Laras hanya diam saja mendengar ucapan kata-kata pedas dari lelaki yang sudah menyandang sebagai suaminya ini.
Bohong jika dia tidak tersinggung mendengar semua ucapan Dirga! tetapi dia memilih diam karena dia ingin tahu apalagi yang ingin Dirga ucapkan.Karena dia yakin jika suaminya ini masih belum menyelesaikan ucapanya. Mata cantik Laras tak berhenti menatap Dirga yang tengah berjalan menuju ruangan yang berisi pakaian.Tak berselang lama, lelaki itu keluar dari ruangan itu dengan baju santainya. Membuatnya jauh terlihat lebih tampan dan segar.Dirga berjalan melewati Laras begitu saja dan duduk di sofa yang berada di dalam kamarnya. Ia menyilangkan kakinya dan menatap Laras dengan datar."Kemarilah, ada yang harus aku bicarakan denganmu!" Perintahnya dengan nada dingin.Laras yang mendengar perintah itu, segera mengikuti ucapan Dirga untuk segera mendudukan tubuhnya di sofa panjang yang berhadapan dengan Dirga.Dirga menatap lekat istrinya sampai gadis itu duduk tepat di hadapanya, kini tatapan mereka saling beradu.Dirga menelan ludahnya dengan susah payah. Bohong, jika dia tidak tergoda dengan tubuh Laras yang terekspos.Leher jenjang Laras yang terlihat begitu menggoda, ditambah dengan belahan dada Laras yang terlihat begitu jelas dimatanya, membuatnya ingin menyerang gadis itu.Oh, ayolah! dia adalah lelaki normal. Dia juga akan bereaksi, jika disuguhkan pemandangan yang bisa membangkitkan gairah di depan matanya.Namun, sekuat tenaga dia menahan rasa ingin menyentuh gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu. Meski, tidak akan ada yang melarangnya, untuk melakukan hal itu, tetapi Dirga tak ingin menghianati sang kekasih hati."Ingin bicara apa?" tanya Laras yang berhasil membuyarkan lamunan Dirga.Laras yang merasa risih ditatap seperti itu, akhirnya membuka suaranya untuk segera mengakhiri obrolan mereka.Sebenarnya, dia juga agak kurang nyaman dengan pakaian yang dikenakanya. Namun, mau bagaimana lagi? sudah terlanjur juga, lagi pula pria yang ada dihadapannya ini suaminya, jadi tidak ada salahnya dia berpakaian seperti ini.Dirga berdehem untuk menyingkirkan pikiran kotor yang ada di otaknya dan menatap tajam pada gadis yang sudah menjadi istrinya ini."Dengar, aku sama sekali tidak bisa menerima pernikahan ini. Jadi, ada beberapa hal yang harus kamu baca agar kelak kamu tidak membuat kesalahan ketika kita berada di luar! dan pernikahan ini hanya akan berlangsung satu tahun, tidak lebih! setelah itu kita akan berpisah." Dirga melempar sebuah map tepat di depan Lara.Tanpa kata ia mengambil dan membuka lalu mulai membacanya secara seksama.Dirga menatap Laras yang tengah membaca perjanjian mereka saat masih menjadi pasangan suami istri."Jadi, maksud Om, pernikahan kita ini hanya sementara?" tanya Laras setelah selesai membaca perjanjian itu."Apa? Kamu panggil aku Om?" tanya Dirga sedikit terkejut dan tak terima. Oh, ayolah, dia masih berumur 30 th! dan gadis ini memanggilnya dengan sebutan Om?"Iya, Om. Memangnya aku harus manggil Om apa?" tanya Laras lagi."Sudahlah itu tidak penting, terserah kau mau memanggilku apa? Yang terpenting sekarang, cepat tanda tangani itu! mulai besok kita akan pindah ke apartemen.""Aku tidak setuju, aku juga tidak ingin menanda tangani ini." Tegas Laras, bagaimana dia mau setuju? Semua yang tertulis di situ hanya menguntungkan pihak Dirga, tidak untuk denganya."Yang mana tidak