Arani dengan cepat melihat ke belakang Elyana. Benar saja, labelnya masih tergantung di sana. 'Huhhh memalukan!'
"Setelah berpura-pura menjadi anak orang kaya dan menikahi David, seleramu jadi tinggi, ya! Membeli pakaian mahal, sepatu mahal. Apa uangmu cukup untuk membeli semua itu?" tanya Isabel penuh penghinaan. Ia berjalan ke depan Elyana.
"Oops, aku lupa!" Isabel menutup mulutnya sendiri. "Kau memperalat David untuk mendapatkan uang satu juta dolar, aku lupa tentang hal itu! Dengan uang sebanyak itu, tentu saja kau bisa membeli pakaian mahal!"
"Hey, jaga ucapanmu!" teriak Rosyana, tidak tahan. Ia berjalan menghampiri Isabel.
"Aku dengar, kau kabur dari pernikahan, dan ayahmu berlutut di depan El, memohon untuk menggantikanmu menikah. Jika El tidak bersedia ... keluarga kalian akan tamat!" Rosyana bisa menebak dari cara wanita itu berbicara, bahwa dia adalah Isabel, wanita yang Elyana ceritakan kemarin.
"Lebih hina mana kelurgamu deng
Hari-hari berlalu begitu cepat. Elyana memutuskan untuk segera kembali ke kota Lyon bersama dengan Rosyana, meninggalkan Arani sendiri di apartemen itu."Bulan depan, ketika gaji pertamaku sudah turun, aku akan membayar uang sewa rumah ini," ucap Arani pada Elyana dan Rosyana. "Aku tidak enak, jika harus numpang di rumah ini tanpa membayar uang sewa. Sedangkan kalian tidak ikut tinggal di sini.""Tidak perlu!" Rosyana memegang kedua bahu Arani, menatapnya dengan lembut. "Tinggal dan rawatlah rumah ini, anggaplah seperti rumah kamu sendiri. Mungin, beberapa bulan lagi aku dan El akan kembali ke kota ini setelah mendapat izin dari Kakek!""Benarkah?" tanya Arani sedikit bingung. Pasalnya, Elyana dan Rosyana punya rumah dan keluarga di kota Lyon. Tidak perlu kembali dan tinggal di kota ini lagi jika hanya tidur, makan dan minum saja.Itu terlalu membuang-buang waktu."Iya, tunggu saja kami kembali! Yang pasti, ketika kami kembali, rumah ini harus suda
Di kota Lyon, Tuan Louis begitu senang melihat kedua cucunya sudah kembali. Ia sengaja pulang lebih awal dari kantor karena ingin menyambut kedatangan cucunya. "Bagaimana dengan kakimu sekarang? Apa sudah tidak sakit lagi?" tanya Yuan Louis yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Elyana dan Rosyana. "Tidak, Kek! Sekarang kakiku sudah sembuh, sudah tidak sakit lagi!" jawab Elyana dengan pelan. Ia terdiam dengan tatapan kosong. Teringat kembali tentang orang yang selalu mengobati lukanya. Setiap hari, Dokter Felix harus datang ke rumah hanya untuk memeriksa kaki Elyana atas perintah David. Suaminya itu selalu menjaganya dengan sangat baik. 'Tapi sekarang ... semuanya sudah berakhir. Aku dan David tidak akan bersama lagi!' "El, apa yang kau pikirkan?" tanya Yuan Louis ketika melihat cucunya melamun. "Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" "Ah!" Elyana segera tersadar. "Tida—" "Ada, Kek!" potong Rosyana tiba-tib
Di kota Lyon, Tuan Louis begitu senang melihat kedua cucunya sudah kembali. Ia sengaja pulang lebih awal dari kantor karena ingin menyambut kedatangan cucunya. "Bagaimana dengan kakimu sekarang? Apa sudah tidak sakit lagi?" tanya Yuan Louis yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Elyana dan Rosyana. "Tidak, Kek! Sekarang kakiku sudah sembuh, sudah tidak sakit lagi!" jawab Elyana dengan pelan. Ia terdiam dengan tatapan kosong. Teringat kembali tentang orang yang selalu mengobati lukanya. Setiap hari, Dokter Felix harus datang ke rumah hanya untuk memeriksa kaki Elyana atas perintah David. Suaminya itu selalu menjaganya dengan sangat baik. 'Tapi sekarang ... semuanya sudah berakhir. Aku dan David tidak akan bersama lagi!' "El, apa yang kau pikirkan?" tanya Yuan Louis ketika melihat cucunya melamun. "Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" "Ah!" Elyana segera tersadar. "Tida—" "Ada, Kek!" potong Rosyana tiba-tib
