Share

#2

Author: Amey maharani
last update Last Updated: 2024-01-31 16:54:36

Laras menatap dirinya dari pantulan cermin di depannya, ia terlihat cantik dengan kebaya putih dengan rambut yang di sanggul, tatanan khas pengantin.

Ia tersenyum karena sebentar lagi, ia akan menikah. Namun, seketika senyum itu menghilang saat mengingat pengantin pria tak mencintainya.

Awalnya, dia memang menolak untuk menikahi lelaki yang bernama Abian Dirgantara Prayoga, karena dia tak mengenali lelaki itu.

Yang hanya ia kenali adalah ibu Gandari, mama dari Dirga. Karena setelah ayahnya meninggal, beliaulah yang membiayai seluruh kebutuhan dan pendidikannya sampai sekarang.

Tentu saja dia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada ibu Gandari, karena sudah mau memenuhi semua kebutuhan dan membiayai pendidikannya sampai dirinya masuk kuliah.

Yang dia tahu, ibu Gandari adalah majikan dari ayahnya. Ya, dulu sebelum meninggal ayahnya bekerja di rumah ibu Gandari sebagai supir mereka. Ia berpikir kalau apa yang di lakukan ibu Gandari adalah sebagai bentuk kompensasi, karena ayahnya meninggal saat menjalankan tugasnya.

Laras dikejutkan dengan kedatangan ibu Gandari beberapa Minggu yang lalu. Karena, ibu Gandari sama sekali tidak pernah menemuinya, ibu Gandari hanya mengiriminya uang tanpa repot-repot ibu Gandari datang.

Ia mengira ibu Gandari datang hanya untuk mengunjunginya, namun dugaanya salah. Ibu Gandari datang untuk meminta dirinya menikah dengan anaknya.

Tentu saja dia menolak dengan tegas. Karena Laras merasa umurnya masih terlalu muda untuk menikah, bahkan dirinya belum menggapai cita-citanya. Lagi pula, dia tidak kenal dan tak mencintai lelaki itu.

Namun saat ibu Gandari  menunjukkan surat wasiat dari ayahnya, yang tertulis dirinya harus menikah dengan lelaki yang bernama Dirgantara Prayoga, ketika dirinya sudah berumur 19 th.

Setelah melihat surat itu, Laras mau tidak mau dia harus menikah di usianya yang masih muda.

Laras mau menikah dengan Dirga dengan catatan dirinya masih tetap melanjutkan kuliahnya dan ingim menggapai cita-citanya.

Tentu saja ibu Gandari menyetujui permintaan Laras. Karena beliau juga sangat mendukung keinginan Laras yang masih ingin menimba ilmu dan menggapai cita-citanya.

Sebenarnya Laras ragu dengan pernikahan ini, apalagi melihat sikap Dirga yang terkesan dingin terhadapnya.

Ia takut, Dirga akan bersikap tidak baik terhadapnya setelah mereka menikah nanti. Namun Laras segera menepis pikiran buruk itu, dan berusaha berpikiran positif.

Laras hanya bisa berdoa, agar pernikahan mereka langgeng sampai mereka memiliki anak dan cucu nanti.

Ya, karena bagi Laras, pernikahan hanya sekali untuk seumur hidup. Jika memang Dirga jodohnya, tidak ada salahnya kan dia berjuang dalam pernikahannya nanti.

Meskipun ia tahu itu tidak akan mudah, tetapi apa salahnya mencoba? bukankah, cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu?

Laras sangat yakin suatu hari nanti mereka bisa saling jatuh cinta dengan seringnya mereka berinteraksi.

Setelah menikah, Laras bertekad untuk bisa mengambil hati Dirga dan akan berusaha menjadi istri yang baik untuk lelaki itu.

"Kamu cantik sekali sayang." Ucapan ibu Gandari berhasil membuyarkan lamunan Lara.

Laras langsung menoleh ke asal suara dan menjawab ucapan ibu Gandari dengan senyuman yang teramat manis darinya.

"Terima kasih Ma," ucap Laras tersipu malu.

"Duh, gemasnya. Ya sudah, ayo kita segera keluar! Dirga sudah menunggumu dari tadi."

Laras mengangguk dan membiarkan mama mertuanya menggandengnya untuk keluar dari kamarnya.

