Dirgantara Prayoga 30th, terpaksa menikahi Larasati gadis yang berusia 19th karena sesuatu hal yang Dirga tak tahu. Dirga tentu saja menolak menikahi gadis yang jauh di bawah umurnya, apalagi dia memiliki kekasih yang bernama Ratih, yang sangat ia cintai. Tetapi mamanya tetap memaksa agar dia mau menikah dengan Laras. Jika tidak, maka Mamanya tidak akan mau menganggapnya sebagai anak lagi. Dirga yang sangat menyayangi mamanya, tentu saja terpaksa menerima perjodohan ini. Sehingga membuatnya membenci Laras, bahkan selama pernikahan Dirga selalu memberikan luka kepada Laras. Namun, sikap itu tiba-tiba berubah. Yang tadinya tak peduli dengan Laras, Dirga justru lebih perhatian dan menunjukkan kasih sayangnya. Karena perubahan itulah, perlahan cinta itu tumbuh. Namun, siapa sangka? dibalik perubahan sikap Dirga, ada sesuatu yang bisa menyakiti Laras. Apa alasan perubahan sikap Dirga? akankah Laras, tetap bertahan, ketika ia tahu alasan itu?
View More"Pokoknya Mama tidak mau tahu, kamu harus menikahi Laras!" ucap seorang wanita yang berumur sekitar 50 tahun, dia tengah berdebat dengan putra semata wayangnya.
"Tapi Ma, mana mungkin aku bisa menikah dengan seorang gadis yang sama sekali tak aku kenali. Mama juga tahu kalau aku memiliki kekasih yang sangat aku cintai." Tolak pemuda tampan itu. "Mama tidak peduli Dirga! lagi pula Ratih sama sekali tidak cocok untukmu. Dan Mama sangat yakin, kalau Laras adalah gadis yang baik dan dia juga sangat cocok denganmu Dirga." "Tidak, aku tidak mau! Lagi pula apa keistimewaan dari seorang gadis yang masih bau kencur itu sih? Lihat saja badanya seperti triplek, dia sama sekali bukan typeku!" Dirga masih mencari alasan untuk bisa menolak menikahi gadis yang satu Minggu ini tinggal di rumahnya. Ya, seminggu yang lalu Mamanya yang baru saja pulang dari luar kota, tiba-tiba saja membawa seorang gadis yang masih berumur 19 tahun. Yang ia tahu, gadis itu bernama Larasati, atau biasa di panggil Laras. Bahkan semenjak kedatangan gadis itu mamanya terus saja memaksanya untuk menikah denganya. Padahal mamanya tau kalau dia sudah memiliki gadis pujaan hati, dan rencananya bulan depan ia ingin menikahi kekasihnya, yang bernama Ratih Wisesa. Tetapi mamanya masih saja tetap tidak setuju, mamanya malah semakin gencar memaksanya untuk menikahi gadis ingusan itu. "Baiklah..., Jika kamu tidak mau menikah dengan Laras dan masih tetap ingin menikahi Ratih, maka kamu bukan lagi anak Mama." "Ma!" Bentak Dirga tak terima, bisa-bisanya mamanya mengancam dengan ucapan yang tidak masuk di akal. "Apa? Jika kamu masih menyayangi Mama dan masih ingin Mama anggap anak, maka menikahlah dengan Laras!" tegas sang Mama dan tak bisa di ganggu gugat. Dirga menatap mamanya tak percaya, kini dia di hadapkan dengan pilihan yang sulit. Jika dia masih tetap melanjutkan keinginanya untuk menikahi Ratih, maka dia akan kehilangan mamanya yang sangat ia sayangi. Tapi jika dia menikahi Laras, maka dia akan kehilangan wanita yang sangat ia cintai. Dirga bingung, karena jujur dia tidak bisa memilih di antara dua wanita yang sangat ia cinta dan sayangi ini. "Bagaimana?" tanya mama karena Dirga, hanya diam saja. Dirga menghembuskan nafas kasar, ia menatap lekat wajah mamanya yang masih terlihat sangat cantik, meski usianya tak lagi muda. Sejak ia berumur 10 tahun, dia hidup berdua dengan mamanya. Karena papanya, pergi entah kemana? Jika dia menanyakan dimana keberadaan sang papa, mamanya tidak pernah menjawab melainkan hanya tangisan yang ia dapat. Sejak saat itu ia tak lagi menanyakan di