Share

Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan
Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan
Author: Els Arrow

Chapter 01 | Hari Pernikahan

Clarabel Grachiela, gadis cantik berwajah imut itu menggamit mesra tangan suaminya, Naresh Mahendra, menuruni panggung pernikahan megah bertaburan banyak bunga dan lampu kristal.

Tak selayaknya pengantin yang sumringah, lelaki itu hanya menampilkan raut murungnya saja. Sedangkan Clara, wanita cantik itu berusaha menampilkan senyum walaupun hatinya juga hancur.

***

Layaknya pasangan pengantin pada umumnya, Naresh mengajak Clara ke sebuh hotel untuk beristirahat malam ini. Tentu Clara menyetujuinya, ia berjanji akan berbakti pada suaminya walaupun belum ada cinta di antara mereka.

"Kamu mandi dulu, setelah ini mau ada yang ingin aku bicarakan."

"Iya, Mas."

Clara melepas gaun pernikahannya dengan susah, gaun besar yang membalut tubuhnya itu sangatlah berat. Manik indahnya beberapa kali melirik kepada Naresh, namun jangankan membantu. Melihatnya saja tidak.

Laki-laki itu masih asyik dengan ponselnya, senyumnya mengulas lebar saat menatap benda pipih itu. Menghiraukan Clara yang sudah berdiri di sana selama lima menit dengan jubah mandi.

"Mas, aku sudah selesai," ujarnya lirih.

"Oh," jawabnya sembari menaruh ponsel. Naresh bangkit menuju sebuah meja kecil di samping tempat tidur, tangannya mengulur pada laci mengambil sebuah map berwarna merah yang ada di sana.

"Ini, kamu baca!"

Jemari lentik Clara mulai membukanya, sekejap kemudian keningnya mengkerut.

"Perjanjian pernikahan?" gumamnya.

"Kita menikah karena perjodohan, kamu nggak ada niatan buat menikah selamanya 'kan?"

Clara terhenyak. Tentu ia berniat menikah selamanya, kenapa hal ini patut di pertanyakan?

"Aku nggak mencintai kamu, Cla. Malam ini kita memang menikah, tapi aku nggak menganggap kamu sebagai istri. Aku nggak akan nyentuh kamu!"

Hening! Clara tidak menjawab, gadis itu masih berusaha memahami ucapan suaminya.

"Jangan pernah gantungkan harapanmu dalam pernikahan ini, Cla! Karena pernikahan ini akan selesai saat Mama memberikan warisannya padaku, dan kamu akan mendapatkan bagian separuh," lanjutnya lagi.

Clara semakin terkejut, ia berusaha sekuat mungkin menahan air mata yang hampir luruh dari pelupuk netranya. Kata-kata yang di lontarkan Naresh sangat sakit.

"Kamu nggak perlu lakuin kewajiban sebagai istri, kamu nggak usah layanin aku layaknya istri. Kamu nggak usah masak, nggak usah cuci bajuku, bahkan kamu nggak usah kerjain pekerjaan rumah. Mudah 'kan?"

Clara masih tidak menjawab. Beberapa kali ia menguatkan batinnya. Jika bukan karena permintaan mendiang orang tuanya, mustahil dia mau menerima perjodohan ini.

"Terus, nanti kita akan pindah rumah. Aku nggak mau kita satu rumah sama Mama, dan kamu ngadu kalo aku nggak nyentuh kamu!"

Clara mengalihkan pandangannya dari kertas di depannya. Gadis cantik pemilik iris coklat itu berusaha mengatur deru nafasnya agar tidak ketahuan menahan sesak.

"Pernikahan ini hanya akan bertahan sampai satu tahun, setelahnya kita akan bercerai. Selain aku nggak mencinta kamu, aku juga mempunyai kekasih asal kamu tahu. Aku ada yang menunggu di sana, Cla, tapi Mama malah memaksaku dalam perjodohan konyol ini!"

"Kenapa nggak kamu ceraikan aku sekarang?"

Naresh menoleh, memandang pada wajah ia yang benci itu. Badannya setengah menunduk, memperhatikan setiap detail wajah yang tidak pernah ia inginkan.

"Kalau aku menceraikanmu sekarang, Mama nggak akan kasih warisannya buat aku!"

Jahat. Yeah, itulah kata pertama yang Clara gambarkan untuk Naresh. Laki-laki yang hanya memainkan pernikahan untuk tujuannya sendiri.

"Cepat kamu tanda tangani surat itu. Setelahnya aku akan keluar, aku nggak akan tidur di sini."

Clara meraih bolpion yang tergeletak di atas meja, tangannya mengulur meraihnya dan segara membubuhkan sebuah tanda tangan di atas materai. Sejenak ia menatap Naresh, laki-laki itu kembali asyik dengan ponselnya. Tanpa peduli dengan perasaannya yang hancur.

"Sudah?"

Clara hanya mengangguk.

"Satu lagi. Kalau kamu sampai buka mulut tentang ini, sepeserpun harta nggak akan kamu terima setelah perceraian!"

"Aku bahkan nggak berharap hartamu," jawabnya lirih.

Naresh tegelak, "iya kah? Wanita murahan sepertimu nggak berharap harta?! Bukannya orang tuamu yang menjualmu kepada Mama?!"

Clara tertegun. Menjual? Menjual bagaimana maksudnya? Bukankah Ibu Mertuanya sendiri yang meminang dirinya? Sungguh, Clara sangat muak atas apa yang di tuduhkan Naresh.

"Aku keluar sekarang. Lakukanlah apa pun yang mau kamu lakukan, dan beristirahatlah karena besok kita akan pindah rumah."

Naresh melenggang pergi setelah mengatakan hal demikian, menyisakan Clara yang masih menatapnya dengan nanar. Naresh meninggalkanya di malam pertama mereka.

Malam pertama yang harusnya penuh belai nikmat kasih sayang dan desahan manja, malah menjadi malam pertama terburuk bagi Clara. Ia menerima kalimat kasar dan penghinaan dari mulut suaminya sendiri.

"Mama, demi apapun ini rasanya sangat sakit. Aku nggak nyangka akan nikah sama dia, apa Mama bisa lihat sakitnya aku dari atas sana? Kalo bisa, aku pengen ikut pergi sama Mama, aku nggak sanggup," lirihnya di sela-sela isak tangis.

Kecelakaan yang merenggut nyawa Mamanya beberapa bulan yang lalu belum mampu Clara lupakan begitu saja. Ingatan kepedihan yang selalu membayanginya setiap malam, di tambah sekarang ia harus menerima perlakuan tidak mengenakkan dari suaminya semakin menambah sempurna penderitaannya.

Gadis cantik itu harus menanggungnya seorang diri, tidak ada tempatnya untuk berkeluh kesah selain sang Maha Pencipta. Sementara di luar kamar tanpa Clara sadari, Naresh masih berdiri di sana dan mendengarkan semua yang ia ucapkan. Laki-laki itu menautkan alisnya seolah bingung.

"Kenapa dia malah sedih? Bukannya merasa senang dia akan mendapatkan bagian harta?" gumamnya bingung.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Qzatul Azuwa
lanjut kan
goodnovel comment avatar
Els Arrow
hai, kak. Makasih ya sudah mampir ...
goodnovel comment avatar
Salma Salwa
lanjut dng ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status