Saat keluar, Laras bisa melihat banyaknya orang untuk bisa melihat hari yang bersejarah untuk mereka berdua.

Laras pikir, yang datang hanya beberapa orang saja. Namun, ia tak menyangka jika yang akan datang sebanyak ini dan tidak sesuai dengan permintaan Dirga.

"Tenang saja sayang, jangan gugup. Maaf jika mama mengundang banyak tamu. Awalnya mama hanya ingin mengundang inti keluarga saja! namun, sebagian mereka merasa iri karena tidak di undang, makanya mereka nekat datang meskipun tak di undang. Mereka sangat penasaran, dengan gadis yang akan di nikahi oleh anak mama satu-satunya."

Laras hanya mengangguk dan tersenyum kikuk. Jujur dia sangat gugup, karena tatapan mereka tertuju hanya kepadanya.

Bahkan Laras bisa mendengar bisikan-bisikan yang tengah ia dengar. Ada yang menggunjing, ada juga yang memuji Laras.

Tetapi Laras sama sekali tak memikirkan, kini fokusnya hanya tertuju pada seorang lelaki yang sangat tampan dengan jas yang di pakai-nya.

Siapa lagi, kalau bukan Dirgacalon suaminya. Tak dapat di pungkiri kalau Dirga memang sangat tampan. Laras berusaha tersenyum manis, walaupun nampak canggung.

Ia tetap menampilkan senyum terbaiknya. Sejenak Dirga terdiam saat melihat senyum yang Laras pamerkan.

Untuk sesaat dirinya terpesona dengan senyum manis itu, namun dia segera mengalihkan pandanganya karena ia tak ingin Lara mengira kalau dirinya menerima pernikahan.

Melihat Abi langsung mengalihkan pandangan, seketika itu senyum manis yang menghiasi wajahnya menghilang.

Laras segera duduk di samping suaminya, pak penghulu segera mengulurkan tangan Dirga dan menuntun Abi untuk mengucapkan Ijab Qabul.

Sah....

Terdengar suara serempak mengucapkan kata sah, saat Dirga sudah berhasil mengucapkan ijab dengan benar dan lancar.

Semua berdoa untuk kebahagiaan kedua mempelai. Ibu Gandari memeluk menantunya, dengan sangat erat.

"Selamat ya sayang, Mama berharap kamu mau bersabar dalam menghadapi sikap Dirga! Mama yakin, kamu bisa meluluhkan hati Dirga." Ucap Ibu Gandari.

"Doakan yang terbaik untuk kami Ma, dan terima kasih karena sudah mau menerima saya sebagai menantu mama."

Ibu Gandari mengangguk dan kembali memeluk menantunya ini. Ibu Gandari berharap, Laras bisa bertahan di sisi Dirga dan bisa meluluhkan hati anaknya itu.

___

Laras tangah duduk di pinggir ranjang, ia menunggu sang suami datang menghampirinya di kamar.

Ya, laras memutuskan untuk kembali ke kamarnya terlebih dahulu. Karena mama mertuanya menyuruh dirinya untuk beristirahat.

Karena merasa lelah Laras pun mengikuti perintah sang mama. Setelah sampai di kamar, Laras langsung membersihkan tubuhnya dan kini dia tengah menunggu sang suami dengan jantung yang berdetak dengan sangat kencang.

Iya, tak lama Laras masuk ke dalam kamar, Dirga juga ikut masuk. Karena melihat Dirga yang hanya diam dan menampilkan wajah datar, Laras memutuskan untuk pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.

Saat keluar dari kamar mandi, ia bisa melihat suaminya itu tengah menikmati nikotin di balkon kamar mereka.

Laras segera masuk kedalam ruangan kusus pakaian tanpa Dirga sadari. Saat ingin mengganti bajunya, Laras tercengang saat melihat baju-baju yang tak layak pakai.

Bukan tak layak karena rusak! hanya saja, baju itu terlalu terbuka. Bahkan, baju itu tidak bisa di sebut baju.

Laras mencari baju yang menurutnya tertutup. Meski sama saja, tapi baginya ini jauh lebih baik dari pada yang lain.

Setelah memakai bajunya, Laras keluar dari ruangan itu dan dia mendengar suara gemericik air, pertanda suaminya itu tengah berada di dalam kamar mandi.

