Share

Chapter 03 | Perlawanan Clara

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2023-05-29 17:33:55

Deru nafas Naresh masih tidak beraturan, ia memandang sejanak pada kekasihnya yang masih berdiri di sampingnya.

"Sebaiknya kamu pulang saja, Bel. Lain kali saja kita keluarnya."

"Sayang, kamu kenapa jadi gini? Kamu nggak pernah, loh, nolak aku."

"Aku lagi nggak mood mau keluar, lain kali bisa 'kan? Aku harap kamu jadi wanita yang penurut, aku nggak suka wanita pembangkang."

Glek!

Dengan susah payah Bella meneguk salivanya, gadis itu mau tidak mau harus menurut jika tidak ingin kehilangan kekasihnya.

Setelah memastikan Bella pulang, barulah Naresh naik ke lantai atas menuju kamar Clara. Tangannya menekan handle pintu, namun sayangnya pintu itu terkunci.

Tok! Tok! Tok!

"Buka pintunya, Clara!"

Hening! Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Naresh mengayunkan tangan dan mengetuk pintu lebih keras lagi sembari meneriaki nama istrinya.

"Aku hitung sampai tiga, pintu ini bakal aku dobrak kalau kamu nggak buka," ancamnya.

"Satu ... Dua..."

Ceklek!

"Ada apa, Mas?"

"Kenapa pintunya di kunci?"

Clara menghela nafas sejenak guna mengusir rasa sesaknya karena bentakan dari Naresh.

"Bukannya lantai atas memang hakku? Kamu yang bilang sendiri kalau kamu lupa."

"Tapi rumah ini tetep jadi milikku, kamu nggak bisa lakuin seenaknya!"

Clara tidak menjawab, gadis itu menatap lekat sosok tampan di hadapannya. Kenapa juga sosok tampan ini harus mempunyai sifat yang sangat menyebalkan, padahal mertuanya sangat baik.

"Jangan kira aku bebaskan kamu menempati lantai atas lalu kamu sesuka hati melakukan apapun! Aku nggak suka kayak gitu, Cla!"

"Mau kamu apa, sih, Mas?! Kamu sendiri yang bilang nggak akan ikut campur masalah aku, kamu juga bilang aku boleh ajak siapapun naik. Kamu lupa apa gimana?!"

"DIAM!" sentaknya yang tak ayal membuat Clara refleks memejamkan mata, "jangan pernah bantah apa yang aku ucapkan."

Clara tertawa sumbang mendengarnya, "jangan kira aku diam saja itu artinya nurut. Nggak, Mas! Jangan samakan aku kayak istri-istri sinetron yang akan nangis saat di tindas gitu saja, aku nggak kayak gitu! Mentang-mentang kamu yang punya rumah, lalu bikin aturan nggak jelas, dan sekarang kamu juga yang melanggar."

"Clara!"

"Apa?! Kamu mau apa, hah?!"

Naresh mengatup rapat bibirnya, laki-laki itu tidak menyangka istri yang dia kira lemah akan melawannya seperti ini.

"Pelankan nada bicaramu di depanku, Clara! Jangan pernah meninggikan nadamu di hadapanku," desisnya sambil menempelkan kedua tangan pada dinding.

Naresh mengunci pergerakan Clara sehingga membuat kedua wajah itu semakin dekat. Di dalam hatinya laki-laki itu menyadari istrinya sangatlah cantik, namun ia sudah terlanjur membenci wanita itu.

Naresh semakin mendekatkan wajahnya pada wajah cantik di depannya, kepalanya miring seolah ingin menyapa bibir merah itu.

Plakkk!

"Argh..!" pekiknya saat merasakan tamparan panas mendarat di pipinya.

"Jangan kurang ajar, Mas!" ucapnya sembari menunjuk wajah suaminya itu.

Clara membalik badan dan lekas masuk kamar, ia menghempaskan kencang pintu kamarnya. Sementara Naresh masih berdiri di sana dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Rupanya gadis itu tidak seperti yang aku bayangkan," gumamnya.