mana keberadaan papanya. Dirga yang masih berumur 10 tahun, melihat bagaimana perjuangan mamanya untuk bisa menghidupinya hingga sampai sesukses sekarang. Di saat dirinya sudah sukses dan memiliki segalanya. Dirga memutuskan untuk mencari di mana keberadaan sang papa. Walau bagaimanapun, dia ingin papanya hadir di peenikahanya, jika suatu saat dia menikah. Namun, siapa sangka. Papa yang selama ini ia nanti kehadirannya di setiap harinya, ternyata sudah memiliki keluarga lain. Bahkan papanya meninggalkan dirinya dan mamanya karena wanita lain dan hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Dengan tega, papanya itu melupakanya dan mamanya. Sejak saat itu, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyayangi dan menjaga mamanya. Apapun yang mamanya katakan akan dia turuti, sebagai bukti baktinya kepada sang mama. Tetapi untuk kali ini, permintaan mamanya begitu sangat sulit baginya. Entah apa yang ada di pikiran mamanya, kenapa mamanya ini sangat ingin melihatnya menikahi Lara. Sampai-sampai mamanya tidak akan mau mengakui dirinya sebagai anaknya lagi, jika dia tidak mau menikah dengan Lara. "Baiklah, aku menyetujui untuk menikah dengan Laras. Tapi ada syaratnya, Mama harus menurutinya. Jika tidak, maka aku tidak akan mau menikah denganya." "Apa itu?" tanya Mama. "Setelah menikah, aku ingin kami tinggal di apartemen milikku. Untuk pernikahannya, aku ingin di adakan secara sederhana saja. Kalau perlu, hanya keluarga inti saja yang datang. Aku ingin pernikahan ini disembunyikan sampai aku benar-benar siap untuk mempublisnya." Ucap Dirga panjang lebar, matanya masih tetap menatap lekat sang mama. Mama terdiam, dia memikirkan permintaan sang anak. Sejujurnya dia tidak setuju dengan syarat yang di berikan oleh anaknya, tetapi mau bagaimana lagi. "Baiklah, Mama setuju! tapi ingat, kamu harus memperlakukan Laras dengan baik. Jika tidak, maka kamu akan berhadapan langsung dengan Mama." Dirga hanya mengangguk sebagai jawaban. Satu masalah sudah terselesaikan, kini dirinya harus memberi pengertian kepada sang kekasih, dia akan tetap menikahi Laras, Namun dia juga tak ingin kehilangan Ratih. Otaknya sedang berpikir keras untuk memberi sebuah alasan, agar Ratih mau menunggunya sampai dia bisa membuktikan kalau Lara sama sekali tidak cocok denganya. Ya, dia harus mencari cara agar mamanya tahu, kalau Lara sama sekali tidak cocok denganya. Hanya Ratih, yang cocok bersanding dengannya "Ma, boleh aku tahu, alasan Mama tetap kekeh ingin aku menikah dengan Laras?" tanya Dirga, ia sangat berharap mamanya ini memberitahu alasan kenapa mamanya kekeh ingin dia menikah dengan Laras. Mama yang ingin melangkahkan kakinya dan menuju di mana Lara berada. Seketika menghentikan langkahnya. Mama berbalik dan menatap wajah tampan anaknya. Yang sialnya, sangat mirip dengan lelaki yang dulu mengkhianatinya itu. "Suatu saat kau akan tahu Dirga! setelah kamu tahu, Mama yakin kau tidak akan pernah menyesal menikah dengan Laras." Setelah mengatakan hal itu, mama meninggalkan Dirga sendirian dengan berbagai pertanyaan di pikiranya. "Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri. Aku harap, Laras memang gadis yang baik yang tak hanya memanfaatkan mama saja." Gumamnya, lalu segera meninggalkan rumah mamanya dan menuju ke apartemen sang kekasih. Dia harus memberitahu Ratih hal ini secepatnya, Dirga tak ingin Ratih mendengar kabar kalau dia sudah menikah dari orang lain. Dirga ingin dia sendiri yang memberitahu hal ini, dia berharap Ratih mau menunggunya sampai dirinya berpisah dengan