Share

Bab 19

Author: Cahaya Asa
last update Last Updated: 2024-04-16 21:37:26

"Cantik mau ini?" tanya Melisa begitu wanita itu berhasil merebut piring hidangan berisi ayam kecap yang diinginkan oleh Cantika. "Tante ambilin, ya?"

Kiara melirik ke arah Melisa yang mulai bertingkah dan mengganggu di meja makan. Terlihat sekali kalau wanita itu ingin merebut peran yang seharusnya dimiliki oleh Kiara. Bahkan ia tak sungkan untuk menunjukkan dominasinya di hadapan semua orang padahal semua tahu kalau kehadirannya tidak diinginkan.

"Cantik mau bagian apa ayamnya?" tanya Melisa sembari melempar senyum yang dibuat-buat.

Bocah kecil yang diperlakukan bak putri raja itu melengos. Dia memang ingin makan ayam kecap, tapi bukan dari wanita yang selalu berusaha untuk mendekatinya. Gadis itu tahu betul kalau kebaikan Melisa tidak tulus. Dia hanya ingin menarik perhatiannya sehingga jalan untuk mendapatkan papanya semakin mulus.

“Aku mau ayam dari Mama,” ucap Cantika tanpa mau melihat ke arah Melisa.

“Tante aja yang ambilin, ya? Nih Tante kasih yang banyak buat kamu,” cetus
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 124

    Kiara sudah selesai menyiapkan sarapan untuk seluruh penghuni rumah. Sarapan paling simpel yang bisa ia buat karena dia harus berangkat lebih pagi ke kantor. Semua duduk dengan tenang sambil menikmati hidangan. Sesekali wanita yang sudah rapi dengan gamis hitam dipadu blazer warna maroon dan kerudung hitam itu melirik suaminya. Namun lelaki itu tampak begitu tenang dalam diamnya.Meski dalam hati bertanya-tanya apa yang salah dengan dirinya hingga sang suami mendiamkan, tapi Kiara tak bisa bertanya sekarang. Hari ini dia harus berangkat awal untuk menyiapkan rencana pendanaan proyek baru. Dia juga harus merekap seluruh keuangan selama satu tahun terakhir karena mau ada evaluasi tahunan. "Mas, aku berangkat dulu ya. Ada beberapa hal yang harus segera kusiapkan." Kiara menatap suaminya dengan tatapan permohonan. Lelaki itu hanya mengangguk. Jika biasanya dia akan mencegah atau mengatakan, "bareng aja. Aku ikut berangkat pagi!", kali ini tidak demikian. Kiara beralih pada putrinya yan

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 123

    Di dalam mobil pun hanya kesunyian yang mendominasi. Jika biasanya mereka akan mengobrol saling membicarakan pekerjaan masing-masing kali ini tidak. Untuk mengusir jenuh, Kiara memilih untuk mengeluarkan ponselnya dan berbalas pesan dengan sekretarisnya. Sesekali senyum tersungging di wajahnya kala sang sekretaris mengatakan sesuatu yang membuat Kiara tak bisa menahan senyumnya. Hal itu tak luput dari perhatian Samudra dan semakin menambah kesalahpahaman padanya. Pukul sembilan malam Samudra yang biasanya masih berkutat di ruang kerja memilih untuk masuk ke kamar. Ia berharap bisa berbicara pada sang istri mengenai foto yang dikirim orang tak dikenal tadi pagi. Walaupun Kiara sudah mengatakan kalau dirinya bertemu dengan Paurina atau Melisa, tapi Samudra menganggap bahwa sang istri telah membohonginya. Sayangnya ketika ia masuk kamar, tak didapati sang istri di sana. Ada segumpal kecewa menekan dadanya. Perlahan pria itu berjalan menuju ke ranjang. Menjatuhkan tubuhnya di sana denga