kau setujui?""Lihatlah poin pertama! Di sini tertulis saya tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi om, tapi tidak tertulis untuk tidak mencampuri urusan pribadiku. Itu tidak adil! Terus yang kedua, om hanya akan memberiku uang untuk keperluan dapur, lalu keperluanku bagaimana? Dan yang terakhir, jika Om tidak menginginkan pernikahan ini, aku harap selama pernikahan om tidak menyentuhku, karena aku hanya ingin memberikan harta yang sudah ku jaga selama ini untuk suami yang aku cintai dan mencintaiku? aku harap om mau menghargai keputusanku ini." Tegas Laras."Cih, kenapa kau percaya diri sekali? aku bahkan sama sekali tidak tertarik dengan tubuhmu yang seperti triplek itu!" ejeknya sembari menatap Laras dari atas sampai bawah menggunakan isyarat matanya."Bagus kalau begitu! jika Om melanggar ucapan Om, maka Om harus bertanggung jawab dengan membatalkan perjanjian ini! Om tahu kan maksudku?" tanya Laras dengan nada tenang."Ok, apapun itu. Yang terpenting, saat kita bertemu di luar, lebih baik kita berpura-pura tidak saling mengenal!""Ok, tidak masalah! kalau sudah tidak ada yang ingin di bicarakan, aku mau istirahat!" ucap Laras beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ranjang untuk merebahkan tubuhnya yang terasa lelah."Tunggu!""Apa lagi?" Laras yang sudah bersiap untuk berbaring, mengurungkan niatnya karena Dirga mencegahnya."Ini adalah kamarku, kau tidurlah di sofa!""Tidak, mau bagaimana pun ini juga kamarku! kalau Om mau, tidur saja sendiri di sofa!"Laras lebih memilih melanjutkan untuk merebahkan tubuhnya dan mengabaikan tatapan tajam Dirga, yang di tujukan kepadanya.Dirga mengepalkan kedua tanganya menahan kesal, ia tak menyangka jika gadis yang dari kampung ini berani menyuruhnya untuk tidur di sofa, di kamarnya sendiri.Dia pikir, Laras akan menuruti apa pun yang dia inginkan atau katakan. Tetapi perkiraanya salah, ternyata Laras adalah seorang gadis pembangkang dan sepertinya akan sulit untuk menindasnya."Ok, jika itu maumu! aku akan tidur di sampingmu!" Dirga langsung naik keatas ranjang dan tidur di samping istrinya."Terserah," Laras menjawab santai dan memilih segera berbaring dan memunggungi suaminya dan mengabaikan Dirga yang tengah menggrutu kesal.Dia butuh istirahat untuk memulihkan tenaganya. Ia yakin, untuk menghadapi suaminya pasti akan membutuhkan tenaga yang super ekstra.Dirga mendengus kesal melihat Laras yang seolah tak takut sedikitpun denganya. Tak ingin memikirkan sikap Laras yang seolah acuh, dia memilih untuk segera mengistirahatkan tubuhnya.Besok, dia harus bangun pagi dan segera menemui sang kekasih. Ia yakin, sekarang kekasihnya tengah merajuk dan sedih karena dirinya sudah menikahi wanita lain.Walaupun dirinya sudah memberi penjelasan kepada Ratih, dan Ratih juga sudah menyetujui untuk menunggu selama satu tahun ke depan.Namun, dia sangat yakin kekasihnya itu tengah bersedih dengan kenyataan kalau dirinya sudah menikahi wanita lain.Karena terlalu sibuk dengan pikiranya sendiri, tanpa ia sadari Dirga telah tertidur dengan kegelisahan memikirkan Ratih sang kekasih hati.