Laras memutuskan untuk duduk di tepi ranjang,

Jantungnya berdebar sangat kencang menanti kedatangan sang suami. Ini adalah malam pertama baginya, dan dia benar-benar merasa gugup.

Ia berharap, ini akan menjadi malam pertama yang indah baginya. Meskipun umurnya masih 19 th, namun, dirinya cukup mengerti akan hal itu.

Meskipun dia belum siap, Laras akan berusaha melayani suaminya dengan sangat baik. Dia akan berusaha untuk menjadi istri yang baik, agar Dirga tak kecewa kepadanya.

Ceklek

Laras langsung menoleh ke arah pintu, ia bisa melihat suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dirga menatap tajam kearah Laras yang juga tengah menatapnya.

Dirga melihat laras yang langsung berdiri saat dirinya keluar dari kamar mandi, ia bisa melihat Laras yang tengah gugup dengan kedatanganya.

Dirga tersenyum sinis melihat laras, yang memakai gaun tipis dan mencetak lekuk tubuhnya yang terlihat menggiurkan.

"Mama memang tidak pernah mengecewakan, jika membelikanku mainan," ucap Dirga remeh sembari menatap Laras dari atas sampai bawah.

Dia berjalan mendekati Lara, "Dengar, dengan kau berpakaian seperti ini, tak akan pernah bisa membuatku tergoda! Jadi, jangan pernah memamerkan bentuk tubuh jelekmu ini."

Laras yang mendengar ucapan Dirga, seketika menatapnya tak percaya. Dia benar-benar tak percaya, jika Dirga bisa berbicara sepedas ini terhadapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   Mengincar

    Paginya Dirga membawa Laras pulang, karena istrinya itu meminta untuk pulang. Padahal, Dirga masih ingin menghabiskan waktu bersama istrinya itu. "Duh, yang habis bulan madu." Sambut Gandari. "Ma, apa kabar?" Laras langsung menghambur memeluk mama mertuanya. Laras lega, karena ia sudah kembali ke rumah ini. Jujur, dia masih terbayang-bayang tentang apa yang tengah terjadi padanya waktu di Bali kemarin. Meski, Dirga sudah menghiburnya dan membawanya jalan-jalan. Bahkan, ia sempat lupa dengan kejadian itu. Tetap saja Laras merasa takut, jika Dirga akan meninggalkan nya sendirian seperti waktu itu. Membayangkan saja Laras tak berani. Sebab itulah, ia terus mendesak agar suaminya itu segera membawa pulang. Setidaknya, Dirga takkan berani macam-macam jika ada mama mertuanya ini. "Mama baik Sayang! bagaimana bulan madunya? Mama sudah gak sabar, mendengar kabar baik dari kamu." "Doakan saja ya Ma," jawab Laras dengan kikuk. Ia tahu betul apa yang dimaksud oleh mertuanya itu

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   Sikap Dirga

    "Yah, gak kena!" gumam Laras sedikit kesal. Padahal, ini sudah bola ke tiganya dan lagi-lagi dia gagal melempar bola itu, mengenai papan sebagai sasarannya. "Cih, begitu saja tidak bisa!" cibir Dirga yang sudah berada di samping Laras. "Memangnya Om bisa?" "Tentu saja bisa!" "Ck, coba buktikan!" tantang Laras dan langsung di tanggapi oleh Dirga. "Ok," jawabnya Dirga dengan menggulung lengan kemejanya sampai batas siku. "Mana bolanya!" Dirga mengulurkan tanganya. Dengan setengah kesal, Laras memberikan bola itu pada Dirga. Setelah mendapatkan bola itu, Dirga langsung bersiap dan melempar bola itu, ke arah papan sasaran. Dak "Yes!" Dirga mengepalkan tanganya dan bersorak senang, karena berhasil menjatuhkan papan itu. "Lihat kan, aku berhasil!" ucap Dirga bangga dan segera menerima hadiah boneka. "Wah, hebat! sini bonekanya!" Laras langsung ingin mengambil, boneka beruang yang berukuran besar, namun dengan segera Dirga menjauhkan boneka itu. "Om, kasih aku aja

