Share

Bab 7 Dipaksa Membalas Kebaikan

last update Dernière mise à jour: 2024-03-08 14:30:19

"Tidurku nyenyak sekali."

Bangun tidur, Celine langsung duduk. Perempuan itu menggosok matanya, lalu merenggangkan tubuh sembari mengumpulkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.

Tapi, sebuah kejutan langsung menyambutnya ketika dia membuka matanya ...

"Ini ... dimana?"

Mata elangnya menyapu seluruh ruangan. Tempat ini begitu asing. Bingung, kaget, semuanya bercampur jadi satu. Terlebih setelah melihat logo yang terpampang di nakas.

Seingatnya, dia pergi ke bar semalam. Tapi kenapa sudah ada di kamar hotel saat dia bangun? "Apa aku memesan kamar dalam keadaan mabuk?"

Masih dalam keadaan bingung, Celine melangkah. Tujuannya adalah jendela yang masih tertutup gorden. Tapi, langkahnya terhenti ketika dia melihat pantulan dirinya di cermin.

"T-tunggu ... apa yang terjadi?" Matanya memelotot. Dia bahkan langsung menutup mulutnya karena kaget. "Kemana perginya pakaianku?"

Glek.

Celine menelan ludahnya dengan kasar. Wajahnya memucat. "Apakah aku tidur dengan pria hidung belang?"

Celine mulai panik. Takut kalau-kalau hal mengerikan itu terjadi semalam. Dia pun memeriksa tubuhnya sendiri.

Memang tak ada bekas atau tanda apapun disana, tapi Celine bisa menghirup aroma pria yang tertinggal di tubuhnya.

"Tidak. Itu tidak mungkin." Celine mulai frustasi. Wanita itu terlihat mondar-mandir. "Ini pasti hanya mimpi."

Plak ...

Celine memukul dirinya sendiri. Terkejut karena semua ini kenyataan. "Ya Tuhan ... Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mungkin melakukan hal bodoh itu, kan?"

Dan, tiba-tiba ...

Tok tok tok

"Nona Celine, Anda sudah bangun?"

"S-siapa diluar?" Sigap, Celine memperbaiki piyamanya. Tak lupa memakai luaran piyamanya dan mengikat talinya kuat-kuat.

"Ada apa?" tanya Celine setelah melihat siapa yang datang.

Ternyata, itu adalah pelayan hotel. Celine tidak tahu kenapa pelayan itu mencarinya. Tapi yang jelas, pelayan itu membawa sesuatu di tangannya.

"Tuan Earl meminta kami mengantar pakaian Anda, Nona."

"Apa?" Dahi Celine tiba-tiba mengkerut. Apa pelayan ini baru saja menyebut nama Presdirnya yang arogan itu? "Tuan Earl? Maksudmu ... Sebastian Earl Sanders?"

"Benar. Semalam, Tuan Earl yang membawa Nona kemari." Pelayan itu tersenyum, lalu menyerahkan pakaian Celine yang sudah bersih dan wangi. "Ini untuk Anda, Nona."

"Ah ... terimakasih." Celine menerima pakaiannya. Akhirnya dia tahu siapa pria brengsek yang membawanya ke hotel. "Kamu boleh pergi sekarang."

Setelah mandi dan mengganti pakaian, Celine pun bergegas. Dia ingin menemui Earl untuk meminta penjelasan.

Tapi sesuatu yang kurang menyenangkan terjadi saat Celine hendak meninggalkan hotel. "Kenapa aku tidak boleh pergi?"

"Karena Anda belum membayar biaya sewanya, Nona!" kata petugas yang menahannya.

"B-belum?" Wajah Celine memerah menahan malu. Untung dia tak pernah lupa membawa dompetnya. Tapi masih ada kejutan lain yang menantinya di belakang. "Jadi, berapa biaya sewanya semalam?"

"Tujuh belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah, Nona."

'Apa? Sebenarnya ... pria itu ingin menolongku atau membunuhku, sih?' batin Celine

**

Sesampainya di kantor, Celine langsung menemui Earl di ruangannya. Sepertinya pria itu sangat senggang hari ini. Karena di jam kerja seperti ini dia malah asyik membaca buku.

"Presdir, ada yang ingin kutanyakan padamu."

Celine menghirup nafas panjang. Lalu duduk di hadapan pria itu. Tahu hal ini akan terjadi, Earl pun menutup bukunya.

Tanpa rasa bersalah, pria itu tersentum lalu menyapa Celine. "Bagaimana tidurmu semalam, Celine? Apakah nyenyak?"

"Tentu saja."

Awalnya, tujuan Celine kemari adalah meminta penjelasan. Tapi niat itu urung dilakukan.

Tak ada tanda-tanda bahwa pria ini sudah melecehkannya. Satu-satunya yang membuat Celine penasaran adalah siapa yang mengganti pakaiannya dan kenapa ada aroma pria di tubuhnya.

Tapi Celine sedang tidak ingin membahas itu karena adal hal penting lainnya yang ingin dia bicarakan. "Presdir, apa kamu tidak ingin meminta maaf?"

"Kenapa aku harus meminta maaf?"

"Karena kamu membuatku bangkrut dalam semalam."

"Bangkrut?" Earl pura-pura terkejut. "Apa maksudnya?"

"Jangan pura-pura tidak tahu. Kamu pasti sengaja, kan?" Celine menunjukkan bukti pembayaran yang sengaja dia simpan. Memasang wajah cemberut agar Earl tahu kalau dia sangat marah. "Aku tidak menyangka harus mengeluarkan uang sebanyak itu untuk tidur singkat yang tidak aku ingat bagaimana prosesnya."

"Apa uang itu lebih berharga dari dirimu?" tanya Earl.

Meskipun sama-sama duduk. Tapi Earl tetap lebih tinggi. Celine pun harus mendongak jika ingin melihatnya. "Tentu saja diriku lebih berharga dari uang. Tapi bukan berarti aku boleh menghamburkan uang secara cuma-cuma, kan?"

Karena Celine menyalahkan dirinya, Earl pun memberinya timpukan menggunakan buku yang dia pegang. "Jadi, kamu lebih suka kalau aku meninggalkanmu di bar?"

Pria itu kembali merubah posisinya. Kali ini dia bersandar di kursi dengan kaki menyilang. Tak lupa memberikan teguran keras untuk Celine. "Seharusnya kamu berterimakasih. Bukannya protes."

"A-aku ... aku tidak protes, kok."

"Lalu, yang barusan itu apa?" Alis Earl menukik tajam. Setajam tatapannya membuat nyali Celine menciut.

Tak ingin imej yang dia bangun kemarin hancur, Celine pun langsung mengubah ekspresi dan cara bicaranya. "Presdir, maksudku adalah, kenapa Presdir tidak mengantarku pulang ke rumah saja. Kenapa harus membawaku ke hotel bertarif mahal itu?"

"Bagaimana caraku mengantarmu ke rumah. Aku kan tidak tahu alamatmu."

"Presdir kan bisa bertanya pada Pak Felix."

"Felix?" Earl langsung berdiri mendengar nama Felix disebut. Pria itu mengitari meja, lalu berdiri tepat di depan Celine yang mulai berkeringat dingin.

"Kenapa Felix bisa tahu alamat rumahmu?" Pria itu mendekatkan wajahnya. Memindai Celine dengan tatapan menyelidik.

"I-itu, karena Pak Felix pernah mengantarku pulang." Yah, hal itu memang pernah terjadi. Hari itu Celine pulang larut malam dan hujan turun dengan lebatnya. Mungkin Felix kasihan padanya, jadi dia mengantarnya pulang.

Tapi jawaban itu tidak membuat Earl puas. "Apa kalian sedang berkencan?"

"A-apa? K-kencan?" Mata Celine memelotot. Selama ini, Felix memang baik dan perhatian. Dan dia adalah tipe idealnya. Tapi bukan berarti Celine memiliki hubungan khusus dengannya. "Presdir, tolong jangan menyebar gosip."

"Jadi, kalian tidak pacaran?"

"Tentu saja tidak." Dengan tegas Celine menyangkal tuduhan itu. Toh, memang tidak ada hubungan apa pun diantara mereka.

"Bagus. Karena aku paling tidak suka pegawaiku terlibat hubungan asmara di kantor." Akhirnya, Earl menjauh. Tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Itu adalah sebuah pesan masuk dari seseorang.

Celine tidak tahu siapa orang itu, Celine juga tidak tahu apa isi pesannya, tapi ekspresi Earl berubah setelah membaca isinya. "Sialan!"

Ponsel mahal itu dia letakkan dengan kasar. Takut terkena imbasnya, Celine pun buru-buru pamit undur diri.

"Presdir, a-aku baru ingat kalau ada hal yang harus kukerjakan." Wanita itu bangkit dari duduknya. "Terimaksih. Dan, maaf sudah merepotkanmu semalam."

" ... "

Tak ada jawaban, Celine pun beranjak. Tapi tangan kekar milik pria itu mencekal tangannya saat dia akan pergi. "Tunggu dulu. Bukankah kamu harus membalas kebaikanku sebagai ucapan terimakasih?"

"I-iya, seharusnya memang begitu." Celine menelan ludahnya dengan kasar. Lalu tersenyum sambil mengajukan sebuah pertanyaan untuk Earl. "I-itu ... bagaimana caraku membalas kebaikanmu, Presdir?"

"Akhir pekan nanti, temui aku di tempat ini pukul 3 sore." Earl menyerahkan sebuah alamat. "Ingat, kamu tidak boleh terlambat. Mengerti?"

"B-baiklah. Aku mengerti."

Akhirnya, Celine keluar dari ruangan itu. Lega rasanya. Tapi, sangat menyesal karena dia lupa bertanya siapa yang mengganti pakaiannya semalam. "Apa mungkin pelayan hotel yang menggantikannya untukku??"

**

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 24 Kecil dan Sederhana

    "Apa kamu melihat ekspresi tanteku?" Di balik kemudi itu, Earl tak bisa menahan tawa. Apalagi setelah mengingat bagaimana ekspresi Laudya dan Chintya saat mereka melihat bekas gigitan Earl di leher Celine."Lain kali, kita harus sering-sering melakukannya, Celine!" pinta Earl.Sepertinya, pria itu masih larut dalam euforia. Sangat berbeda dengan Celine yang tampak biasa saja. "Tidak mau!" tolak Celine.Gadis itu melihat lehernya yang kemerahan dari sebuah cermin berukuran kecil. Lalu mengambil ponsel miliknya dan mencari tutorial untuk menghilangkan bekas itu di internet.Earl yang saat ini sedang menyetir pun langsung menoleh begitu mendengar penolakan. "Apa kamu pikir kamu bisa menolak?" tanyanya.Pria itu tersenyum tipis, lalu kembali melihat ke depan. "Ingat, Celine. Kita sudah sepakat. Jadi tolong kerjasamanya, okay?"Untuk beberapa detik, suasana menjadi hening. Earl fokus menyetir sementara Celine menyimpan ponselnya ke dalam tas."Iya, aku tahu!" Celine menoleh. Memberikan lir

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 23 Tato dari Earl

    "Ah. I-itu ... " Celine segera menarik tangannya. Menggaruk pipinya yang tidak gatal dan bertingkah seolah tidak pernah menyentuh apapun. "Sebenarnya, aku hanya ... ""Menggodaku?" potong Earl.Pria itu bangkit dan mendekati Celine. Tak apa kalau hanya mendekat. Masalahnya, pria itu malah memamerkan tubuh atletisnya tanpa rasa malu.Bahkan, secara terang-terangan menarik tangan Celine agar Celine menyentuh perut itu untuk yang kedua kali. "Jangan khawatir, aku tidak akan tergoda. Jadi, kalau mau menyentuh, silahkan saja!""Siapa juga yang mau menggodamu." Celine kembali menarik tangannya. Lalu pergi membereskan barang-barangnya yang tak seberapa. "Oh, benarkah?" tanya Earl.Sepertinya, pria itu akan terus bertanya sampai mendapat jawaban yang dia inginkan. Tapi, Celine tidak perlu menjawab pertanyaan itu karena waktu yang semakin mepet.Wanita itu tersenyum lebar. Menunjuk kearah jam dinding sembari berkata, "Presdir, bukankah sebaiknya kamu segera mandi? Mereka sudah menunggu, lho!"

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 22 Apa yang Kamu Lakukan, Celine?

    Pagi itu, matahari sudah mulai meninggi. Tapi tak ada tanda-tanda kalau sepasang pengantin itu akan membuka mata. Entah Celine atau Earl, dua-duanya masih terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.Di atas ranjang berukuran besar itu, Earl tidur di sisi kanan. Pria itu menelungkupkan tubuhnya dengan posisi kepala menoleh ke kiri. Hening ... dan tak ada suara. Yang ada hanyalah hembusan nafas yang nyaris tak terdengar.Tapi, tiba-tiba ... dering alarm berbunyi."Apa itu?" Setengah sadar, Earl meraih ponselnya. Tapi ponsel itu gelap. "Bukan punyaku? Lalu punya siapa?"Bingung, pria itu diam sesaat. Dan setelah lima detik, akhirnya dia ingat kalau dia tidak sendirian. "Ah, pasti itu milik Celine."Earl pun menoleh dan membangunkan Celine. "Celine, matikan alarmnya. Berisik, tahu?"Tapi, Earl dikejutkan dengan posisi tidur Celine yang tak biasa. Seharusnya Earl melihat wajah Celine, atau mungkin rambutnya karena gadis itu tidur di sampingnya. Namun, bukan itu yang Earl lihat. Gadis itu meringk

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 21 Tolong Ajari Aku, Celine!

    "Ti-tidur denganku?" Tiba-tiba Celine gugup, sementara otak kecilnya mulai berpikiran liar.Saat Earl mengambil bantalnya tadi, Celine pikir pria itu akan mengusirnya pindah ke sofa. Siapa yang menyangka pria itu malah ingin tidur dengannya di ranjang yang sama?"Tapi aku tidak mau tidur denganmu." Meskipun sudah mengucapkan itu, nyatanya Celine masih duduk manis di ranjang. Sementara Earl pura-pura tidak mendengar.Pria itu sibuk menata bantalnya. Kemudian mencari posisi yang nyaman dengan duduk bersandar. "Apa kamu mau lanjut menonton, Celine?" tawarnya."Hah?" Celine melongo.Mana mungkin Celine menjawab 'iya'? Mereka berdua sama-sama normal. Bagaimana kalau mereka terbawa suasana lalu ingin mencobanya?"Tidak mau!" tolak Celine."Tidak mau?" Earl menoleh. Lalu kembali melihat ke arah layar. "Ya sudah. Kalau begitu aku akan menontonnya sendiri. Kalau kamu ngantuk, kamu tidur saja duluan," kata Earl sembari menepuk-nepuk kasur menggunakan tangan kanannya.Pria itu tersentum tipis, me

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 20 Hadiah Pernikahan dari Teman Lama

    "Aku sudah selesai."Keluar dari kamar mandi, Celine mendapati Earl mengambil baju ganti. Rambutnya acak-acakan, tapi penampilannya yang seperti itu justru membuatnya terlihat ganteng maksimal.Sadar diperhatikan, Earl pun menoleh dan bertanya, "Ada apa?""Ah. Oh, tidak kok! Tidak ada apa-apa." Celine, berpaling. Bersiul meskipun tak ada suara siulan dari mulutnya."Lalu, kenapa kamu melihatku seperti itu?" Seperti biasa, Earl mulai kesal.Pria itu hampir menyentil dahi Celine. Tapi, sebelum Earl melakukannya, Celine sudah lebih dulu menutupi dahinya. "Aku hanya ingin bertanya, apa kamu butuh bantuanku?"Dengan cepat, Earl menggeleng. "Tidak. Lain kali saja!""Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja!" Celine mendekatkan diri. Memeluk pria itu dan berbisik, "Aku kan istrimu.""Sudah kubilang tidak perlu." Earl melepas tangan Celine yang melingkar di perut atletisnya. Sepertinya dia mulai kewalahan menghadapi tingkah Celine yang semakin bar-bar.Akhirnya, Earl pergi ke kamar mandi. Sement

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 19 Malam Pertama

    "Aku duluan!" teriak Celine."Tidak bisa. Aku duluan!" Earl bersikeras.Di kamar pengantin yang penuh bunga itu, jangankan adegan romantis, sifat malu-malu kucing antara Earl dan Celine pun tak terlihat. Sebaliknya, mereka malah berdebat untuk menentukan siapa yang akan menggunakan kamar mandi duluan."Apa kamu tidak tahu kata pepatah, sayang?" Celine mulai naik darah. Gadis itu meletakkan ujung gaunnya yang berat. Berdiri di ambang pintu agar Earl tidak mendahuluinya. "Ladies first. Kamu tahu artinya, kan?"Earl tersenyum tipis, lalu mendesis pelan. Candaan macam apa itu. Tentu saja dia tahu. Tapi masalahnya, Earl tidak sanggup lagi menahan panggilan alam yang sejak tadi dia tahan.Pelan-pelan, Earl menyingkirkan gaun Celine yang menjuntai. "Aku tahu, sayang." Pria itu melewati Celine, menjangkau kloset yang terletak beberapa langkah di belakang Celine. "Tapi aku kebelet pipis," katanya."Astaga!" Celine memelotot. Terkejut melihat Earl mulai menarik resleting celananya. Celine pun be

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 18 Pesta Pernikahan

    Satu bulan kemudian.Tak terasa, hari pernikahan itu pun tiba. Acara pernikahan itu sendiri digelar disebuah ballroom hotel berbintang sesuai permintaan Andreas Sanders.Beberapa hari sebelum pesta digelar, Andreas sempat mendatangi Celine secara pribadi. Pria itu meminta maaf karena pesta pernikahan antara Earl dan dirinya diselenggarakan secara sederhana karena kurangnya waktu persiapan.Faktanya, Celine tidak menemukan apa pun yang terlihat sederhana. Semuanya terlihat sangat mewah, bahkan meskipun itu hanya sebuah gelas. Fantastis. Hanya kata itulah yang bisa menggambarkan betapa megahnya pesta pernikahan hari ini."Ya Tuhan, kakek memang tahu bagaimana caranya menghamburkan uang." Celine melirik Jehian yang saat ini berdiri di sampingnya. "Iya, kan, Paman?""Iya." Jehian mengangguk, lalu menoleh ke arah Celine. "Bukankah lebih baik kalau kamu benar-benar mengandung anak Earl, Celine? Dengan begitu, tak akan ada satupun mendung yang menghalangi masa depanmu yang cerah."Celine han

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 17 Syarat Jika Ingin Menikah

    "Kenapa?" tanya Celine.Gadis itu memandang Jehian dan Hilda lekat-lekat. Suaranya bergetar, bersamaan dengan buliran air yang mulai menggenang di sudut mata. "Kenapa kalian tidak mau mengerti?" Agaknya, gadis itu kecewa. Celine marah, tapi tidak berani membantah. Dan itu membuat Jehian serba salah."Bukan seperti itu, Celine!" Jehian menghela nafas, lalu menyeka air mata Celine yang nyaris tumpah. "Membiayai pengobatan ayahmu, paman masih sanggup. Paman juga berjanji akan membantumu menemukan Baldwin jika itu yang kamu mau. Jadi, mari kita pikirkan cara lain dan jangan menikah dengannya meskipun itu hanya pura-pura."Seketika, Celine menggigit ujung bibirnya. Gadis itu menundukkan kepalanya semakin dalam, sembari mengenang pertemuan pertamanya dengan Jehian. Sejak hari itu, Jehian selalu membantunya.Jehian tidak hanya memindahkan ayahnya ke rumah sakit yang lebih besar, tapi juga melunasi semua hutang ayahnya. Pria itu bahkan meminta Celine tinggal di rumahnya meskipun Celine menola

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 16 Kembalikan Air Mataku, Paman!

    Entah itu Earl ataupun Celine, dua-duanya langsung turun dari mobil. Perasaan Celine jadi tak menentu, apalagi setelah melihat tiga buah motor besar yang terparkir di halaman samping rumahnya. "Jangan-jangan ... "Celine segera berlari-takut. Mengira Hilda diam-diam meminjam uang kepada rentenir untuk membantu biaya pengobatan ayahnya dan tidak sanggup membayar hutang itu."Sialan!" Celine mendengus pelan. "Lihat saja, aku tidak akan pernah memaafkanmu kalau kamu berani melukai bibiku."Dalam situasi genting itu, nyatanya Celine masih bisa berpikiran jernih. Dia tidak lupa bahwa dia tidak datang sendirian. "Presdir, ayo masuk!""Aku akan segera menyusul!" sahut Earl.Celine pun menoleh. Mendapati Earl sibuk memperhatikan ketiga motor besar itu. Yah, Earl memang tidak mengenal dua motor lainnya. Tapi untuk motor yang terparkir di tengah itu, Earl sepertinya tahu siapa pemiliknya.Kecuali, pemilik yang lama menjual motor itu kepada orang lain. "Apa yang dia lakukan disini? Dia tidak akan

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status