____Eenngghh...Laras melenguh dan ingin menggerakkan tubuhnya karena terasa sangat pegal. Namun, saat ingin menggerakkan tubuhnya ia merasa ada sesuatu yang melilit di pinggangnya dengan sangat erat."Berat, ih...." gumam Laras yang masih setia memejamkan matanya.Bukanya terlepas, lilitan di perutnya semakin mengencang. Bahkan wajahnya kini terbenam di sebuah benda yang dianggapnya guling, terasa sangat nyaman sehingga membuat dirinya enggan untuk membuka matanya."Tapi tunggu, jika ini guling kenapa agak keras ya?" gumam Lara sembari mengelus dan meraba benda yang menempel di wajahnya.Karena penasaran, Lara membuka matanya. Betap terkejutnya dia, saat melihat sebuah dada lebar nan berotot milik seorang lelaki berada di hadapannya, sontak saja Laras mendongak untuk bisa melihat siapa pemilik dada bidang ini.Aaaaa....Jeritnya, saat menyadari kalau pemilik dada bidang ini adalah Dirga. Kini posisi mereka saling memeluk memberi kehangatan."Berisik sekali!" gerutu Dirga, sembari menggosok telinganya yang terasa berdengung."Kenap Om, tidur di sini? mana pakai peluk-peluk lagi!" Kesal Laras sembari mendorong tubuh Dirga dengan cukup keras.Dirga yang tidak siap dengan dorongan laras, seketika terjatuh dan terduduk di atas lantai."Aaakkk, sialan! bisa tidak lembut sedikit?""Haih, siapa suruh peluk-peluk? bukanya semalam Om bilang tidak tertarik denganku? kenapa sekarang malah peluk-peluk?""Ya, mana saya tahu? orang tidur itu tidak sadar! lagi pula, kau itu istriku, jadi wajar jika aku memelukmu!" jawab Dirga berkilah, ia hanya ingin menjawab secara logika."CK, sudahlah! memang berdebat dengan lelaki tua, harus sabar!" gerutu Laras, memilih segera beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.Lebih baik dia membersihkan dirinya dan segera turun dan membantu mama mertuanya menyiapkan makanan, dari pada harus berdebat dengan lelaki menyebalkan yang sayangya berstatus sebagai suaminya ini."Apa kau bilang? aku sudah tua?" tanya Dirga tak terima.Laras memilih mengabaikan ucapan Dirga dan segera masuk ke dalam kamar mandi."Hei anak ingusan!" Panggil Dirga berteriak kesal, karena diabaikan oleh gadis yang masih ingusan itu."Awas saja nanti, aku akan membuatmu meminta maaf kepadaku nanti!" gerutunya tak terima karena diabaikan oleh Lara.Dirga lebih memilih untuk keluar untuk membersihkan dirinya di kamar mandi luar. Karena dia sudah sangat terlambat, karena dia ingin segera bertemu dengan Ratih.Ceklek....Setelah beberapa kali mencoba memencet bel apartemen, akhirnya sang pemilik membukakan pintu untuk Dirga."Sayang," Dirga mendekat dan ingin memeluk tubuh kekasihnya karena merasa bersalah."Jangan sentuh aku! bukankah semalam kau sudah menghabiskan waktu berdua dengannya!" Ketus Ratih dengan wajah sembamnya. Wanita itu melepas kasar, pelukan Dirga. Lalu berjalan masuk, meninggalkan sang kekasih.Dirga berjalan masuk apartemen kekasihnya, mengikuti langkah sang kekasih yang hendak meninggalkannya sendirian."Jangan berkata seperti itu sayang, aku bahkan sama sekali tak tertarik denganya! Karena kaulah wanitaku satu-satunya." Dirga menarik tubuh Ratih, lalu memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di pundak sang kekasih.Kini rasa bersalah itu semakin menjadi, apalagi melihat bagaimana wajah sembam sang kekasih.Ia yakin, semalam Ratih menangis karena membayangkan dirinya menghabiskan waktu berdua bersama wanita lain."Katakan padaku Dirga, bagaimana aku tidak berpikiran