Sore hari, Elyana duduk sendiri di kursi sebuah kafe. Ia memandang keluar jendela, melihat lalu-lalang orang yang berjalan di trotoar dengan ceria. Ada sepasang kekasih berjalan sambil bergandengan tangan, sesekali si wanita tertawa, lalu dipeluk oleh si pria, sepertinya mereka sedang bercanda. Tindakan seperti itu terlihat sangat manis di mata Elyana."Bagaimana bisa aku merayu David lagi? Waktu itu, sudah kukatakan dengan jelas pada David, bahwa aku ingin bercerai. Tidak mungkin sekarang aku menghubunginya lagi, dan berkata ingin kembali!" ucap Elyana dengan pelan. Ia berbicara sendiri, karena memikirkan ide Rosyana."David pun sudah tidak ingin bersamaku lagi. Sekarang, dia sudah bersama dengan Isabel.""Kami bercinta untuk yang terakhir kali, David hanya menganggapku sebagai jalang yang dibayar dengan harga satu juta dolar. Dia sudah menganggapku sebagai wanita matre yang menjadikannya alat untuk mendapatkan uang! Sekarang ... bagaimana aku bisa memohon pada
Di rumah besar keluarga Louis, Elyana begitu sibuk mempersiapkan ini dan itu. Ia memberitahu beberapa pelayan untuk mengikuti permainannya. Walau para pelayan tidak mengerti dengan permainan yang akan dimainkan oleh Elyana, tapi mereka mencoba untuk menurut. Ketika Elyana masih berada di belakang rumah untuk memastikan sesuatu, tepatnya di tempat para pelayan itu tinggal, terlihat seorang penjaga berlari ke arahnya. Dia berkata dengan tergesa-gesa, "Nona, di depan, ada seseorang yang mencari Anda!" "Siapa?" tanya Elyana dengan acuh. Saat ini, dirinya masih berbicara serius dengan beberapa pelayan, sama sekali tidak ingin diganggu. "Namanya David!" jawab penjaga itu dengan cepat. "Dia mencari Anda. Saya sudah menyuruh dia untuk menunggu, namun pria itu tidak mendengar." "Apa? David?" Elyana terkejut mendengar nama itu. "Lalu, sekarang dia ada di mana?" "Dia masuk ke dalam rumah tanpa permisi, Nona!" jawab penjaga itu dengan takut.
Saat ini, suasana di ruang tamu rumah itu terasa hening. Saking heningnya, bunyi dari detak jarum jam yang tergantung di dinding sangat jelas terdengar. Elyana sangat gugup dengan keadaan ini, David terus memegang wajahnya dengan jarak yang sangat dekat."Diamlah!" ucap David pelan ketika Elyana mulai bergerak. Ia menunduk, meniupi dagu wanita itu setelah diolesi obat antiseptik olehnya."Awhh, perih!" Elyana meringis. Ia tidak tahu jika di dagunya ada luka cakar. Hanya sakit dan perih saja yang ia rasakan dari tadi."Tahan dulu. Sebentar lagi selesai!" David membuka plester kecil berwarna bening, lalu direkatkan di dagu Elyana."Sudah, selesai!" Ia merapikan kembali kotak obat itu, lalu disimpan di atas meja.Elyana meraba dagunya yang dipakaikan plester, seketika ia mengerutkan kening. "Apa ini?""Bukan apa-apa, biar tambah jelek saja di wajahmu ada plester. Hehe!" canda David pada Elyana.Itu membuat Elyana sangat kesal. "Apa kau s
Hari sudah semakin sore, Elyana sudah mulai gatal dengan tubuhnya yang memakai pakaian si tukang kebun. Ingin rasanya ia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang nyaman. Namun, pria itu masih saja ada di rumahnya, lebih tepatnya, di rumah khusus untuk para pelayan. Elyana menjadikan tempat tinggal para pelayan itu sebagai rumah dirinya dan sang ibu. Dan bodohnya, pria itu percaya begitu saja dengan sandiwaranya.Sekarang, para pelayan itu terpaksa harus mengungsi ke dapur yang ada di rumah besar. Mereka berdesak-desakan tidur di salah satu kamar yang ada di sana sebelum David pergi dari rumah ini."David, sebaiknya kau menginap di hotel saja. Aku tidak enak pada Tuan Louis karena kau menginap di rumahnya!" ucap Elyana pada David. Mereka berdua sedang duduk di kursi kayu yang ada di depan rumah itu."Apa kau bilang? Tuan Louis???" tanya David tiba-tiba. Alisnya teringat, dengan sorot mata tajam menatap Elyana. "Bukankah tadi kau
Malam semakin larut. Elyana sudah membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian tidur. Sampai ia ketiduran di sofa rumah pelayanan, karena menunggu David pergi. Pria itu tidak beranjak sedikitpun, masih setia menunggu kedatangan Edwin di sana.Setelah meminta izin sebelumnya pada Yuan Louis untuk mendaratkan jet pribadinya di halaman belakang rumah, tepat pukul 02:00, suara bising mulai terdengar di halaman belakang. Angin bertiup sangat kencang, hingga menerbangkan beberapa benda kecil di sekitar, dan merusak beberapa tanaman di sana.David segera keluar rumah. Ia melihat Edwin turun dari dalam pesawat, dan bergegas berjalan ke arahnya."Maaf, Tuan! Tadi, ada sedikit masalah ketika mencari titik sinyal dari Anda. Jadi, sedikit terlambat!" ucap Edwin dengan membungkuk hormat. Ia takut tuannya akan marah karena keterlambatannya."Sedikit apanya?" sergah David dengan tajam."Aku memintamu untuk datang dari jam tujuh malam, jam delapan aku su