Share

Chapter 02 | Sikap Naresh

Penulis: Els Arrow
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-29 17:30:00

Pagi ini Naresh mengajak Clara pindah ke sebuah rumah minimalis dua lantai yang terletak di kawasan elit pusat kota. Rumah dengan desain kekinian yang sangat indah, namun tidak juga mampu membuat Clara menerbitkan senyumnya.

"Masuk aja, di dalam ada Bibi yang akan bantu kamu."

Gadis itu mengangguk singkat. Selanjutnya ia lekas masuk tanpa menunggu suaminya, tidak seperti layaknya pasangan pengantin baru yang selalu bergandengan tangan.

Clara masuk sendirian ke dalam rumah itu, di pandanginya lekat setiap sudutnya. Banyak furniture dengan desian modern di dalamnya.

"Nona, mari saya antarkan ke atas. Kamar Nona ada di lantai atas," ucap seorang wanita paruh baya yang cukup mengagetkan Clara.

"Ah, iya," jawabnya singkat.

Kedua wanita berbeda usia tersebut menaiki tangga bersamaan, sementara nampak Naresh baru saja memasuki rumah. Laki-laki itu asyik bertelepon tanpa memperdulikan sekelilingnya.

"Ya nanti kamu ke rumah saja, aku sudah nggak tinggal sama Mama ... Gimana? Ah, iya. Hati-hati, Sayang," ucapnya pada seseorang di seberang telepon.

Dap! Dap! Dap!

Suara tapak kaki sontak mengalihkan pandangan Naresh dari ponselnya, laki-laki itu melihat istrinya menuruni tangga dengan tatapan lurus ke arahnya. Lebih tepatnya istri kontraknya.

"Kebetulan kamu turun, ada yang mau aku bicarakan."

"Ada apa?"

"Duduklah dulu, Cla. Biar Bibi siapkan minuman."

Clara menurut, gadis cantik itu langsung mendudukkan dirinya di kursi empuk dengan meja bulat di depannya. Tidak seberapa lama kemudian Bibi datang dengan membawa dua gelas minuman dingin.

"Kamu mau bicara apa?" tanyanya..

"Wilayahku di bawah dan kamu di atas. Aku nggak akan sembarangan naik ke atas, tapi kamu bisa kapanpun turun ke bawah. Kamu bebas mau ajak siapapun ke rumah ini tanpa izin dariku, begitu juga aku yang bebas bawa siapapun. Kamu kalo mau keluar rumah juga nggak usah pakai izin," ucapnya.

"Ada lagi?"

"Seperti yang aku bicarakan kemarin. Kamu nggak perlu kerjain kerjaan rumah, ada Bibi yang akan melayani keperluanku."

"Iya, aku tahu."

"Masing-masing dari kita nggak berhak ikut campur satu sama lain, dan kamu nggak boleh ngadu sama Mama."

Clara mengangguk, "aku paham, Mas."

"Bagus," jawab Naresh, singkat.

***

Menit berlalu...

"Mas Naresh, di depan ada yang nyariin."

"Siapa?"

"Mbak Bella, Mas."

"Suruh masuk saja, saya mau ke kamar dulu ganti baju."

Sementara itu, Clara yang nampak bingung memilih bertanya pada Bibi dengan menggunakan isyarat mata.

"Temennya Mas Naresh, Non."

"Oh, gitu. Ya sudah saya naik dulu."

Baru saja berbalik dan belum sempat Clara menapakkan kakinya di anak tangga, seorang wanita dengan pakaian seksi masuk. Senyumnya mengulas lebar, wanita itu sangat cantik dengan dandanan simplenya.

"Tamunya Mas Naresh, ya, Mbak?"

"Iya," jawabnya singkat.

"Silakan duduk dulu, Mbak," ujarnya lembut, "tolong buatkan mimuman, ya, Bi," ucapnya pada Bibi.

Wanita itu menganggukkan kepala, "kamu istrinya Naresh?"

"Iya, saya istrinya Mas Naresh."