Setelah dari rumah orang tua Ratih, Dirga langsung pulang. Seperti ucapan nya semalam, kalau dia akan membawa Laras ke apartemen miliknya.Untuk pernikahannya dengan Ratih, mereka sudah sepakat untuk menikah seminggu lagi. Dirga sudah mengambil keputusan! Meski, nantinya akan menyakiti sang ibu, ia yakin lambat laun ibunya pasti akan mengerti dan merestui pernikahanya dengan Ratih."Sudah pulang kamu?" tegur Gandarai pada putranya yang baru saja pulang.Dia benar-benar merasa kesal dengan putranya ini, bisa-bisanya dia meninggalkan istrinya, di hari pertama setelah menikah."Ma." Dirga lebih memilih menyapa dan menghampiri mamanya, lalu mencium punggung tanganya.Gandari hanya menghela nafas pelan, dia mengerti dengan sikap sang anak. Apalagi, pernikahan ini dia yang memaksa.Dan juga, Dirga belum sepenuhnya mengenal Laras dan sama sekali tak ada rasa suka ataupun cinta.Jadi, dia berusaha untuk mengerti hal itu. Tetapi, dia yakin perlahan-lahan anaknya ini pasti akan luluh dengan men
Dirga terpaksa membuka matanya, saat mencium aroma wangi masakan yang menembus Indra penciumannya.Cacing-cacing di perutnya meronta minta diisi. Padahal, semalam dia sudah makan banyak! tetapi, seakan tak puas, pagi ini perutnya meminta diisi setelah mencium aroma yang sangat menggugah seleranya."Masak apa?" tanya Dirga dengan muka bantalnya, saat sudah berada di dapur apartemen rumahnya.Laras berjingkat, karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. "Astaga, Om ngagetin aja! untung gak tumpah!" kesal Laras, dengan mengelus dadanya.Dirga hanya berdecak dan duduk di kursi, menunggu Laras menuangkan nasi goreng pada piringnya."Om, mau sarapan sekarang?" tanya Laras sedikit heran."Gak, besok! ya sekaranglah, Laras! aku sudah sangat lapar!" Laras hanya mengangguk dan menuangkan nasi goreng, pada piring milik Dirga. Lalu setelah itu, dia menuangkan ke piring miliknya.Laras tersenyum samar, saat melihat bagaimana Dirga dengan begitu lahap makan masakannya. Setidaknya, dia
Laras yang baru saja di wawancarai, langsung menghampiri Dirga saat melihat lelaki itu masih di sana!Tetapi, bedanya Dirga sendirian sekarang! wanita yang bersama suaminya sudah tidak ada. Mungkin, sedang ada di toilet. Entahlah, Laras tak peduli hal itu! "Om ngapain disini?" Dirga langsung mendongak, menatap siapa yang sudah menyapanya. Seketika mata Dirga melotot, saat mendapati Laras berada tepat di depanya."Laras, apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara pelan penuh penekanan."Ck, saya tanya om! kenapa balik tanya?" jawab Laras dengan kesal.Dirga menghembuskan nafas kasar dan menatap Laras dengan datar. Ia berdiri dan sedikit membungkuk untuk berbisik pada wanita yang sudah ia nikahi kemarin ini."Ingat perjanjian kita, untuk tidak ikut campur urusan pribadiku!" tekannya."Sekarang pergilah! aku tak mau bertengkar dengan kekasihku, hanya karena pengganggu seperti mu!" Deg...Laras mematung mendengar kalimat pedas yang Dirga lontarkan. Seharusnya, dia sudah tah
"Maaf Ma, untuk dua hari atau dua Minggu ke depan aku tak bisa! lagi pula, untuk apa bulan madu, jika di apartemen pun bisa." Dirga langsung menolak permintaan Gandari.Laras hanya diam saja dan melihat bagaimana Dirga menolak. Ia hanya tak ingin terlibat di dalamnya! meski, hal ini pasti akan melibatkannya.Tetapi, jika dia ikut bicara dan dia salah berucap, bisa-bisa suaminya itu akan menyalahkannya. Atau lebih parahnya, lelaki itu menuduh dirinya yang meminta pada mama mertuanya untuk membawanya bulan madu."Apa alasanmu tak bisa membawa Laras berbulan madu? bukankah, jika kalian pergi bulan madu, bisa membuat kalian mengenal lebih dekat? lagi pula, mama juga sudah sangat ingin menggendong cucu!" Dirga menghembuskan nafas pelan dan menatap intens sang mama. "Ma, mama tahu kalau aku baru saja membuka cabang hotel baru dan aku tak bisa lepas tangan seenaknya! nanti, setelah pekerjaan ku selesai aku janji akan membawa Laras untuk berbulan madu! ah, atau mama memang ingin segera puny
