Share

#3

Laras hanya diam saja mendengar ucapan kata-kata pedas dari lelaki yang sudah menyandang sebagai suaminya ini.

Bohong jika dia tidak tersinggung mendengar semua ucapan Dirga! tetapi dia memilih diam karena dia ingin tahu apalagi yang ingin Dirga ucapkan.

Karena dia yakin jika suaminya ini masih belum menyelesaikan ucapanya. Mata cantik Laras tak berhenti menatap Dirga yang tengah berjalan menuju ruangan yang berisi pakaian.

Tak berselang lama, lelaki itu keluar dari ruangan itu dengan baju santainya. Membuatnya jauh terlihat lebih tampan dan segar.

Dirga berjalan melewati Laras begitu saja dan duduk di sofa yang berada di dalam kamarnya. Ia menyilangkan kakinya dan menatap Laras dengan datar.

"Kemarilah, ada yang harus aku bicarakan denganmu!" Perintahnya dengan nada dingin.

Laras yang mendengar perintah itu, segera mengikuti ucapan Dirga untuk segera mendudukan tubuhnya di sofa panjang yang berhadapan dengan Dirga.

Dirga menatap lekat istrinya sampai gadis itu duduk tepat di hadapanya, kini tatapan mereka saling beradu.

Dirga menelan ludahnya dengan susah payah. Bohong, jika dia tidak tergoda dengan tubuh Laras yang terekspos.

Leher jenjang Laras yang terlihat begitu menggoda, ditambah dengan belahan dada Laras yang terlihat begitu jelas dimatanya, membuatnya ingin menyerang gadis itu.

Oh, ayolah! dia adalah lelaki normal. Dia juga akan bereaksi, jika disuguhkan pemandangan yang bisa membangkitkan gairah di depan matanya.

Namun, sekuat tenaga dia menahan rasa ingin menyentuh gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu. Meski, tidak akan ada yang melarangnya, untuk melakukan hal itu, tetapi Dirga tak ingin menghianati sang kekasih hati.

"Ingin bicara apa?" tanya Laras yang berhasil membuyarkan lamunan Dirga.

Laras yang merasa risih ditatap seperti itu, akhirnya membuka suaranya untuk segera mengakhiri obrolan mereka.

Sebenarnya, dia juga agak kurang nyaman dengan pakaian yang dikenakanya. Namun, mau bagaimana lagi? sudah terlanjur juga, lagi pula pria yang ada dihadapannya ini suaminya, jadi tidak ada salahnya dia berpakaian seperti ini.

Dirga berdehem untuk menyingkirkan pikiran kotor yang ada di otaknya dan menatap tajam pada gadis yang sudah menjadi istrinya ini.

"Dengar, aku sama sekali tidak bisa menerima pernikahan ini. Jadi, ada beberapa hal yang harus kamu baca agar kelak kamu tidak membuat kesalahan ketika kita berada di luar! dan pernikahan ini hanya akan berlangsung satu tahun, tidak lebih! setelah itu kita akan berpisah." Dirga melempar sebuah map tepat di depan Lara.

Tanpa kata ia mengambil dan membuka lalu mulai membacanya secara seksama.

Dirga menatap Laras yang tengah membaca perjanjian mereka saat masih menjadi pasangan suami istri.

"Jadi, maksud Om, pernikahan kita ini hanya sementara?" tanya Laras setelah selesai membaca perjanjian itu.

"Apa? Kamu panggil aku Om?" tanya Dirga sedikit terkejut dan tak terima. Oh, ayolah, dia masih berumur 30 th! dan gadis ini memanggilnya dengan sebutan Om?

"Iya, Om. Memangnya aku harus manggil Om apa?" tanya Laras lagi.

"Sudahlah itu tidak penting, terserah kau mau memanggilku apa? Yang terpenting sekarang, cepat tanda tangani itu! mulai besok kita akan pindah ke apartemen."

"Aku tidak setuju, aku juga tidak ingin menanda tangani ini." Tegas Laras, bagaimana dia mau setuju? Semua yang tertulis di situ hanya menguntungkan pihak Dirga, tidak untuk denganya.

"Yang mana tidak kau setujui?"

"Lihatlah poin pertama! Di sini tertulis saya tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi om, tapi tidak tertulis untuk tidak mencampuri urusan pribadiku. Itu tidak adil! Terus yang kedua, om hanya akan memberiku uang untuk keperluan dapur, lalu keperluanku bagaimana? Dan yang terakhir, jika Om tidak menginginkan pernikahan ini, aku harap selama pernikahan om tidak menyentuhku, karena aku hanya ingin memberikan harta yang sudah ku jaga selama ini untuk suami yang aku cintai dan mencintaiku? aku harap om mau menghargai keputusanku ini." Tegas Laras.

"Cih, kenapa kau percaya diri sekali? aku bahkan sama sekali tidak tertarik dengan tubuhmu yang seperti triplek itu!" ejeknya sembari menatap Laras dari atas sampai bawah menggunakan isyarat matanya.

"Bagus kalau begitu! jika Om melanggar ucapan Om, maka Om harus bertanggung jawab dengan membatalkan perjanjian ini! Om tahu kan maksudku?" tanya Laras dengan nada tenang.

"Ok, apapun itu. Yang terpenting, saat kita bertemu di luar, lebih baik kita berpura-pura tidak saling mengenal!"

