Share

Chapter 02 | Sikap Naresh

Pagi ini Naresh mengajak Clara pindah ke sebuah rumah minimalis dua lantai yang terletak di kawasan elit pusat kota. Rumah dengan desain kekinian yang sangat indah, namun tidak juga mampu membuat Clara menerbitkan senyumnya.

"Masuk aja, di dalam ada Bibi yang akan bantu kamu."

Gadis itu mengangguk singkat. Selanjutnya ia lekas masuk tanpa menunggu suaminya, tidak seperti layaknya pasangan pengantin baru yang selalu bergandengan tangan.

Clara masuk sendirian ke dalam rumah itu, di pandanginya lekat setiap sudutnya. Banyak furniture dengan desian modern di dalamnya.

"Nona, mari saya antarkan ke atas. Kamar Nona ada di lantai atas," ucap seorang wanita paruh baya yang cukup mengagetkan Clara.

"Ah, iya," jawabnya singkat.

Kedua wanita berbeda usia tersebut menaiki tangga bersamaan, sementara nampak Naresh baru saja memasuki rumah. Laki-laki itu asyik bertelepon tanpa memperdulikan sekelilingnya.

"Ya nanti kamu ke rumah saja, aku sudah nggak tinggal sama Mama ... Gimana? Ah, iya. Hati-hati, Sayang," ucapnya pada seseorang di seberang telepon.

Dap! Dap! Dap!

Suara tapak kaki sontak mengalihkan pandangan Naresh dari ponselnya, laki-laki itu melihat istrinya menuruni tangga dengan tatapan lurus ke arahnya. Lebih tepatnya istri kontraknya.

"Kebetulan kamu turun, ada yang mau aku bicarakan."

"Ada apa?"

"Duduklah dulu, Cla. Biar Bibi siapkan minuman."

Clara menurut, gadis cantik itu langsung mendudukkan dirinya di kursi empuk dengan meja bulat di depannya. Tidak seberapa lama kemudian Bibi datang dengan membawa dua gelas minuman dingin.

"Kamu mau bicara apa?" tanyanya..

"Wilayahku di bawah dan kamu di atas. Aku nggak akan sembarangan naik ke atas, tapi kamu bisa kapanpun turun ke bawah. Kamu bebas mau ajak siapapun ke rumah ini tanpa izin dariku, begitu juga aku yang bebas bawa siapapun. Kamu kalo mau keluar rumah juga nggak usah pakai izin," ucapnya.

"Ada lagi?"

"Seperti yang aku bicarakan kemarin. Kamu nggak perlu kerjain kerjaan rumah, ada Bibi yang akan melayani keperluanku."

"Iya, aku tahu."

"Masing-masing dari kita nggak berhak ikut campur satu sama lain, dan kamu nggak boleh ngadu sama Mama."

Clara mengangguk, "aku paham, Mas."

"Bagus," jawab Naresh, singkat.

***

Menit berlalu...

"Mas Naresh, di depan ada yang nyariin."

"Siapa?"

"Mbak Bella, Mas."

"Suruh masuk saja, saya mau ke kamar dulu ganti baju."

Sementara itu, Clara yang nampak bingung memilih bertanya pada Bibi dengan menggunakan isyarat mata.

"Temennya Mas Naresh, Non."

"Oh, gitu. Ya sudah saya naik dulu."

Baru saja berbalik dan belum sempat Clara menapakkan kakinya di anak tangga, seorang wanita dengan pakaian seksi masuk. Senyumnya mengulas lebar, wanita itu sangat cantik dengan dandanan simplenya.

"Tamunya Mas Naresh, ya, Mbak?"

"Iya," jawabnya singkat.

"Silakan duduk dulu, Mbak," ujarnya lembut, "tolong buatkan mimuman, ya, Bi," ucapnya pada Bibi.

Wanita itu menganggukkan kepala, "kamu istrinya Naresh?"

"Iya, saya istrinya Mas Naresh."

"Naresh sudah cerita tentang saya ke kamu?" tanyanya dengan senyum yang masih terlukis manis di bibirnya.

Clara menggeleng, "belum, Mbak. Cerita tentang apa, ya?"