"Maksud Mama apa?" tanya Laras.Sebenarnya dia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh mertuanya. Hanya saja, dia ingin meyakinkan diri kalau mertuanya ini tidak bicara serius."Mama hanya ingin, kamu fokus pada Dirga. Ratih hatinya, jangan sampai dia berpaling dan mengejar wanita lain," Gandari menjeda kalimatnya dan menatap lekat pada menantunya yang juga tengah menatapnya."Laras, Mama tahu, tak mudah bagi kalian untuk menjalani pernikahan tanpa cinta ini. Mama juga, tahu kalian terpaksa untuk menikah! tetapi, tidak ada salahnya kan, kalian mencoba dan membuka pintu hati kalian? Mama juga tahu, kalau mengambil hati Dirga itu sangat sulit, apalagi Dirga memiliki wanita lain dihatinya. Hanya saja, jika kamu hamil anak Dirga, Mama yakin, Dirga mau menerima mu dan menyayangi anak kalian. Perlahan, pasti Dirga bisa mengusir wanita lain dihatinya dan menggantikannya dengan namamu demi anak kalian nanti! kamu tahu maksud Mama kan Laras?" Gandari menatap penuh harap pada menantunya ini.Lar
Pagi ini, seperti rencana Gandari semalam! Dirga dan Laras berangkat menuju ke kota Bali. Sekitar pukul 8 mereka sampai di hotel dan langsung beristirahat.Berbeda dengan Dirga. Lelaki itu, lebih memilih keluar hotel dan bertemu dengan kawan lamanya.Selain itu, dia juga ingin memenuhi janjinya pada Ratih untuk tetap jaga jarak dengan Laras. Ya, setelah perdebatan panjang, akhirnya Dirga mampu meyakinkan Ratih kalau dirinya tidak akan menyentuh Laras.Dirga juga berjanji, jika dia pulang nanti, dia akan langsung menikahi Ratih."Dirga," panggil seseorang yang sedari tadi sudah menunggunya."Sorry nunggu lama," ucap Dirga dan bertos ria ala lelaki pada sahabat lamanya ini."Gak masalah, aku mengerti! lagi pula, kau baru saja datang! apa kamu gak capek?" tanya Tomas sahabat lama Dirga itu."Tidak masalah! aku justru berterima kasih, karena kamu mau menemaniku selama aku ada di sini!" Tom hanya terkekeh dan menggeleng, ia menepuk pelan pundak sang sahabat, "Aku heran sama kamu! kesini u
"Om, nasi gorengnya enak loh! coba deh," Laras mengarahkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Dirga.Dirga yang tengah fokus dengan ponselnya, tanpa sadar, membuka mulutnya dan menerima suapan Laras."Gimana, enakkan?" tanya Laras dan diangguki oleh Dirga."Ya udah, aku pesenin ya!" tawar Laras sekali lagi.Pasalnya, suaminya ini tak memesan apapun dan hanya dirinya sendiri yang makan. Tadi saja, kalau Laras tak menanyakan hal yang aneh-aneh, Dirga mana mungkin mengajak Laras keluar untuk makan bersama."Tidak usah Laras, aku sudah kenyang!" jawab Dirga tak berniat mengalihkan perhatiannya dari ponsel miliknya."Tadi katanya enak, aku pesenin ya!" rayu Laras sekali lagi.Dirga mendengus dan menatap tajam pada Laras, rasanya sangat jengah mendengar ocehan gadis yang sudah menjadi istrinya ini."Cepat habiskan makananmu, atau aku tinggal!" tegas Dirga."Galak amat, kalau gak mau ya udah!" gumam Laras dengan kesal dan kembali melanjutkan makannya.Bukan Laras tak tahu, kalau suaminy