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 122

    Samudra duduk di kursi Kiara dengan dada bergemuruh. Bayangan wanita yang ia cintai sedang berkencan dengan pria lain memenuhi otaknya hingga membuat dirinya kesulitan bernafas. "Pantas saja mereka tampak akrab. Rupanya ada main di belakangku!" gumam Samudra. Tangan pria itu menggenggam erat ponselnya setelah melihat kembali foto itu. Foto yang sebenarnya tidak seperti apa yang ia pikirkan. Andai lelaki itu bisa berpikir dengan jernih dan tidak terhasut oleh provokasi nomor tak dikenal itu, pasti ia bisa menilai seperti apa wanita yang ia nikahi itu. Terkadang emosi memang menutupi logika. Daya nalar tetiba menjadi tumpul ketika amarah sedang membakar diri. Pria itu menunggu kedatangan sang istri dengan gelisah. Ia pandangi jarum jam dinding yang berputar konstan, berpindah dari satu titik ke titik lain hingga berputar dan kembali ke titik semula. Lalu jarum pendek berpindah ke angka di atasnya. Namun Kiara tak kunjung datang. Satu setengah jam Samudra duduk dengan posisi yang sam

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 121

    "Kamu sudah menghancurkan rumah tanggaku sekali. Jangan harap kamu bisa mengahncurkannya sekali lagi. Dasar pem.bu.nuh!" Kiara tak lagi menahan diri untuk meluapkan emosinya. Selain lama ia mencoba untuk melupakan semua kisah pilu masa lalunya. Namun dengan berani dan percaya diri wanita penyebab kehancuran rumah tangganya justru kembali dan ingin merebut kembali seseorang yang pernah ia rebut. Kedua mata Paurina membelalak. Kedua tangannya terkepal di atas meja dengan sorot mata tajam. "Aku bukan pembunuh!" teriaknya tanpa sadar hingga beberapa pengunjung kafe yang sedang menikmati sarapan menoleh padanya. "Kamu merebut suamiku lalu dengan sengaja menabrakku hingga aku keguguran dan kehilangan bayiku. Apa namanya kalau bukan pembunuh?" Suara Kiara tidak terlalu keras, tapi ia menekan setiap kata hingga membuat orang-orang yang mulai penasaran menatapnya dengan tatapan ingin tahu. Paurina samakin emosi. Tangannya terangkat hendak melayang ke pipi Kiara. Spontan kedua mata Kiara la

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 120

    Mendadak Kiara mengingat bahwa ada Liana diantara mereka. Spontan ia menyenggol sepatu Damian dengan sepatunya untuk tidak melanjutkan berbicara lagi. Damian paham. Dia langsung fokus pada pembahasan utama lagi. Namun sebuah notif pesan di HP Kiara membuyarkan konsentrasi keduanya. Kiara termenung di balkon kamarnya. Merasakan lembutnya angin menerpa kulit wajahnya yang polos tanpa make up. Sepulang dari kantor tadi, sikap Kiara memang berubah pendiam. Samudra hanya diam. Bukan karena tak peduli pada sang istri. Dia hanya bingung saja dengan situasi ini. Tadi siang waktu di kantor masih baik-baik saja tapi sekarang wanita yang sudah menduduki kita pada hatinya itu mendadak diam seribu bahasa.Ketika di rumah Samudra memilih untuk menyibukkan diri di ruang kerja sembari membiarkan sang istri menikmati waktu sendiri. Berulang kali Kiara menarik nafas panjang seolah ingin membuang sesak yang menghimpit dadanya. Isi pesan misterius tadi siang benar-benar sudah menjajah kepalanya sehingg

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 119

    Kiara memutar otaknya dengan cepat untuk meredam kecemburuan suaminya. Dia tahu apa yang dilakukan Damian kali ini memang terlalu nekat. Namun ia juga tak berani untuk menegurnya terlebih orang itu adalah Damian. "Mas, Kami mau ada meeting sebentar lagi. Hanya saja Kak ... eh Pak Damian datang terlalu pagi sehingga membawa sarapan. Bu-bukankah begitu, Pak?" Kiara menatap Damian dengan tatapan seolah meminta dukungan. Beruntung Damian sangat mengenal dan memahami Kiara. Sehingga kode melalui tatapan mata itu bisa ditangkap dengan mudah. "Ya. Kebetulan saya menginap di hotel dekat sini. Jadi karena saya malas sarapan sendiri saya sengaja membawa sarapan banyak ke sini. Mari Pak Samudra, kita bisa sarapan bersama." Damian menunjuk sofa yang kosong untuk ditempati Samudra. "Tadinya saya mau meminta tolong sekretaris Kiara ... Bu Kiara untuk memanggilkan anda. Tapi Anda sudah di sini."Damian mengatakan itu dengan sangat tenang. Berbeda sekali dengan Kiara yang tampak gugup. Andai Kiar