"Bella," suara bariton itu tak ayal membuat kedua wanita itu menghentikan pembicaraan mereka. Terutamanya Bella yang langsung bangkit dengan menampilkan senyum yang lebih manis.

"Sudah lama nunggunya?" tanya Naresh.

"Baru aja, kok. Aku di temani istri kamu, jadi nggak bosan."

Naresh mengangguk, "bagus kalau gitu. Oh, iya, Cla, perkenalkan ini Bella, dia ini anggota di komunitas pecinta hewan milikku, dan dia juga ... Kekasihku."

Deg!

Clara tertegun, apalagi saat melihat Naresh merengkuh prosesif pinggang Bella. Ia tidak menyangka Naresh bisa melakukan ini di depannya.

"Aku sudah bilang sama kamu 'kan kalau aku punya kekasih, dan ini dia orangnya," ucap Naresh tanpa merasa berdosa.

Apalagi Naresh juga mencium wanita itu di hadapan Clara. Oh, jika tidak mencintai istrinya, tidak bisakah Naresh menghormatinya sebagai seorang wanita?

Dap! Dap! Dap!

Suara langkah kaki kompak membuat ketiga orang yang tengah bersitegang itu menoleh. Nampak di sana seorang laki-laki tampan dengan tubuh atletis melangkah dengan gagahnya. Keningnya mengerut saat mendapati raut semua orang nampak kaku.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Kau datang di saat yang tidak tepat, Ken."

"Loh, ada apa memangnya?" Kenzie mengalihkan pandangannya kepada Clara, "ada apa, Cla?" tanyanya.

Kenzie Mahendra adalah saudara sepupu Naresh, dia juga pemegang saham di perusahaan Mahendra. Kesehariannya memang sering mengunjungi Naresh, dan hari ini niatnya berkunjung adalah untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru.

Laki-laki tampan itu juga teman Clara saat berkuliah. Bahkan Clara lebih mengenal Kenzie dari pada Neresh, suaminya.

"Kok kamu juga ada di sini, Bel? Kalian belum selesai rupanya?"

"Diam!"

"Santai, Naresh. Aku hanya tanya, kenapa kamu sewot sekali?"

"Pertanyaanmu tidak ada gunanya di sini, lebih baik kamu pulang saja."

Kenzie memandang dengan tatapan bingung, sepertinya ia mulai tahu di mana akar permasalahannya. Apalagi saat melihat raut Clara yang tidak enak.

"Kau membawa Bella ke rumahmu? Yang benar saja, Naresh?! Kau sudah menikah! Apa kata Tante Anne kalau dia tahu hal ini?!"

"Diam! Kau tidak berhak ikut campur!"

"Aku berhak. Apa kau lupa Clara ini temanku? Dan aku tidak terima temanku di sakiti olehmu."

"Ken, sudah nggak usah ribut. Ayo kita naik ke atas saja, kita bicara di atas," ujar Clara yang lantas di angguki oleh Kenzie.

"Aku tidak membiarkanmu membawa laki-laki naik ke atas, Cla!"

Gadis cantik itu mematung dengan pandangan aneh menatap Naresh, "kenapa?"

"Aku peringatkan jangan pernah bawa laki-laki naik ke atas."

"Bukannya kamu yang bilang kalau..."

Naresh langsung menyahut ucapan Clara, "jangan membantah dan cepat naik, Cla!"

"Mas, kamu..."

"NAIK!" sentaknya yang membuat Clara langsung berlari menaiki tangga menuju lantai atas.

"Sayang," lirih Bella.

"Diam!"

Entah apa yang terjadi dengan Naresh. Melihat Clara ingin membawa Kenzie naik saja sudah membuat emosinya memuncak, bahkan sampai membuat ia meneriaki Bella.

Sementara Kenzie masih menatap sepupunya dengan pandangan sengit.

'Aku tahu kau tidak rela saat ada laki-laki yang mendekatinya, Naresh. Kau terlalu munafik!' batinnya dan langsung pergi dari sana.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Della Felicia
suaminya cemburu
goodnovel comment avatar
Dewi Kilisuci
itu aku...........
goodnovel comment avatar
Browijoyo
clara... oke
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status