"Naresh sudah cerita tentang saya ke kamu?" tanyanya dengan senyum yang masih terlukis manis di bibirnya.

Clara menggeleng, "belum, Mbak. Cerita tentang apa, ya?"

"Bella," suara bariton itu tak ayal membuat kedua wanita itu menghentikan pembicaraan mereka. Terutamanya Bella yang langsung bangkit dengan menampilkan senyum yang lebih manis.

"Sudah lama nunggunya?" tanya Naresh.

"Baru aja, kok. Aku di temani istri kamu, jadi nggak bosan."

Naresh mengangguk, "bagus kalau gitu. Oh, iya, Cla, perkenalkan ini Bella, dia ini anggota di komunitas pecinta hewan milikku, dan dia juga ... Kekasihku."

Deg!

Clara tertegun, apalagi saat melihat Naresh merengkuh prosesif pinggang Bella. Ia tidak menyangka Naresh bisa melakukan ini di depannya.

"Aku sudah bilang sama kamu 'kan kalau aku punya kekasih, dan ini dia orangnya," ucap Naresh tanpa merasa berdosa.

Apalagi Naresh juga mencium wanita itu di hadapan Clara. Oh, jika tidak mencintai istrinya, tidak bisakah Naresh menghormatinya sebagai seorang wanita?

Dap! Dap! Dap!

Suara langkah kaki kompak membuat ketiga orang yang tengah bersitegang itu menoleh. Nampak di sana seorang laki-laki tampan dengan tubuh atletis melangkah dengan gagahnya. Keningnya mengerut saat mendapati raut semua orang nampak kaku.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Kau datang di saat yang tidak tepat, Ken."

"Loh, ada apa memangnya?" Kenzie mengalihkan pandangannya kepada Clara, "ada apa, Cla?" tanyanya.

Kenzie Mahendra adalah saudara sepupu Naresh, dia juga pemegang saham di perusahaan Mahendra. Kesehariannya memang sering mengunjungi Naresh, dan hari ini niatnya berkunjung adalah untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru.

Laki-laki tampan itu juga teman Clara saat berkuliah. Bahkan Clara lebih mengenal Kenzie dari pada Neresh, suaminya.

"Kok kamu juga ada di sini, Bel? Kalian belum selesai rupanya?"

"Diam!"

"Santai, Naresh. Aku hanya tanya, kenapa kamu sewot sekali?"

"Pertanyaanmu tidak ada gunanya di sini, lebih baik kamu pulang saja."

Kenzie memandang dengan tatapan bingung, sepertinya ia mulai tahu di mana akar permasalahannya. Apalagi saat melihat raut Clara yang tidak enak.

"Kau membawa Bella ke rumahmu? Yang benar saja, Naresh?! Kau sudah menikah! Apa kata Tante Anne kalau dia tahu hal ini?!"

"Diam! Kau tidak berhak ikut campur!"

"Aku berhak. Apa kau lupa Clara ini temanku? Dan aku tidak terima temanku di sakiti olehmu."

"Ken, sudah nggak usah ribut. Ayo kita naik ke atas saja, kita bicara di atas," ujar Clara yang lantas di angguki oleh Kenzie.

"Aku tidak membiarkanmu membawa laki-laki naik ke atas, Cla!"

Gadis cantik itu mematung dengan pandangan aneh menatap Naresh, "kenapa?"

"Aku peringatkan jangan pernah bawa laki-laki naik ke atas."

"Bukannya kamu yang bilang kalau..."

Naresh langsung menyahut ucapan Clara, "jangan membantah dan cepat naik, Cla!"

"Mas, kamu..."

"NAIK!" sentaknya yang membuat Clara langsung berlari menaiki tangga menuju lantai atas.

"Sayang," lirih Bella.

"Diam!"

Entah apa yang terjadi dengan Naresh. Melihat Clara ingin membawa Kenzie naik saja sudah membuat emosinya memuncak, bahkan sampai membuat ia meneriaki Bella.