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 118

    Pagi ini udara terasa segar. Aroma hujan sisa-sisa semalam masih terasa. Mentari pagi malu-malu menampakan diri di balik celah dedaunan. Kiara sudah siap untuk berangkat ke kantor bersama dengan suaminya. Sedangkan Cantika untuk hari ini langsung aja diliburkan mengingat peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Kedua orang tua gadis kecil itu merasa situasi belum aman untuk melepaskan buah hati mereka kembali ke sekolah. Tadi pagi selepas salat subuh Kiara menceritakan pesan ancaman yang ia terima semalam kepada suaminya. Dan akhirnya diputuskanlah bahwa Cantika tidak di sekolahkan di sekolah umum lagi melainkan homeschooling dengan mengundang guru privat ke rumah. Awalnya bocah kecil itu menolak karena dengan sekolah di rumah pasti tidak bisa bertemu dengan teman-temannya. Namun setelah diberi pengertian akhirnya dia mau menerima walaupun dengan berat hati. "Papa sama Mama berangkat dulu ya sayang. Cantik baik-baik di rumah. Dua hari ini nanti bebas bermain apa saja di rumah sambil

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 117

    "Kamu nggak papa, Sayang?" tanya Samudra tanpa bisa menyembunyikan kepanikan dari wajah tampannya.Kiara terbengong-bengong melihat sikap suaminya yang tidak biasa. Hingga suara Cantika yang menginterupsi mereka membuat kesadaran Kiara kembali. "Papa, tadi kita melihat orang yang seperti tante jahat!"Samudra langsung menatap sang buah hati dengan tatapan tak kalah khawatir. Lalu menoleh lagi pada sang istri dan bertanya melalui tatapan mata. "Mending kita masuk dulu deh, Mas," usul Kiara. Samudra mengangguk. Benar apa yang dikatakan sang istri. Saking paniknya mendengar laporan dari salah satu anak buah yang mengawal Kiara, Samudra sampai lupa kalau mereka masih berada di luar rumah. Akhirnya mereka masuk ke rumah beriringan. Sementara Cantika berlari lebih dulu karena sudah tak sabar untuk membuka barang-barang yang dibelinya.Sesampainya di ruang tengah, Samudra meminta ART untuk membuatkan minum untuk mereka berdua. Ia duduk di samping sang istri yang masih terlihat sedikit sho

  • Terjebak Pernikahan dengan Duda Dingin   Bab 116

    Paurina menatap Kiara dengan senyum sinis. Namun dia mencoba untuk menebalkan muka demi tujuan yang ingin dicapai. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Kiara meski tahu wanita berhijab itu tampak keberatan. "Maaf ya, sepertinya kita tidak seakrab itu hingga menghabiskan waktu bersama." Entah kenapa Kiara merasa jengkel dengan wanita di hadapannya ini. Paurina kembali menebar senyum andalannya. Senyum kepura-puraan yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu kalau dirinya tidak tulus. "Kalau begitu gimana kalau mulai sekarang kita berteman?" Paurina mengulurkan tangan. "Namaku Paurina, Kamu bisa panggil aku Rina."Kiaw menatap tangan yang terulur di hadapannya. Tidak langsung menerima uluran itu. Namun ia menatap gelang yang melingkar di tangan wanita berambut blonde itu. Kedua matanya membola saat mengenali gelang tersebut. Itu adalah gelang yang dibeli suaminya dulu. Gelang yang sama yang membuatnya salah paham karena ternyata bukann dibelikan untuknya. Perasaan Kiara menjadi sem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status