Sedangkan di dalam kamarnya, Clara sudah menumpahkan air matanya. Gadis itu tidak sekuat yang terlihat, ia hanya barusaha kuat untuk membela dirinya saja.

Yang sebenarnya terjadi adalah dia begitu rapuh, hatinya begitu sakit menerima kenyataan pahit ini. Namun apa yang bisa di lakukannya selain pasrah? Bahkan Clara tidak punya teman berbagi kesedihannya.

Entah jam berapa Clara tertidur, gadis itu menggeliat dan melihat jam yang bertengger di dinding sudah menunjukkan waktu malam. Rupanya ia sangat lelah dengan tangisannya sehingga membuat tidurnya begitu pulas.

Clara melangkahkan kakinya menapaki tangga, ia memutuskan akan memasak untuk makan malam. Walaupun Naresh tidak memintanya untuk melakukan itu, namun ini adalah bukti baktinya sebagai seorang istri.

"Ada yang Nona butuhkan? Atau Nona mau makan sesuatu? Biar Bibi buatkan."

"Enggak, Bi. Aku mau masak buat makan malam."

"Masak, Non?" tanya Bibi dengan raut bingung.

"Iya, ada bahan-bahannya 'kan?"

"Ada, Non, ada. Semuanya ada di kulkas, mau Bibi bantu?"

Clara menggeleng lirih, "nggak usah, Bi. Aku cuma mau masak simpel aja, kok."

"Oh, ya sudah kalau begitu, Non. Kalau ada apa-apa jangan lupa panggil Bibi, ya. Bibi mau nerusin setrika bajunya Mas Naresh dulu."

"Iya, Bi. Makasih."

Clara mulai membuka kulkas dan mencari bahan yang bisa ia olah. Netranya menangkap potongan daging segar di sana, juga ada banyak jenis sayuran. Akhirnya ia memudahkan untuk membuat sup daging sayur, makanan kesukaannya yang sering di masakkan oleh mendiang Ibunya.

Tidak perlu waktu lama bagi Clara untuk berkutat di dapur, karena ini sudah sering ia lakukan. Sup daging sayur lengkap dengan lauk pauk yang lain dan juga sambal sudah tersaji rapi di meja makan.

Netranya melirik pada kamar Naresh, ia ingin mengetuk pintu kamarnya namun urung. Beruntungnya tidak lama kemudian Naresh keluar, mungkin laki-laki itu juga merasakan lapar.

"Bibi mana? Kok nggak ada?"

"Bibi lagi beresin kerjaan yang lain."

"Terus ini yang masak siapa?"

"Aku yang masak," jawabnya singkat sambil mengambil piring dan mulai menyendokkan nasi.

"Kamu mau nasinya seberapa?"

Naresh malah tergelak, "kamu ngapain ngelakuin cara ini? Mau rayu aku? Apa mau minta maaf atas kejadian siang tadi?"

"Kok kamu mikirnya gitu, Mas? Aku masak karena aku mau."

"Nggak usah bohong. Aku hapal sama trik tarik ulur wanita kayak kamu."

Clara mengatup rapat bibirnya saat kata-kata menyakitkan itu keluar lagi dari bibir suaminya.

"Lagian aku nggak nyuruh kamu lakuin ini 'kan? Nggak usah jadi sok baik dan cari perhatian!"

Brakkk!

"Mas..!" pekik Clara saat melihat Naresh menumpahkan semangkuk sup besar itu.

Dengan kurang ajarnya laki-laki itu membuang semua masakan Clara yang masih tersisa di atas meja. Tanpa memperdulikan istirnya yang telah susah payah membuatnya. Benar-benar tidak punya hati!

"Aku nggak akan pernah mau sentuh makanan kamu! Jadi jangan pernah coba-coba lakuin ini buat ambil hati aku, Clara!"

Naresh menyambar kunci mobilnya dan lekas keluar rumah tanpa menghiraukan Clara yang sudah meluruhkan air matanya.

'Niatku menikahimu memang untuk membuatmu menderita, Cla! Jadi bersiaplah dengan air mata yang lebih banyak lagi,' batin Naresh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 114 | Ikhlas — End

    Paris, Prancis."Aku tidak bisa menunggu lagi, Ray. Aku harus pulang!""Kondisimu sudah stabil?""Bahkan aku sudah merasa sehat dari satu minggu yang lalu."Seorang lelaki berbadan besar itu tak ayal terkekeh mendengar jawaban sahabatnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan mengantarkan sahabatnya ke Bandara pagi ini."Jangan lupa hubungi aku kalau kau sudah sampai, Naresh," ucapnya."Aku akan langsung menghubungimu. Terima kasih atas bantuannya," jawab Naresh seraya memeluk erat tubuh besar Raymond.Yeah! Setelah kejadian kebakaran itu Naresh mengalami luka bakar lumayan parah dan juga benturan yang membuatnya tidak sadarkan diri. Sedangkan Raymond juga mengalami luka bakar, tetapi masih tergolong ringan. Itulah yang membuat Raymond berinisiatif membawa sahabatnya ke Prancis.Naresh mengalami koma selama satu Minggu, lelaki tampan itu meraih kesadarannya pada Minggu kedua, dan itu bertepatan saat Clara meninggalkan Italia. Makanya Raymond masih menahan sahabatnya.Namun, Raymond tetap me

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 113 | Rindu Menyiksa

    Clara menuju ruang meeting bersama dengan Anne, kedua wanita berbeda usia itu sepakat untuk melantik petinggi perusahaan yang baru. Sebenarnya ini adalah tugas Naresh, tetapi lagi-lagi Clara yang harus melakukannya.Beberapa kali wanita cantik itu tampak menghela napas. Bohong kalau ia tidak rapuh. Justru saat ini hatinya sudah hancur berkeping-keping, dan kepingannya pula yang menusuknya hingga berdarah-darah."Kamu baik-baik saja, Cla?" tanya Kenzie yang turut hadir dalam rapat ini."Iya," jawab Clara, singkat."Kalau dulu, mungkin aku akan mengatakan kamu harus mengikhlaskan Naresh dan mulailah menata hidup baru denganku. Namun, sekarang ... aku ingin mengatakan kamu harus kuat. Jika kamu percaya Naresh akan kembali, maka tidak ada yang mustahil. Semesta pasti mendengar doamu, Cla. Dan setiap doa pasti dikabulkan. Jika bukan sekarang, berarti nanti."Clara mengulas senyum tipis. Lelaki yang sempat membuatnya trauma ini sudah berubah menjadi lebih baik. Bahkan beberapa minggu lalu K

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 112 | Fakta Tentang Clara

    Clara menyembunyikan alat tes kehamilannya di dalam tas, kemudian ia lekas keluar kamar guna mencari Hilda. Beruntung pengawalnya itu masih duduk di ruang tamu. "Hilda ...."Wanita itu terperanjat saat melihat Nona-nya sedang berlari menuruni tangga. "Hati-hati, Nona!" ucapnya dan langsung menghampiri Clara."Kenapa wajahmu?" tanya Clara."Saya khawatir kalau Nona jatuh.""Ah, kamu ini. Sudah, ayo antarkan aku ke rumah sakit."Hilda membelalakkan mata."Nona sakit?!" tanyanya dengan nada serius."Ish! Apaan, sih?! Sudahlah nggak usah banyak tanya. Lebih baik kamu cepat siapkan mobil, mumpung Mama lagi tidur.""Baik, Nona," sahutnya dan lantas berlari menuju parkiran.Clara yang melihatnya tak ayal tersenyum, meskipun hanya senyuman tipis. Karena wanita cantik tentu juga memikirkan kondisi janinnya. Kasihan kalau ikut stres.•Beberapa menit kemudian, Clara sudah sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju Dokter Kandungan tanpa ditemani oleh Hilda. Sengaja, karena wanita cantik itu be

