Share

04. Pertemuan Pak Alex 2

Ibu sangat marah, geram dengan tingkah laku keluarga mas Ariel.

Dengan bantuan ibu, aku pun menyusun rencana yang matang untuk membalas sakit hatiku ini.

"Tunggu saja Mas apa yang bisa dilakukan oleh seorang si Lugu Arum ini," gumanku.

Rencana pertama ku mulai dengan bertemu dengan Pak Alex, seorang pengacara keluarga yang sudah dipercaya selama bertahun-tahun sampai papah mertua meninggal dunia 4 tahun yang lalu.

Beliau adalah pengacara yang handal dan anti suap, itulah yang membuat papah sangat mempercayai Pak Alex. Bagiku beliau adalah papah ke tiga ku setelah ayah kandung dan papah mertua meninggal. Namun selama 4 tahun ini beliau jarang bertemu mungkin karena hasutan Mas Ariel dan keluarganya, tetapi entahlah tiba-tiba beliau menelepon ku sepertinya sangat serius.

Aku berpamitan dengan ibu menemui Pak Alex, ku titipkan terlebih dahulu Riana yang masih tidur di pangkuan ibu.

"Bu, Arum pergi dulu ya, titip Raina, tapi kalau mas Ariel atau lainnya telepon bilang aja Arum lagi ke pasar, siapa tahu 'kan mereka mencurigai ku dan menelepon ibu," ucapku pada ibu.

"Kamu tenang aja Rum, apa pun Ibu lakukan untukmu, apalagi masalah kaya gini bisa Ibu hadapi," jawab Ibu yang bersemangat.

Tepat jam 10.00 pagi aku sudah berada di Cafe melati, tempat semula aku janjian dengan Pak Alex.

Namun tidak kulihat Pak Alex disana. Tiba-tiba HP-ku berbunyi, tertera tertulis nama Pak Alex yang menghubungiku. Segera ku angkat.

"Jangan toleh-toleh, lihat di pojok paling belakang, saya memakai pakaian gamis wanita berhijab panjang warna pink dan berkaca mata hitam."

"What ...? nggak salah dengar, hanya untuk bertemu denganku Pak Alex harus menyamar, sebegitu gentingkah masalah ini?" gumanku dalam hati.

Tanpa aku mengatakan sesuatu, ponselku langsung di matikan.

Ku ikuti instruksi dari beliau, dan ya aku melihat Pak Alex dalam wujud seorang wanita tua yang cantik dan elegan, tak tahan aku menahan geli dan tawa, sampai-sampai Pak Alex pun merasa risih dan malu.

"Assalamualaikum ...!

"Walaikumsalam, silakan duduk nak," jawabnya dengan suara yang bergaya kewanitaan.

"Maaf Pak, Arum nggak salah lihat 'kan, mengapa Bapak pakai cara penyamaran jika ingin bertemu dengan Arum?" tanyaku penasaran.

"Inilah risikonya nak Arum, keluarga suamimu itu yang memaksa Bapak menyamar seperti ini. Selama ini Bapak menyelidiki sepak terjang perusahaan yang susah payah di bangun oleh almarhum Pak Sugeng Raharjo mertua kamu.

Bapak sendiri hampir mau diganti sebagai pengacaranya keluargamu, tetapi karena ada hitam diatas putih dan saksi maka mereka tidak bisa memecat Bapak sebagai pengacara keluargamu.

Saya dapat nomor HP nak Arum dari mbok Darsi yang pernah bekerja selama bertahun-tahun di rumah itu. Saya tahu mbok Darsi di pecat karena beliau tahu semua apa yang di lakukan keluarga itu.

Nak Ariel ternyata memberikan nomor ponselmu salah, dia sengaja tidak memberitahukan kepada saya, makanya saya bingung dengan situasi ini.

Saya mendapat laporan kalau beberapa tahun ini perusahaan lagi diambang pailit alias bangkrut. 

"Apakah selama ini nak Arum tidak di beritahu kalau perusahaan itu akan bangkrut?" tanya Pak Alex.

"Maaf Pak, Arum tidak diberi tahu masalah di perusahaan, bahkan Arum memberikan Surat Kuasa kepada Mas Ariel untuk mengelolanya setelah papah meninggal, kata Mas Ariel sudah konsultasi dengan Pak Alex," jelasku.

"Saya tidak pernah menyuruh nak Arum untuk membuat Surat Kuasa," kilah Pak Alex.

"Saya juga tanya nomor HP Pak Alex, tetapi tidak pernah dikasih katanya HP Bapak hilang dan nomornya ikut hilang, terus saya minta yang baru banyak alasannya, jadi Arum malas mencari masalah Pak," terangku.

"Arum pikir, karena adem ayem di perusahaan selama ini jadi nggak pernah ngurusin begituan, dan Arum pikir tidak ada masalah karena Pak Alex sudah tahu semuanya ternyata palsu semua," geramku mendengar ini semua.

"Selama ini Arum disibukkan dengan urusan rumah tangga sehingga perusahaan Arum nggak tau kalau ada masalah kaya gini,"

"Sudah Bapak duga, hal ini pasti terjadi, ini juga salah saya tidak cepat memberi kabar dengan kamu, soalnya Bapak di sibukkan dengan urusan di Luar Negri," ucap Pak Alex sambil menyeruput teh hangat.

"Maksud Bapak, apa ya, Arum nggak ngerti," tanyaku penasaran.

"Begini nak Arum, sebenarnya almarhum Pak Sugeng punya bisnis di luar negeri tepatnya di Singapura dan Swiss, tapi keluarganya tidak ada yang tahu, ini adalah investasi jangka panjang jika sewaktu-waktu perusahaan di sini gulung tikar.

"Memang banyak yang tidak tahu, bahkan kolega dan teman bisnis almarhum juga tidak ada yang tahu hanya sahabatnya dulu tapi juga sudah meninggal juga 3 tahun yang lalu.

"Jadi maksud Pak Alex Ayah Arum?" jawabku bingung.

"Benar sekali Rum, mereka menjalankan bisnis ini sampai sekarang menjadi perusahaan yang besar, bahkan setiap tahunnya selalu berkembang, dan sebagai ahli warisnya itu adalah kamu dan anak kamu nantinya. Hal ini tidak bisa di ganggu gugat, bila terjadi sesuatu pada kalian maka perusahaan ini akan diambil alih oleh sebuah yayasan untuk amal.

Mereka tidak percaya pada keluarga suamimu bahkan dengan anak kandungnya sendiri, entah kenapa firasat almarhum selalu tepat.

Pernikahan yang kalian jalanin sebenarnya agar Ariel mengerti akan tanggung jawabnya tetapi ternyata dia memanfaatkan kamu untuk harta warisan itu.

"Arum masih tidak mengerti Pak apa yang ingin disampaikan oleh Pak Alex," jawabku yang masih bingung.

"Pak Alex menghela napas panjang sejenak dan kembali minum mungkin kebanyakan berbicara sehingga agak kering tenggorokannya," pikirku.

"Begini, maksud saya mulai sekarang Arum juga sesekali mengecek perusahaan yang sudah di rintis beliau, jangan sampai pailit. Jika memang kamu memberikan Surat Kuasa kepada Ariel, tetapi untuk keputusan dan keuangan jangan sampai diambil alih oleh mereka," terangnya.

"Arum nggak ngerti apa-apa Pak, masalah perusahaan," jawabku spontan.

"Semua memang dari bawah, justru itu Arum harus belajar agar mengetahui seluk beluk perusahaan. Nak Arum jangan pesimis walaupun hanya mengandalkan ijazah SMA tidak masalah yang penting punya modal nekat dan tekad yang kuat.

"Almarhum juga dulu bukan orang kuliahan, tetapi beliau sangat tekun dan berani mengambil risiko buktinya sekarang mereka menikmati hasil jerih payah almarhum.

"Arum masih bingung Pak Alex, apa yang harus dilakukan, dimulai dari mana, terus apa kata Mas Ariel kalau Arum ikut andil dalam perusahaan itu?" tanyaku kepada Pak Alex.

"Nak Arum jangan khawatir, itu sudah kami atur semua," jawab Pak Alex dengan tersenyum.

"Maksud Bapak?"

"Saya memang tidak akan turun langsung ke perusahaan, tetapi saya mengirim anak saya yang juga sebagai pengacara sekaligus akan membantu Nak Arum di perusahaan.

"Terus Pak, bagaimana dia akan di terima bekerja di sana, sedangkan yang pegang Surat Kuasa adalah Mas Ariel, Pak?

"Nak Arum tenang aja, kita lihat saja nanti apa yang bisa saya lakukan," jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu tahu Rum, almarhum dulu sangat berjasa bagi hidup saya. Padahal dulu orang tua saya tidak mampu menyekolahkan saya sampai kuliah, berkat beliau lah saya bisa seperti ini.

"Pasti kamu pikir karena beliau dulu orang kaya, padahal kenyataan bukan, beliau dari keluarga yang tidak mampu bahkan buat makan saja kadang tidak cukup, tetapi karena modal nekat dan tekat yang kuat untuk menggapai sebuah cita-cita, maka usaha beliau tidak sia-sia.

Dan satu lagi yang membuat saya sangat betah menjadi Pengacara untuk almarhum karena beliau adalah sosok orang yang baik.

"Pokoknya panjang kalau di ceritain," jawabnya.

"Oh ya Pak, hari ini tadi kata Mas Ariel ada meeting, tetapi Arum nggak tahu masalahnya itu apa?" 

"Tenang aja Rum, saya sudah suruh orang mengamati mereka, apa yang mereka lakukan selama ini, tinggal tunggu waktu yang tepat," jawabnya.

"Oh ya Pak, apakah Bapak tahu soal Mas Ariel, maksudnya kehidupannya gitu, bukannya Bapak sudah kenal dekat dengan keluarga Papah?" tanyaku penasaran.

"Mengapa kamu tanyakan itu?" selidiknya.

"Mmmh ...  begini Pak, kemarin malam tak sengaja Arum mendengar pembicaraan Mas Ariel di telepon entah dengan siapa katanya dia ingin menceraikan Arum, apakah Arum ini istri pertamanya atau yang kedua?" tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kalau soal itu saya tidak tahu pasti, tetapi jika Nak Arum mau biar sekalian saya telusuri. Memang Ariel dulu mempunyai kekasih sebelum kalian di jodohkan namanya Lira Anggraeni anak dari rekan bisnis almarhum.

"Almarhum dulu tidak suka dengan Lira lantaran kehidupannya yang glamor, suka shopping, pemarah, tidak sopan, pokoknya tidak sesuai dengan kriteria menantunya. Cuma saya tidak tahu apakah Ariel menikahinya atau tidak. Setahu saya, dia sekarang tinggal di Solo," terang Pak Alex.

"Begini nak Arum, hidup ini adalah ujian, pasang surut kehidupan ditentukan dari kita sendiri, apakah kita mau terpuruk sampai dalam atau keluar dari kertepurukan."

"Jadi intinya memang suatu hubungan harus didasari oleh kepercayaan dan kejujuran. Jika tidak ada hal itu berarti ada masalah," jelasnya lagi.

Saat aku sedang mengobrol dengan Pak Alex, tiba-tiba datang kedua pasangan romantis yang sedang bergandengan tangan, tapi sepertinya aku mengenal pakaian yang dipakai oleh pria itu.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status