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   Teman lama

    Dirga mengepalkan kedua tanganya, menahan amarah saat melihat sosok laki-laki yang sangat dia benci. "Dafi, kau ada di sini?" tanya Dirga setelah berhasil meredam amarahnya. "Ya, aku sedang pergi jalan-jalan. Aku juga tak menyangka bertemu dengan mu di sini!" ucap Dafi, lalu menatap pada sosok gadis mungil yang berada di samping teman kuliahnya dulu ini. "Dia siapa?" tanya Dafi penasaran. "Dia Laras, istri ku!" Dirga memperkenalkan Laras sebagai istrinya. "Istri? kapan kau menikah, kenapa tak mengundang ku?" ucap Dafi, lalu mengulurkan tanganya pada Laras. "Aku Dafi, teman lama Dirga!" "Laras Om!" jawab Laras menerima uluran tangan Dafi. "Wah, apa Aku terlihat setua itu? sampai aku dipanggil Om?" Dafi tertawa, merasa tak percaya jika dirinya dipanggil Om. Apalagi, yang memanggilnya adalah istri dari Dirga, temannya. Laras mengerutkan keningnya dan menatap Dafi dengan bingung. "Kalau aku tak memanggil Om, lalu aku harus memanggil apa?" tanya Laras polos. Padahal, men

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   #19

    "Ha?" Laras terkejut dengan ucapan dari lelaki yang sudah menyandang sebagai suaminya ini. "Kenapa? apa tidak boleh, aku ingin bersama dengan istriku?" tanya Dirga menaikkan sebelah alisnya. Rasanya gemas sekali melihat wajah terkejut Laras. Tidak buruk juga, dia memutuskan untuk tetap tinggal. Selain karena ingin menebus rasa bersalahnya, ia juga tak ingin kesepian, karena Ratih sedang pergi bersama dengan teman-teman nya. Dirga pikir, tak buruk memiliki istri dua. Jika yang satu tak dapat menemani, maka dia bisa pergi ke istri yang lain. Jadi, dia tidak akan kesepian. Ah, sungguh indah dunia ini jika memiliki istri dua seperti ini. Dirga terkekeh, dengan pikiran konyolnya. "Kenapa Om tertawa?" tanya Laras heran melihat Dirga yang tiba-tiba tertawa sendiri. "Tidak ada! kamu memangnya tidak senang, jika aku di sini menemani mu?" tanya Dirga penasaran. "Senang sih, tapi...." "Tapi apa?" "Ah, sudahlah, lupakan! jika Om ingin di sini ya silahkan! atau sebaiknya kita

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   Maafkan Aku

    Setelah sarapan, Dirga langsung mengajak Laras untuk kembali ke Jakarta. Kini mereka sudah sampai di hotel, membuat kening Laras mengkerut bingung."Om, kenapa malah ke hotel dan tidak langsung pulang saja?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Laras, membuat Dirga menghembuskan nafas pelan.Ia memandang Laras dengan dalam, tatapan mata Dirga kemudian tertuju pada sudut bibir Laras yang terluka."Apa kau ingin mama melihat lukamu itu?" tunjuk Dirga."Atau kau memang sengaja ingin menunjukkan lukamu itu pada mama, agar mama memarahiku dan menganggap aku melakukan kekerasan padamu!" Laras ternganga saat mendengar tuduhan Dirga. Sejurus kemudian dia mendengus dan menatap kesal pada Dirga."Apa, kenapa?" tanya Dirga dengan nada mengejek."Jika bukan karena Om, aku juga takkan seperti ini! sekarang, om seolah menyalahkan ku! sudahlah, cepat pergi dan temui kekasih mu!" usir Laras yang sudah muak dengan sikap Dirga yang seenaknya.Dari pada berdebat, lebih baik dia beristirahat. Ka

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   #17

    Dirga masih terdiam dan mendengarkan Laras berbicara. Jujur, dia sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada gadis itu.Apalagi, ada bekas luka di sudut bibirnya. Ia yakin, pasti terjadi sesuatu padanya. Laras mengambil nafasnya dalam lalu membuangnya dengan kasar.Ia menatap tepat pada kedua bola mata kecoklatan milik suaminya itu. "Apa Om tahu? setelah Om meninggalkanku, tasku dicopet. Aku kehilangan semua uang dan akses untuk masuk ke dalam hotel!" Laras menjeda kalimatnya."Aku sudah berusaha mengejar copet itu, namun sial copet itu berhasil kabur. Lebih sialnya lagi, aku mengejar copet itu terlalu jauh, sampai-sampai aku lupa jalan untuk kembali ke hotel. Coba bayangkan, betapa takutnya aku saat itu? aku tidak kenal dan sangat asing ditempat ini Om! dan semalam...." Laras menghentikan ucapannya karena mengingat kejadian tadi malam.Rasanya tak kuasa untuk menceritakannya. Dengan kasar, ia mengusap kasar air mata yang menetes di pipinya. "Sudahlah, mana mungkin Om peduli