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 111 | Kehidupan Baru

    Keadaan berubah gaduh saat beberapa Polisi kembali masuk ke dalam restoran, sementara Clara sudah tidak sadarkan diri. Namun, Hilda dengan sigap memberitahukan kepada teman-temannya untuk segera mencari jawaban atas cincin itu.Clara membuka mata dan mendapati bahwa dirinya sedang terbaring di kamar hotel. Perlahan wanita cantik itu berusaha menegakkan tubuhnya, sesekali netranya menelisik ke sekeliling."Hilda ...!"Hening! Sama sekali tidak ada jawaban."Hilda ...!" Clara kembali berteriak lebih lantang.Sekejap kemudian pengawal wanitanya itu masuk kamar dengan napas terengah-engah dan langsung menuju ke dekatnya."Ada apa, Nona? Ada sesuatu yang Anda butuhkan?""Bagaimana pencariannya? Apa ada titik terang?!" tanyanya dengan raut penuh harap."Maaf, Nona. Mereka mengatakan belum mendapatkan apa-apa," jawabnya dengan kepala menunduk."Apa?! Dari tadi masih belum mendapatkan apa-apa?! Sebenarnya kalian bisa bekerja tidak?!"Hilda semakin dalam menundukkan kepalanya. Sementara Clara

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 110 | Barang Bukti

    Clara terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing, bola mata coklatnya mengedar ke sekeliling, dan hanya menemukan Hilda yang duduk di samping ranjangnya. Wanita cantik itu menekan sisi pelipis dengan sebelah tangan, sekejap kemudian tangisnya kembali meledak saat teringat Naresh."Nona, apa ada yang sakit? Sebentar, saya akan panggilkan Dokter.""Aku mau suamiku, Hilda."Deg!Hilda yang tadinya hendak beranjak, langsung mendudukkan dirinya di kursi, tangannya menggenggam erat lengan Clara."Para bodyguard dan kepolisian sudah mencari Tuan Naresh dan Tuan Raymond, tapi kebanyakan korban tidak dikenali, Nona. Saat ini mereka sedang menunggu hasil DNA, dan semoga saja Tuan Naresh tidak termasuk salah satu korban. Semoga Tuan Naresh selamat," ucap Hilda berusaha menenangkan."Tapi kemana perginya suamiku kalau dia masih selamat, Hilda?!""Nona, besok kita akan mencari tahu. Ini masih gelap, dan mereka berjanji subuh nanti hasil DNA korban sudah keluar. Jika tidak ada yang cocok den

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 109 | Insiden

    Matahari tepat berada di atas kepala, Clara melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan jarumnya menunjukkan pukul setengah dua belas. Pesawat yang ia dan Naresh tumpangi baru saja mendarat di Bandara.Naresh dan Clara langsung menuju mobil yang menjemputnya, keduanya langsung dibawa ke sebuah hotel yang terletak di kawasan ellite pusat kota. Hotel bintang lima ini berdiri menjulang di tengah-tengah hiruk pikuk dan gemerlapnya Ibu kota Italia.Yeah! Negara itu menjadi tujuan bulan madu mereka. Clara sudah membayangkan akan mengunjungi banyak tempat wisata dan tempat bersejarah. Ia juga ingin mencoba banyak restoran pasta bersama suaminya."Mau istirahat sekarang?" tanya Naresh.Clara menggeleng. Ia lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk berwarna putih itu dan memejamkan matanya sejenak."Aku nggak capek, kok, Mas. Lagian aku tadi udah tidur di pesawat.""Yakin? Atau kamu mau bercinta?" Naresh langsung mengungkung tubuh mungil itu, hal itu tak ayal membuat Clara ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status