gadis ingusan itu. Brak Dirga menutup pintu mobilnya dengan sangat kasar, setelah itu dia mengambil ponselnya dari saku jasnya dan mendial nomor seseorang. "Aku ingin kamu mencari tahu tentang Larasati, secepatnya!" Perintah Dirga sembari menekan kata secepatnya pada asisten pribadinya. "Baik Pak." Jawab Ricki. Setelah mendapat jawaban dari Ricki, Dirga langsung mematikan ponselnya dan menjalankan mobilnya menuju ke apartemen sang kekasih. "Aku harap Ratih mau mengerti keputusanku." Gumam Dirga, setelah melempar ponselnya ke dashboard mobil. Meski ia ragu, kalau Ratih bisa menerima keputusannya. Namun, dia tetap berpikiran positif kalau kekasihnya itu akan menerima keputusannya. Tapi tak dapat dipungkiri kalau dia juga merasa takut, Ratih tidak akan mau menunggunya dan lebih memilih untuk meninggalkannya. "Seharusnya gadis itu tidak datang dalam kehidupanku." Gumamnya sambil meremas stir mobil dengan sangat kuat. Dia benar-benar kesal dan marah, dia juga menyalahkan gadis yang bernama Lara itu. Ingin sekali, dia menculik dan membuangnya ke tempat yang tak bisa ditemukan oleh ibunya.Paginya Dirga membawa Laras pulang, karena istrinya itu meminta untuk pulang. Padahal, Dirga masih ingin menghabiskan waktu bersama istrinya itu. "Duh, yang habis bulan madu." Sambut Gandari. "Ma, apa kabar?" Laras langsung menghambur memeluk mama mertuanya. Laras lega, karena ia sudah kembali ke rumah ini. Jujur, dia masih terbayang-bayang tentang apa yang tengah terjadi padanya waktu di Bali kemarin. Meski, Dirga sudah menghiburnya dan membawanya jalan-jalan. Bahkan, ia sempat lupa dengan kejadian itu. Tetap saja Laras merasa takut, jika Dirga akan meninggalkan nya sendirian seperti waktu itu. Membayangkan saja Laras tak berani. Sebab itulah, ia terus mendesak agar suaminya itu segera membawa pulang. Setidaknya, Dirga takkan berani macam-macam jika ada mama mertuanya ini. "Mama baik Sayang! bagaimana bulan madunya? Mama sudah gak sabar, mendengar kabar baik dari kamu." "Doakan saja ya Ma," jawab Laras dengan kikuk. Ia tahu betul apa yang dimaksud oleh mertuanya itu
"Yah, gak kena!" gumam Laras sedikit kesal. Padahal, ini sudah bola ke tiganya dan lagi-lagi dia gagal melempar bola itu, mengenai papan sebagai sasarannya. "Cih, begitu saja tidak bisa!" cibir Dirga yang sudah berada di samping Laras. "Memangnya Om bisa?" "Tentu saja bisa!" "Ck, coba buktikan!" tantang Laras dan langsung di tanggapi oleh Dirga. "Ok," jawabnya Dirga dengan menggulung lengan kemejanya sampai batas siku. "Mana bolanya!" Dirga mengulurkan tanganya. Dengan setengah kesal, Laras memberikan bola itu pada Dirga. Setelah mendapatkan bola itu, Dirga langsung bersiap dan melempar bola itu, ke arah papan sasaran. Dak "Yes!" Dirga mengepalkan tanganya dan bersorak senang, karena berhasil menjatuhkan papan itu. "Lihat kan, aku berhasil!" ucap Dirga bangga dan segera menerima hadiah boneka. "Wah, hebat! sini bonekanya!" Laras langsung ingin mengambil, boneka beruang yang berukuran besar, namun dengan segera Dirga menjauhkan boneka itu. "Om, kasih aku aja
