “Aku ingin menikahimu karena aku mau semalam-malamnya kamu pulang, aku ada di rumah.”Wajah Adelia bersemu merah. Sebuah senyum tak sadar terbentuk di sana. “Hanya karena alasan itu?” gumamnya tak percaya.“Itu bukan ‘hanya’, My dear.” Bintang memeluk tubuh sang kekasih er
“Bos, Regan mengitrogasiku. Sepertinya Bos Raffael mencari Anda.”Black melapor pada Bintang, tepat di saat ia yakin kalau Adelia sudah masuk ke kamar mandi hotel. Ini adalah hari kedua Bintang dan Adelia berada di hotel. Seharian kemarin mereka menikmati renang dan layanan spa dari hotel itu. Dan pagi ini, seperti yang sudah ia perkirakan akan terjadi. Foto dirinya melangkah keluar dari apartemen para artis RAFTEN sambil merangkul seorang perempuan tak dikenal, menghiasi halaman depan media berita artis ibukota.Tentu saja, Raffael dan Manda akan marah besar, mengira bahwa putranya berselingkuh di belakang Adelia. “Mereka pikir Anda membalas dendam atas skandal Nona Adelia.”“Ah ….” Bintang terkekeh geli dengan tebakan orang tuanya. “Aku mematikan ponselku. Kau saja yang beritahu mereka kalau foto itu adalah fotoku dengan Lia.”Black mengangguk. “Baik, Bos.”“Tapi, jangan kasih tahu kami di hotel ini,” tambah Bintang, mengingatkan. “Aku dan Lia sedang liburan.”“Siap, Bos!”Sege
Ha! Ha! Ha! “Pertanyaan dari mana itu?” Bintang tergelak mendengar kenyataan bahwa Adelia tak merasakan cintanya.CEO RAFTEN bahkan tak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya, karena sudah membuat Adelia bertanya demikian. Cinta yang ia berikan sepertinya tidak nyata. Seperti apa kata sang ibunda. Hambar.“Kau nggak tahu saja, tiap malam aku datang ke sini. Tapi kau nggak pernah ada.”Netra Adelia membulat kaget. “Bohong! Aku nggak pernah ketemu kamu! Nggak pernah ada tanda-tanda kamu mengunjungi apartemenku.”Bintang mengecup bibir sang kekasih, singkat. Kemudian berkata, “Aku malas kalau harus mengakui perbuatanku. Jadi, terserah kamu percaya atau nggak. Aku nggak masalah, Lia.”Melihat Bintang tidak bersikeras membuktikan ucapannya, Adelia memutuskan untuk percaya. “Terus, kenapa kau ke apartemenku nggak bilang-bilang?” tanyanya heran. Bibir Bintang bergerak ke kanan lalu ke kiri, menimbang apa juga yang membuatnya datang ke apartemen Adelia.“Awalnya mau kasih kejutan. Tapi
‘... dia nangis karena sudah lama nggak bisa ketemu kamu, Kak.’Ucapan Alexa tadi kembali terngiang di telinga Bintang, walau sambungan telepon sudah terputus sejak tadi. Senyuman lebar tak bisa ia tahan. ‘Kurasa aku terlalu percaya pada hubungan kami. Percaya bahwa kami mengerti satu sama lain, tanpa perlu banyak interaksi.’“Ternyata aku salah,” keluhnya menyimpulkan apa yang terjadi. Dengan cepat ia mengirim pesan pada Tiara, sekretarisnya. To Tiara:Besok saya libur satu minggu. Jangan cari saya!Pesan terkirim!Kemudian ia juga mengirim pesan yang sama pada Theo, tetapi terkait Adelia. To Theo:Besok Adelia libur 3 hari. Jangan cari dia!Pesan terkirim!Bintang mematikan ponselnya dan juga Adelia begitu saja dan mulai fokus mengurus sang kekasih. Ia menggulung lengan kemejanya dan mulai menyeka bagian tubuh Adelia yang terlihat. Malam itu ia memutuskan untuk menemani sang kekasih, tidur di ranjang yang sama.‘Ah … sebaiknya aku juga ganti saja itu!’*** Keesokan paginya, Ad
‘Kalau diingat-ingat … aku terakhir lihat Lia dari jendela pintu ruang latihan. 3 minggu lalu, kalau nggak salah.’Bintang menatap lurus tanpa berkedip. Pandangannya kosong, sementara ia menggenggam gelas wine di tangannya. Ia sedang duduk di sofa apartemen sang kekasih. Masih terdiam, pikirannya kembali mengingat hari itu. ‘Setelah itu, aku pergi dinas. Dennis bilang kalau Lia sangat bersemangat siap debut.’“Nggak ada yang salah dengan kami. Kurasa.”Pria yang tengah bingung dengan komentar ibu dan rekan kerjanya itu kembali menghela napas panjang. Ia tak tahu apa yang membuat hubungannya dicap hambar. Sejauh mereka belum menikah, jelas tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pergi kencan. Sesekali berciuman atau tidur di kasur yang sama. “Apa aku harusnya menikahi Lia?” Lagi, ia berbicara dengan diri sendiri. “Tapi dia sedang bersiap debut. Bagaimana kalau langsung hamil dan merusak karirnya?”Sudah pukul 11 malam dan Adelia tak juga tiba di rumah. Mungkin penantian Bintang ma
“Dia tidur sambil berendam.”Bintang menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan absurd sang kekasih kecilnya. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengangkat tubuh Adelia tanpa melihat. “Lia.” Bintang mencoba membangunkannya. “Adelia!”Dengkuran halus malah menjadi jawaban dari panggilan itu. Membuat Bintang mulai kehabisan akal setelah beberapa kali mencoba membangunkannya. Ia memutuskan untuk mengambil handuk dan menutupi tubuh gadis itu setelah berhasil mengangkatnya dengan menutup mata. Setelah bekerja keras, Bintang pun berhasil membaringkannya di tempat tidur. Namun, sampai di sana, Adelia malah terbangun. “Kenapa kau baru bangun sekarang, hm?” keluh Bintang. “Kau mengerjaiku ya?”Adelia mengerjapkan netranya beberapa kali, kemudian tersadar bahwa ia sudah ada di kasurnya, masih dengan tubuh yang basah. “Astaga! Apa aku ketiduran?”Melihat dari respon Adelia, Bintang tahu kalau gadis itu pasti kelelahan setelah beberapa minggu terus berlatih dan hanya bisa tidur 2