"Mah ... Mamah kok melamun, mikiyin apa cih Mah?" "Ah nggak Sayang, sana main aja dulu, nanti kalau udah jam makan siang, Mamah panggil ya ... Mamah mau telepon Om Lingga dulu," jawabku.Raina pun kembali bermain di dalam kamar bersama Mbok Darmi."Uhuh ... sudah jam sebelas siang nih Bu, tapi Mas Lingga belum juga nongol orangnya," gerutuku."Kemarin katanya pingin diundang, eh giliran sudah diundang nggak datang orangnya, di SMS nggak dibalas, ditelepon nggak diangkat, apa sih maunya itu orang?" ucapku dengan kesal.Setelah menunggu satu jam tepatnya jam 12 siang, akhirnya aku menerima sebuah pesan dari aplikasi berlogo hijau itu, dan kulihat memang dari Mas Lingga .Dia mengatakan akan datang setelah salat zuhur, katanya nanggung mau ke rumahku.Tak lama azan berkumandang dan lagi-lagi aku terhanyut dengan suara itu. Ya nggak salah lagi itu suara Mas Ariel yang syahdu."Sabar Arum, sabar kamu harus move on dari Mas Ariel," batinku.Segera kutunaikan salat dan setelahnya tak lama
"Cape ya Mas, kasihan makanya harus terlatih dari sekarang menghadapi anak yang aktif kaya mereka," ucapku yang menyindir Mas Lingga."Mbak, aku ke toilet sebentar ya," ucap Kiran."Oh ya, Ibu antar sekalian mau ke dapur, ayuk!" ajak Ibu dan Kiran mengikutinya dari belakang.Tinggallah kami berdua di taman belakang rumah ini, udaranya sejuk dan adem."Mengapa kamu Rum, apa kamu tidak nyaman dengan kehadiran Kiran di sini?" tanya Mas Lingga saat aku duduk menikmati udara yang sejuk dengan santai."Ya nggak lah Mas, buat apa aku merasa tidak nyaman, dia itu juga teman aku Mas," jawabku tanpa menatap wajahnya."Apa kamu nggak cemburu jika aku berteman dengan seorang wanita?" "Mas, ini kenapa kok nanya begitu, hallo ada apa sih? katanya mau nikah sama Mbak Kiran kok sekarang tanya aku cemburulah, aneh!"Saat aku hendak berdiri tiba-tiba mata kami beradu pandang. Wajah Mas Lingga yang rupawan hampir saja membuat hatiku bergejolak namun segera menghindar darinya, karena takut tidak bisa me
{Untuk itu sengaja aku ambil foto Ariel dan Lira pada saat mereka bersama dalam keadaan ... ya seperti dalam foto itu}{Seperti kamu lihat akhirnya rumah tangganya berantakan, tetapi aku belum puas karena dia masih bisa hidup dengan tenang karena dia masih memegang perusahaan itu, aku akan membuatnya bangkrut kembali}@Dion{Apa Lira tahu semua ini dan kebakaran itu untuk apa kamu menyuruhku untuk membakar butik itu}@Shakira{Itu supaya Lira tidak balik lagi ke Solo, karena aku tahu satu-satunya harta yang paling berharga adalah butik itu dan aku sudah mengasuransikan butik itu dengan nilai yang fantastis}{Hanya dengan meniru tanda tangan Lira yang bodoh itu, aku bisa mendapatkan keuntungan dua kali lipat, bahkan penjualan tiap bulan Lira tidak tahu kalau omzetnya sangat besar, aku hanya memberi seperempat hasil omzet di butik itu}{Aku hanya memanfaatkan Lira agar aku mempunyai banyak harta, sangat bodoh memang Lira, dia pikir dengan berhubungan dengan kamu Dion, uang semua lancar,
"Aku .... augh! ... aku hanya ingin menemui anakku Raina, Rum," jawabnya sambil menahan sakit di area vitalnya."Makanya jangan kaya maling ngendap-ngendap gitu, sakit toh, sebelum nikah sama kamu, dulu Arum ini sering berkelahi dengan preman jadi nggak salah dong untuk membela diri sama orang yang nggak waras kaya kamu!" jawab Ibu dengan sewot."Terus kenapa mau ketemu Raina malam-malam, masih ada waktu lain bisa pagi atau siang, lagian juga kenapa baru sekarang nggak dari dulu ?" tanyaku kesal."Aku tahu Mas, niatmu ke sini bukan mencari Raina anakmu, karena kamu tidak menyayanginya, katakan sebenarnya apa maumu Mas?" tanyaku lagi dengan tatapan nyalang."Sebenarnya aku hanya ingin melihatmu Rum, tak ada lagikah rasa sayangmu, apakah kamu tidak mencintaiku lagi, apa karena kamu sudah dekat dengan si Lingga itu?" "Apa pedulimu Mas, kita sudah nggak punya ikatan apa pun, terserah aku mau dekat dengan siapa pun, itu bukan urusan kamu lagi," jawabku lantang."Ada Rum, ada urusannya den