Dirga mengepalkan kedua tanganya, menahan amarah saat melihat sosok laki-laki yang sangat dia benci. "Dafi, kau ada di sini?" tanya Dirga setelah berhasil meredam amarahnya. "Ya, aku sedang pergi jalan-jalan. Aku juga tak menyangka bertemu dengan mu di sini!" ucap Dafi, lalu menatap pada sosok gadis mungil yang berada di samping teman kuliahnya dulu ini. "Dia siapa?" tanya Dafi penasaran. "Dia Laras, istri ku!" Dirga memperkenalkan Laras sebagai istrinya. "Istri? kapan kau menikah, kenapa tak mengundang ku?" ucap Dafi, lalu mengulurkan tanganya pada Laras. "Aku Dafi, teman lama Dirga!" "Laras Om!" jawab Laras menerima uluran tangan Dafi. "Wah, apa Aku terlihat setua itu? sampai aku dipanggil Om?" Dafi tertawa, merasa tak percaya jika dirinya dipanggil Om. Apalagi, yang memanggilnya adalah istri dari Dirga, temannya. Laras mengerutkan keningnya dan menatap Dafi dengan bingung. "Kalau aku tak memanggil Om, lalu aku harus memanggil apa?" tanya Laras polos. Padahal, men
"Ha?" Laras terkejut dengan ucapan dari lelaki yang sudah menyandang sebagai suaminya ini. "Kenapa? apa tidak boleh, aku ingin bersama dengan istriku?" tanya Dirga menaikkan sebelah alisnya. Rasanya gemas sekali melihat wajah terkejut Laras. Tidak buruk juga, dia memutuskan untuk tetap tinggal. Selain karena ingin menebus rasa bersalahnya, ia juga tak ingin kesepian, karena Ratih sedang pergi bersama dengan teman-teman nya. Dirga pikir, tak buruk memiliki istri dua. Jika yang satu tak dapat menemani, maka dia bisa pergi ke istri yang lain. Jadi, dia tidak akan kesepian. Ah, sungguh indah dunia ini jika memiliki istri dua seperti ini. Dirga terkekeh, dengan pikiran konyolnya. "Kenapa Om tertawa?" tanya Laras heran melihat Dirga yang tiba-tiba tertawa sendiri. "Tidak ada! kamu memangnya tidak senang, jika aku di sini menemani mu?" tanya Dirga penasaran. "Senang sih, tapi...." "Tapi apa?" "Ah, sudahlah, lupakan! jika Om ingin di sini ya silahkan! atau sebaiknya kita
Setelah sarapan, Dirga langsung mengajak Laras untuk kembali ke Jakarta. Kini mereka sudah sampai di hotel, membuat kening Laras mengkerut bingung."Om, kenapa malah ke hotel dan tidak langsung pulang saja?" Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Laras, membuat Dirga menghembuskan nafas pelan.Ia memandang Laras dengan dalam, tatapan mata Dirga kemudian tertuju pada sudut bibir Laras yang terluka."Apa kau ingin mama melihat lukamu itu?" tunjuk Dirga."Atau kau memang sengaja ingin menunjukkan lukamu itu pada mama, agar mama memarahiku dan menganggap aku melakukan kekerasan padamu!" Laras ternganga saat mendengar tuduhan Dirga. Sejurus kemudian dia mendengus dan menatap kesal pada Dirga."Apa, kenapa?" tanya Dirga dengan nada mengejek."Jika bukan karena Om, aku juga takkan seperti ini! sekarang, om seolah menyalahkan ku! sudahlah, cepat pergi dan temui kekasih mu!" usir Laras yang sudah muak dengan sikap Dirga yang seenaknya.Dari pada berdebat, lebih baik dia beristirahat. Ka
Dirga masih terdiam dan mendengarkan Laras berbicara. Jujur, dia sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada gadis itu.Apalagi, ada bekas luka di sudut bibirnya. Ia yakin, pasti terjadi sesuatu padanya. Laras mengambil nafasnya dalam lalu membuangnya dengan kasar.Ia menatap tepat pada kedua bola mata kecoklatan milik suaminya itu. "Apa Om tahu? setelah Om meninggalkanku, tasku dicopet. Aku kehilangan semua uang dan akses untuk masuk ke dalam hotel!" Laras menjeda kalimatnya."Aku sudah berusaha mengejar copet itu, namun sial copet itu berhasil kabur. Lebih sialnya lagi, aku mengejar copet itu terlalu jauh, sampai-sampai aku lupa jalan untuk kembali ke hotel. Coba bayangkan, betapa takutnya aku saat itu? aku tidak kenal dan sangat asing ditempat ini Om! dan semalam...." Laras menghentikan ucapannya karena mengingat kejadian tadi malam.Rasanya tak kuasa untuk menceritakannya. Dengan kasar, ia mengusap kasar air mata yang menetes di pipinya. "Sudahlah, mana mungkin Om peduli
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments