Tepat jam dua malam dini hari, Davino baru bisa menginjakan kakinya dirumah. Rumah sudah nampak sepi dengan hanya penerangan cahaya rembulan dan lampu yang menembus gorden, suasana begitu sunyi dan temaram, bahkan hanya terdengar suara detakan jam dinding juga langkah kaki Davino.
Sepertinya Samira sudah terlelap dalam mimpinya, Davino melangkah masuk dengan mengendap ke dalam kamar, langkahnya benar-benar hati-hati. Dia tidak ingin mengganggu ketenangan Samira.Davino itu perfeksionis, meski lelah dia tidak pernah langsung tidur di ranjang sebelum membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Dia sangat mencintai kebersihan. Setelah sudah membersihkan diri akhirnya Davino mulai merebahkan tubuhnya yang terasa lelah."Kamu cantik juga Mir, " Senyum Davino kala dia menatap wajah Samira yang begitu tenang dalam mimpinya, mulutnya sedikit terbuka. Dan entah keberanian darimana, ibu jari Davino terulur untuk membelai bibir kenyal sang istri.Samira tampak cantik dengan atasan yang simple dengan tali di area pinggul, dan juga rok crinkle sebatas lutut, bagian pinggulnya terbentuk sempurna dan terlihat semakin anggun. Tepat seperti yang dikatakan Davino. Kini mereka sudah ada di kediaman Deby dan Raja untuk memenuhi undangan makan malam bersama. Hal yang biasa Davino lakukan meski tidak sering, namun ini menjadi hal yang pertama bagi Samira untuk datang ke kediaman keluarga yang masih asing untuknya. "Sudah sejak dua bulan yang lalu kita tidak makan malam bersama, Om banyak sekali pekerjaan dan baru bisa meluangkan waktu sekarang. " Kata Om Burhan selaku ayahnya Deby dan Raja. Dan dari situ Samira baru tau jika ketampanan di wajah Raja turunan dari sang Ibu yang asli Jepang. Perpaduan Jepang dan Indonesia menghasilkan produk bagus seperti Raja dan kakaknya. Begitu fikir Samira. "Iya Om, aku juga kebetulan akhir-akhir ini cukup sibuk." Timpal Davino. "Ini ponakanmu dari Indonesia? Cantik sekali Samira. " Puji Om Burhan p
Sementara, diamnya Samira menjadi kemajuan bagi Raja. Raja menganggap jika Samira juga menginginkannya. Dari mata Samira seolah sudah menjelaskan itu semua. Raja memberanikan diri untuk menangkup kedua pipi Samira dan membelai nya dengan lembut dengan rasa sayang. Mereka memejamkan matanya bersamaan. Samira terhanyut begitu saja, fikiran nya mendadak kosong dan hanya bisa pasrah dengan suasana yang dibawa Raja. Cupp… "SAMIRAAAA!!!! " Bentak Davino begitu keras membuat kecupan antara bibir Raja dan Samira terpisah seketika. "O.. Om? " Jujur saja, melihat mata Davino yang seolah sedang menguliti nya hidup-hidup, membuat perasaan Samira bergetar ketakutan. Ada rasa panik yang menyerangnya begitu saja. Davino menyeramkan saat menatapnya penuh dengan amarah. "PULANG!!! ""DAN KAMU RAJA!! SAYA MEMANG MEMINTA BANTUAN MU UNTUK MEMBIMBING DAN MEMBANTU SAMIRA. TAPI BUKAN BERARTI KAU BISA MENGAMBIL KEUNTUNGAN DARINYA!! " Davino menatap tajam Raja, tangannya menarik kerah baju Raja. Sampai k
"Akhh Om!! Sakit Om!!. ""Aakkkkkhhhh sakittttt.. Jangan di gigit Om… hiksss… " Samira memohon sambil terisak. Entah iblis apa yang sedang merasuki Davino, kini justru Davino semakin menggila saja kala memainkan pucuk boba nya itu, apalagi gigitan Davino terasa semakin kencang dan itu benar-benar perih. "Kita cerai saja Om! Hiksss.. "Deggh.. Davino langsung tersadar dari kegilaannya, dia langsung menghentikan aksinya. Mata yang tadi terbalut emosi kini berubah jadi sendu ketika Davino melihat sendiri, betapa kusut dan kacaunya Samira di bawah tubuhnya. Banyak bercak kemerahan di bagian leher sampai dada, bibir Samira juga terlihat membengkak. Apalagi kini Samira sedang menangis. Sungguh Davino tidak pernah sekacau ini sampai melampiaskan semua kekesalannya pada Samira, gadis yang bahkan belum pernah mengenal hubungan seks itu. Trauma? Semoga Samira tidak sampai di tahap itu. Davino sadar, untuk hal pertama kali. Harusnya dia memperlakukan sang istri dengan lembut, bukan bertingka
"Samira.. Kok pakai baju atasan? Buka saja. Ingat kata Barta tadi. ""OM MESUM!! "BUGHH… . . "Awhhh kok saya di pukul Mir? " Tanya Davino keherenan, pasalnya apa yang salah dengan ucapannya barusan? Jika diingat tidak ada yang salah dengan itu, karena Davino hanya mengingatkan Samira tentang pesan dari dokter Barta, dan itu semua demi kesembuhan Samira kan? "Tapi tatapan Om itu tidak bisa bohong!! Om ngomong sambil menatap mupeng dada aku. Yakan?!! " Pelotot Samira. Nampaknya ada yang geram dengan hal barusan. Ya memang! Siapa yang tidak ingin melihat langsung benda kenyal yang kembar itu? Davino itu lelaki normal. Jadi wajar saja jika dia ingin melihat kepunyaan istrinya. Ibarat kata kesempatan dalam kesempitan. "Mupeng? Muka gepeng?! " Tanya Davino. Bahasa apa itu? Dasar alay. "Muka pengen! ""Pengen apa? ""Pengen lihat punya aku lah! Iya kan?!""IYA!! Oh astaga Tidak!! Maksud ku tidak Samira cantik.. ""Iya atau tidak?!! " Ulang Samira dengan raut wajah mengintimidasi. Bahka