"Baik, begini sebenarnya rahasia yang kami pendam selama ini adalah tentang kematian Mas Bram suaminya Mbak Sukma.""Maksudmu apa Mas dengan kami, dan apa hubungannya denganku?" tanyaku penasaran."Begini Rum, sebenarnya Mas Bram bukan meninggal karena jantungan, tetapi Lira telah melenyapkannya di rumah sakit atas persetujuan aku dan Mamah.""Begitu juga dengan almarhum Papah kami yang telah membuat Papah mendadak serangan jantung.""Biadab kalian aku sumpahin kalian juga mati seperti itu, buat apa kalian melakukannya, apa semua ini karena merebutkan harta warisan, hah?" ucap Ibu emosi."Lantas, mengapa kalian melakukan itu?""Kami khilaf karena Papah waktu itu hanya menyerahkan sebagian besar harta warisan itu kepada kamu, kami pun tidak rela jika harusberbagi, bahkan kami sebagai anak kandungnya sendiri hanya mendapat sedikipun"Kami membuat rencana gimana supaya Papah mendapat serangan jantung, maka dengan sengaja kami membuat masalah dengan membakar salah satu kantor Papah yang
"Kamu tau Rum, sebenarnya Lira selain berselingkuh dengan karyawanmu bernama Dion ternyata dia juga menjajakan dirinya ke pria hidung belang, bahkan Mamah yang mengaturnya.""Aku hampir dijual juga oleh Mamah, tapi karena melihat diriku tidak terawat orang itu tidak jadi memakaiku, makanya untuk menyambung hidupku aku berjualan gorengan di teras rumah kontrakan itu.""Mbak kenapa nggak kerja di kantorku saja, Mbak masih punya hak di sini?""Aku malu Rum, aku ingin hidup mandiri, aku sadar selama ini aku telah membantu Mamah dan Lira untuk menjatuhkanmu, sekarang lihat Rum, Mamah dan Lira tidak perduli denganku.""Tunggulah sebentar Mbak, setelah pemakaman ini berakhir, akan kulakukan sesuatu untukmu Mbak Sukma," jawabku dengan tatapan sendu melihatnya tanpa gairah hidup.Tepat jam 10.00 pagi jenazah Mas Ariel sudah selesai dimandikan dan segera dibawa pulang oleh pihak keluarga.Tak lupa di rumah kontrakan sudah disediakan tempat karena sebelumnya Mas Lingga sudah menginformasikan kep
"Mbok terima kasih ya, sudah bela Arum di depan mereka," ucapku sambil memegang tangan Mbok Darmi."Sama-sama Neng, supaya mereka tahu mana yang benar mana yang salah, jangan sampai menjadi gibah dosa juga kalau kita tidak meluruskan masalah padahal kita tahu sebenarnya.""Ya sudah Mbok tinggal dulu, mau ke depan sebentar!""Iya Mbok!""Apa yang kamu pikirkan Arum?" tanya Mas Lingga yang tiba-tiba datang dari depan dan membuyarkan lamunanku."Eh, Mas Lingga kaget in aja, nggak ada apa-apa.""Terus kenapa melamun?""Arum lagi mikirin Mamah dan Lira sampai sekarang belum ada kabar, ini sudah jam 10 malam, anak buah ibu juga tidak ada berita, memang ke mana mereka, atau kita lapor polisi saja ya Mas?""Kalau kita lapor polisi nggak bakalan ditanggapi karena belum 1 x 24 jam, bisa jadi mereka lagi ke tempat teman-temannya.""Mas, apa mungkin dia sama Shakira atau Dion ya?""Ponsel mereka apakah masih aktif?""Tadi sih masih aktif, coba aku telepon lagi."Aku menekan nomor ponsel Ibu dan t
"Innalilahi wainalillahi roji'un," jawab mereka serentak."Baru kali ini sih ada kejadian seperti itu, biasanya di daerah sini aman-aman saja, iya toh Bu,?""Saya kebetulan tadi sore sedang lewat habis dari pasar nah kalau magrib memang jalanan agak sepi, ya saya lihat ibu itu masih sadar tangannya melambai seperti minta tolong, lalu saya panggil warga di sekitarnya langsung kami bawa ke rumah sakit dan saya juga yang melaporkan kejadian itu ke pihak yang berwenang," terang Pak Warjito kepada kami."Baiklah Pak, kami pulang dulu sudah malam, sekali lagi terima kasih Pak atas penjelasannya, kami pamit pulang Pak.""Sama-sama, saya juga terima kasih sudah di antar pulang ke rumah," jawabnya sambil tersenyum."Assalamualaikum!""Walaikumsalam! “Kami pun pergi dari rumah itu, tetapi kami belum bisa menemukan titik terang ke mana perginya Lira dan sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka?"Apa yang kamu pikirkan Rum?"Aku diam sebentar menerawang semua kejadian, mataku letih melihat peris