Sementara Kenzie masih menatap sepupunya dengan pandangan sengit.

'Aku tahu kau tidak rela saat ada laki-laki yang mendekatinya, Naresh. Kau terlalu munafik!' batinnya dan langsung pergi dari sana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Della Felicia
suaminya cemburu
goodnovel comment avatar
Dewi Kilisuci
itu aku...........
goodnovel comment avatar
Browijoyo
clara... oke
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 114 | Ikhlas — End

    Paris, Prancis."Aku tidak bisa menunggu lagi, Ray. Aku harus pulang!""Kondisimu sudah stabil?""Bahkan aku sudah merasa sehat dari satu minggu yang lalu."Seorang lelaki berbadan besar itu tak ayal terkekeh mendengar jawaban sahabatnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan mengantarkan sahabatnya ke Bandara pagi ini."Jangan lupa hubungi aku kalau kau sudah sampai, Naresh," ucapnya."Aku akan langsung menghubungimu. Terima kasih atas bantuannya," jawab Naresh seraya memeluk erat tubuh besar Raymond.Yeah! Setelah kejadian kebakaran itu Naresh mengalami luka bakar lumayan parah dan juga benturan yang membuatnya tidak sadarkan diri. Sedangkan Raymond juga mengalami luka bakar, tetapi masih tergolong ringan. Itulah yang membuat Raymond berinisiatif membawa sahabatnya ke Prancis.Naresh mengalami koma selama satu Minggu, lelaki tampan itu meraih kesadarannya pada Minggu kedua, dan itu bertepatan saat Clara meninggalkan Italia. Makanya Raymond masih menahan sahabatnya.Namun, Raymond tetap me

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 113 | Rindu Menyiksa

    Clara menuju ruang meeting bersama dengan Anne, kedua wanita berbeda usia itu sepakat untuk melantik petinggi perusahaan yang baru. Sebenarnya ini adalah tugas Naresh, tetapi lagi-lagi Clara yang harus melakukannya.Beberapa kali wanita cantik itu tampak menghela napas. Bohong kalau ia tidak rapuh. Justru saat ini hatinya sudah hancur berkeping-keping, dan kepingannya pula yang menusuknya hingga berdarah-darah."Kamu baik-baik saja, Cla?" tanya Kenzie yang turut hadir dalam rapat ini."Iya," jawab Clara, singkat."Kalau dulu, mungkin aku akan mengatakan kamu harus mengikhlaskan Naresh dan mulailah menata hidup baru denganku. Namun, sekarang ... aku ingin mengatakan kamu harus kuat. Jika kamu percaya Naresh akan kembali, maka tidak ada yang mustahil. Semesta pasti mendengar doamu, Cla. Dan setiap doa pasti dikabulkan. Jika bukan sekarang, berarti nanti."Clara mengulas senyum tipis. Lelaki yang sempat membuatnya trauma ini sudah berubah menjadi lebih baik. Bahkan beberapa minggu lalu K

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 112 | Fakta Tentang Clara

    Clara menyembunyikan alat tes kehamilannya di dalam tas, kemudian ia lekas keluar kamar guna mencari Hilda. Beruntung pengawalnya itu masih duduk di ruang tamu. "Hilda ...."Wanita itu terperanjat saat melihat Nona-nya sedang berlari menuruni tangga. "Hati-hati, Nona!" ucapnya dan langsung menghampiri Clara."Kenapa wajahmu?" tanya Clara."Saya khawatir kalau Nona jatuh.""Ah, kamu ini. Sudah, ayo antarkan aku ke rumah sakit."Hilda membelalakkan mata."Nona sakit?!" tanyanya dengan nada serius."Ish! Apaan, sih?! Sudahlah nggak usah banyak tanya. Lebih baik kamu cepat siapkan mobil, mumpung Mama lagi tidur.""Baik, Nona," sahutnya dan lantas berlari menuju parkiran.Clara yang melihatnya tak ayal tersenyum, meskipun hanya senyuman tipis. Karena wanita cantik tentu juga memikirkan kondisi janinnya. Kasihan kalau ikut stres.•Beberapa menit kemudian, Clara sudah sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju Dokter Kandungan tanpa ditemani oleh Hilda. Sengaja, karena wanita cantik itu be