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   #16

    Dirga sampai di Bali, sekitar pukul 9 pagi. Tujuan utamanya adalah hotel tempat ia menginap bersama Laras.Dirga berusaha memencet bel pintu. Namun, beberapa kali ia mencoba, pintu tak kunjung terbuka. "Kemana dia?" gumamnya, hingga ia melihat salah satu karyawan hotel, yang berjalan mendekat kearahnya."Mas, lihat penghuni kamar ini nggak?" tanya Dirga saat karyawan itu, ada di dekatnya."Maaf Pak, setau saya kamar ini sudah kosong!" Mendengar hal itu, membuat nya heran dan penasaran. Ia lalu memutuskan untuk bertanya pada pihak resepsionis."Selamat pagi Pak Dirga, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu dengan ramah.Ya, resepsionis itu mengenal Dirga. Karena, Dirga adalah salah satu pemegang saham di hotel ini. Dirga hanya menganggu dan bertanya tentang Laras."Nona Laras tidak ada kembali sejak dua hari yang lalu Pak! untuk barang anda, masih berada di dalam kamar!" jelas resepsionis itu."Kau yakin?" tanya Dirga meyakinkan."Iya Pak," jawab resepsionis itu dengan yaki

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   #15

    Dua hari sudah berlalu, Dirga dan Ratih masih menikmati masa-masa pengantin baru. Kini, mereka tinggal di apartemen Ratih.Apartemen ini, Dirga hadiahkan untuk kekasihnya di hari ulang tahun wanita itu tahun lalu. Mereka memutuskan untuk, tinggal disini sampai rumah baru mereka selesai dibangun.Ya, Dirga memang sudah menyiapkan rumah untuk mereka tinggali jauh-jauh hari. Sembari menunggu, mereka tinggal di sini."Sayang masak apa?" tanya Dirga yang memeluk Ratih dari belakang."Masak nasi goreng kesukaan kamu!" jawab sambil terus mengaduk nasi yang masih ada di dalam wajan.Dirga terus mengendus leher sang istri, bahkan sesekali ia menghisap dan menggigit gemas leher Ratih."Dirga!" panggil Ratih, dengan desahan tertahan."Kenapa?" tanyanya dengan suara serak.Seketika itu, Dirga langsung membalikkan tubuh istrinya agar menghadapnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung meraup bibir yang sudah menjadi candunya itu."Dirga stop, aku sangat lapar! kita sarapan dulu ya," Ratih mendorong tub

  • Terjebak Pernikahan Tanpa Cinta   #14

    Laras hanya diam menikmati adegan yang ada di hadapannya itu. Laras mengambil kesimpulan, kalau wanita itu adalah Ratih, kekasih suaminya.Ada rasa sedikit nyeri di hatinya, saat melihat bagaimana Dirga memperlakukan wanita itu dengan lembut.Apalagi, Dirga terlihat begitu tak rela melihat wanita itu menangis. Tangan nya begitu lembut, mengusap wajah wanita itu.Sangat jelas di matanya, Dirga begitu hati-hati menyentuh wajah cantik itu, seolah takut akan melukai wajah mulus nan cantik itu."Om," panggil Laras saat melihat Dirga mengejar wanita itu yang berlari keluar dari warung makan ini.Dirga tak menghiraukan panggilan Laras. Yang ada di pikirannya saat ini, hanyalah Ratih. Dia tak ingin terjadi sesuatu pada kekasihnya itu.Apalagi, Ratih berlari begitu kencang dengan emosi yang tak stabil. "Yah, kok aku ditinggal!" gumamnya dan hendak mengejar Dirga."Tapi, kalau aku ngejar, yang ada masalah jadi runyam!" gumamnya lagi dan lebih memilih untuk mendudukkan tubuhnya kembali.Laras l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status