Davino membalikkan tubuh Samira, kemudian kedua tangannya menyelinap di bagian ketiak dan mengangkat tubuh sang istri untuk duduk di atas meja. Dengan begini, Davino bisa melihat dengan jelas setiap tetesan susu yang menetes dari ujung kuncup Samira, bukan karena Samira sudah mengeluarkan asi. Melainkan karena susu kotak yang sengaja Davino sembur kan ke arah tubuh istrinya, nakal! Begitu batin author. Glekhhh… Lagi-lagi. Davino menelan salivanya susah payah. Pemandangan seperti ini yang selalu ia bayangkan sebelumnya. Samira sangat menggoda, apalagi wajahnya terlihat pasrah dan menahan malu, pipinya merona seperti tomat yang menggemaskan. "Biarkan aku membersihkannya. " Davino mengangkat dagu Samira, agar pandangan mereka sejajar. Meski Samira duduk di atas meja, namun tetap saja kepala nya harus mendongkak kala menatap manik mata Davino yang semakin terlihat gelap. membuat Samira semakin tersihir dan dibaluti rasa gugup yang luar biasa. Samira mengangguk menyetujui Davino. Sepe
Ketika Raja menatap Samira penuh khawatir, berbanding terbalik dengan Deby yang menatap curiga pada Davino. Kalau benar dugaan nya apa itu kissmark? Dan siapa pemilik jejak itu? Apakah Davino atau pria lain? Tapi siapa jika pria lain itu? Bukankah Raja pernah mengatakan jika Samira tidak memiliki teman selain dirinya? Shit! Nampaknya Deby sangat tidak tenang memikirkan itu semua. "Aku alergi kacang. Jadi leherku akan memerah dan terasa gatal. " Bohong Samira. "Syukurlah jika itu alergi, padahal hampir saja aku berfikir itu adalah kissmark. " Deby terkekeh seraya menatap Davino yang berekspresi datar. "Sudah selesai. Pulanglah, Samira harus istirahat. " Ujar Davino seraya berdiri. Jika sudah begitu Deby tidak memiliki alasan lagi untuk berlama-lama disini. "Baiklah kalau begitu kami permisi, aku mewakili Raja sangat memohon maaf padamu Dav dan Samira. ""Pulang saja By, sorry. " Davino segera melangkah ke ambang pintu dan membuka pintu dengan lebar. Dengan berat hati, Raja meningg
Setelah puas memainkan kedua aset kembar Samira, tangan Davino mulai berani menjalar semakin turun ke bawah sana. "Akhh Om.. Jangan yang itu. " Tangan Samira mencegah jemari Davino untuk tidak mengelus dibawah sana. Sumpah demi apapun, rangsangan nya jadi seribu kali lipat saat di sentuh. Menghantarkan rasa geli, tegang dan penasaran. Davino sama sekali tidak mengindahkan permohonan sang istri, justru dia semakin gencar mengelus lembut sesuatu dibawah sana yang terasa hangat dari balik celana Samira. "Akhhh… " Lenguh Samira tertahan, Davino benar-benar membuatnya menginginkan sentuhan yang lebih dari ini. Ternyata dunia orang dewasa seenak ini, pantas saja Samira selalu penasaran akan hal baru yang masih sangat asing untuknya. Mendengar lenguhan sang istri membuat Davino yang sedang menyusu itu mendongak ke atas, buliran keringat terlihat dari pelipis dan leher Samira, pasti Samira sangat gugup. Tapi matanya terpejam seraya masih menggigit bibir bawahnya, seolah sedang menahan gej
"Bagaimana ujiannya? " Tanya Davino datar, sejujurnya dia masih kesal dengan ucapan Samira semalam. Tapi tetap saja melihat Samira yang baru saja pulang membuatnya sedikit penasaran, bagaimana istrinya menjalani proses ujian? Apakah lancar atau terasa sulit? "Lancar dong Om.. Heheheh aku gak nyangka kalau aku lancar menjawab soal, otakku benar-benar encer, padahal semalam butek banget." Kekeh Samira. Iya! Padahal dia sudah pesimis saja, semalam sebelum mereka melakukan hal intim, Samira malah merasa sulit untuk memahami setiap pelajaran, bahkan sesuatu yang sudah ia pelajari kemarin lupa begitu saja. Dan bahkan, tadi pagi dia tidak mengulang belajarnya, tapi syukurlah keberuntungan sedang berpihak padanya. Nyatanya Samira melaksanakan ujiannya dengan lancar jaya. "Syukurlah kalau begitu, itu pasti karena tangan saya yang sudah servis kamu sampai keenakan. ""Ih Om ngomongnya vulgar banget. " Celetuk Samira. Sementara Davino hanya tersenyum kecil saja. Seolah tidak ada lagi jawaban