"Ok, tidak masalah! kalau sudah tidak ada yang ingin di bicarakan, aku mau istirahat!" ucap Laras beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ranjang untuk merebahkan tubuhnya yang terasa lelah.

"Tunggu!"

"Apa lagi?" Laras yang sudah bersiap untuk berbaring, mengurungkan niatnya karena Dirga mencegahnya.

"Ini adalah kamarku, kau tidurlah di sofa!"

"Tidak, mau bagaimana pun ini juga kamarku! kalau Om mau, tidur saja sendiri di sofa!"

Laras lebih memilih melanjutkan untuk merebahkan tubuhnya dan mengabaikan tatapan tajam Dirga, yang di tujukan kepadanya.

Dirga mengepalkan kedua tanganya menahan kesal, ia tak menyangka jika gadis yang dari kampung ini berani menyuruhnya untuk tidur di sofa, di kamarnya sendiri.

Dia pikir, Laras akan menuruti apa pun yang dia inginkan atau katakan. Tetapi perkiraanya salah, ternyata Laras adalah seorang gadis pembangkang dan sepertinya akan sulit untuk menindasnya.

"Ok, jika itu maumu! aku akan tidur di sampingmu!" Dirga langsung naik keatas ranjang dan tidur di samping istrinya.

"Terserah," Laras menjawab santai dan memilih segera berbaring dan memunggungi suaminya dan mengabaikan Dirga yang tengah menggrutu kesal.

Dia butuh istirahat untuk memulihkan tenaganya. Ia yakin, untuk menghadapi suaminya pasti akan membutuhkan tenaga yang super ekstra.

Dirga mendengus kesal melihat Laras yang seolah tak takut sedikitpun denganya. Tak ingin memikirkan sikap Laras yang seolah acuh, dia memilih untuk segera mengistirahatkan tubuhnya.

Besok, dia harus bangun pagi dan segera menemui sang kekasih. Ia yakin, sekarang kekasihnya tengah merajuk dan sedih karena dirinya sudah menikahi wanita lain.

Walaupun dirinya sudah memberi penjelasan kepada Ratih, dan Ratih juga sudah menyetujui untuk menunggu selama satu tahun ke depan.

Namun, dia sangat yakin kekasihnya itu tengah bersedih dengan kenyataan kalau dirinya sudah menikahi wanita lain.

Karena terlalu sibuk dengan pikiranya sendiri, tanpa ia sadari Dirga telah tertidur dengan kegelisahan memikirkan Ratih sang kekasih hati.

____

Eenngghh...

Laras melenguh dan ingin menggerakkan tubuhnya karena terasa sangat pegal. Namun, saat ingin menggerakkan tubuhnya ia merasa ada sesuatu yang melilit di pinggangnya dengan sangat erat.

"Berat, ih...." gumam Laras yang masih setia memejamkan matanya.

Bukanya terlepas, lilitan di perutnya semakin mengencang. Bahkan wajahnya kini terbenam di sebuah benda yang dianggapnya guling, terasa sangat nyaman sehingga membuat dirinya enggan untuk membuka matanya.

"Tapi tunggu, jika ini guling kenapa agak keras ya?" gumam Lara sembari mengelus dan meraba benda yang menempel di wajahnya.

Karena penasaran, Lara membuka matanya. Betap terkejutnya dia, saat melihat sebuah dada lebar nan berotot milik seorang lelaki berada di hadapannya, sontak saja Laras mendongak untuk bisa melihat siapa pemilik dada bidang ini.

Aaaaa....

Jeritnya, saat menyadari kalau pemilik dada bidang ini adalah Dirga. Kini posisi mereka saling memeluk memberi kehangatan.

"Berisik sekali!" gerutu Dirga, sembari menggosok telinganya yang terasa berdengung.

"Kenap Om, tidur di sini? mana pakai peluk-peluk lagi!" Kesal Laras sembari mendorong tubuh Dirga dengan cukup keras.

Dirga yang tidak siap dengan dorongan laras, seketika terjatuh dan terduduk di atas lantai.

"Aaakkk, sialan! bisa tidak lembut sedikit?"

"Haih, siapa suruh peluk-peluk? bukanya semalam Om bilang tidak tertarik denganku? kenapa sekarang malah peluk-peluk?"

"Ya, mana saya tahu? orang tidur itu tidak sadar! lagi pula, kau itu istriku, jadi wajar jika aku memelukmu!" jawab Dirga berkilah, ia hanya ingin menjawab secara logika.

"CK, sudahlah! memang berdebat dengan lelaki tua, harus sabar!" gerutu Laras, memilih segera beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Lebih baik dia membersihkan dirinya dan segera turun dan membantu mama mertuanya menyiapkan makanan, dari pada harus berdebat dengan lelaki menyebalkan yang sayangya berstatus sebagai suaminya ini.

"Apa kau bilang? aku sudah tua?" tanya Dirga tak terima.

Laras memilih mengabaikan ucapan Dirga dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Hei anak ingusan!" Panggil Dirga berteriak kesal, karena diabaikan oleh gadis yang masih ingusan itu.

"Awas saja nanti, aku akan membuatmu meminta maaf kepadaku nanti!" gerutunya tak terima karena diabaikan oleh Lara.

Dirga lebih memilih untuk keluar untuk membersihkan dirinya di kamar mandi luar. Karena dia sudah sangat terlambat, karena dia ingin segera bertemu dengan Ratih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status