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 111 | Kehidupan Baru

    Keadaan berubah gaduh saat beberapa Polisi kembali masuk ke dalam restoran, sementara Clara sudah tidak sadarkan diri. Namun, Hilda dengan sigap memberitahukan kepada teman-temannya untuk segera mencari jawaban atas cincin itu.Clara membuka mata dan mendapati bahwa dirinya sedang terbaring di kamar hotel. Perlahan wanita cantik itu berusaha menegakkan tubuhnya, sesekali netranya menelisik ke sekeliling."Hilda ...!"Hening! Sama sekali tidak ada jawaban."Hilda ...!" Clara kembali berteriak lebih lantang.Sekejap kemudian pengawal wanitanya itu masuk kamar dengan napas terengah-engah dan langsung menuju ke dekatnya."Ada apa, Nona? Ada sesuatu yang Anda butuhkan?""Bagaimana pencariannya? Apa ada titik terang?!" tanyanya dengan raut penuh harap."Maaf, Nona. Mereka mengatakan belum mendapatkan apa-apa," jawabnya dengan kepala menunduk."Apa?! Dari tadi masih belum mendapatkan apa-apa?! Sebenarnya kalian bisa bekerja tidak?!"Hilda semakin dalam menundukkan kepalanya. Sementara Clara

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 110 | Barang Bukti

    Clara terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing, bola mata coklatnya mengedar ke sekeliling, dan hanya menemukan Hilda yang duduk di samping ranjangnya. Wanita cantik itu menekan sisi pelipis dengan sebelah tangan, sekejap kemudian tangisnya kembali meledak saat teringat Naresh."Nona, apa ada yang sakit? Sebentar, saya akan panggilkan Dokter.""Aku mau suamiku, Hilda."Deg!Hilda yang tadinya hendak beranjak, langsung mendudukkan dirinya di kursi, tangannya menggenggam erat lengan Clara."Para bodyguard dan kepolisian sudah mencari Tuan Naresh dan Tuan Raymond, tapi kebanyakan korban tidak dikenali, Nona. Saat ini mereka sedang menunggu hasil DNA, dan semoga saja Tuan Naresh tidak termasuk salah satu korban. Semoga Tuan Naresh selamat," ucap Hilda berusaha menenangkan."Tapi kemana perginya suamiku kalau dia masih selamat, Hilda?!""Nona, besok kita akan mencari tahu. Ini masih gelap, dan mereka berjanji subuh nanti hasil DNA korban sudah keluar. Jika tidak ada yang cocok den

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 109 | Insiden

    Matahari tepat berada di atas kepala, Clara melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan jarumnya menunjukkan pukul setengah dua belas. Pesawat yang ia dan Naresh tumpangi baru saja mendarat di Bandara.Naresh dan Clara langsung menuju mobil yang menjemputnya, keduanya langsung dibawa ke sebuah hotel yang terletak di kawasan ellite pusat kota. Hotel bintang lima ini berdiri menjulang di tengah-tengah hiruk pikuk dan gemerlapnya Ibu kota Italia.Yeah! Negara itu menjadi tujuan bulan madu mereka. Clara sudah membayangkan akan mengunjungi banyak tempat wisata dan tempat bersejarah. Ia juga ingin mencoba banyak restoran pasta bersama suaminya."Mau istirahat sekarang?" tanya Naresh.Clara menggeleng. Ia lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk berwarna putih itu dan memejamkan matanya sejenak."Aku nggak capek, kok, Mas. Lagian aku tadi udah tidur di pesawat.""Yakin? Atau kamu mau bercinta?" Naresh langsung mengungkung tubuh mungil itu, hal itu tak ayal membuat Clara ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status