Share

Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta
Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta
Penulis: keyrara

1. Awal Mula

Penulis: keyrara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-24 23:53:27

Kilatan cahaya dari tadi terus terlihat. Seorang perempuan berdiri dengan begitu anggun. Berpose berubah-ubah dengan sebuah kamera dan seorang fotografer didepannya. Ia tidak peduli dengan kebisingan akan arahan atau orang-orang yang memujinya luar biasa. Karena ia profesional, maka ia akan tunjukkan apa yang akan mereka dapat dengan memakainya sebagai model mereka. Tentu tidak akan kecewa.

Dengan bibir penuh yang merah merekah, bulu mata lentik, hidung mancung, wajah oval dan didukung dengan tubuh tinggi semampai yang berisi membuatnya mengantongi seluruh kata yang menggambarkan sebuah kecantikan.

"Oke, stop!"

Perempuan itu kemudian berhenti berpose. Ia merapikan rambutnya.

"Kerja bagus, Elea! Pemotretan kali ini berhenti sampai disini."

Elea, model cantik itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum melangkah ke arah asistennya yang sudah menunggunya dengan senyum lebar di wajahnya.

"Elea. Kau selalu menakjubkan! Aku bangga padamu!"

Elea tersenyum tipis, hampir tertawa karena ucapan asistennya itu. "Seperti biasa. Kau selalu berlebihan, Emma. Aku biasa saja," ujarnya merendah. Lebih baik begitu, bukan? Merendah walau sadar jika ia luar biasa.

"Baiklah." Emma, sang asisten hanya mengangkat bahunya tidak acuh. "Kalau begitu, kau harus ganti baju lebih dulu sebelum kita pulang."

Elea mengangguk semangat dan mengacungkan kedua ibu jarinya pada Emma. Kata 'pulang' memang selalu membuatnya semangat.

"Oke! Nanti buatkan aku mi juga, ya?"

"Baik, tuan puteri." Emma tampak pasrah dan itu membuat Elea tak mampu menahan tawanya lebih lama lagi.

Mereka berdua baru saja masuk ke ruang khusus para model ketika ponsel Elea yang berada di saku cardigan Emma berdering.

"Elea. Ada pesan dari Jamie." Emma mengangkat ponsel Elea, menunjukkannya pada sang empu. "Hubungan kalian baik-baik saja?"

Elea menghampiri Emma dan mengambil ponselnya. "Tidak. Hubungan kami sangat buruk. Mungkin sebentar lagi akan putus."

"Kau serius?" Emma tampak khawatir. Pasalnya ia tahu seberapa dalam perasaan Elea ke Jamie dulu. Dan sekarang, hubungan mereka sudah di ujung tanduk. Seperti terlalu mudah untuk berpisah, padahal dulu mereka berjuang untuk bisa bersama.

"Kalau tidak cocok, mau bagaimana lagi, kan?" Elea memberi senyum kecil. "Aku keluar dulu. Jamie menungguku. Ada sesuatu yang ingin dia katakan."

Bibir Emma menipis dan ia mengangguk dua kali. Matanya terus mengikuti langkah Elea dan berharap dalam hati supaya hubungan mereka tetap baik-baik saja.

***

Elea melangkah dengan langkah pasti. Beberapa orang yang berpapasan dengannya menyapanya dan ia menyapa balik. Senyumnya yang merekah itu surut tiba-tiba ketika ia berhadapan dengan Jamie.

"Hai."

Elea menghentikan langkahnya, kedua matanya berkedip dan tangannya terlipat didepan tubuhnya. Ia menunggu Jamie mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Permasalahan terakhir dalam hubungan mereka membuat mereka berdua saling tidak peduli satu sama lain.

"Dengar." Jamie membasahi bibirnya. "Aku mencintaimu, El. Hanya saja--"

"Langsung intinya saja," potong Elea cepat. Ia terlihat tidak sabar menanti inti dari ucapan Jamie.

"Okay." Jamie menggosok kedua telapak tangannya dan mendesah pelan. "Ayo kita akhiri hubungan ini."

Mendengarnya membuat senyum kecil terukir di wajah Elea. Seperti yang ia duga. "Baik." Elea mendongak padanya. "Sampai sini saja. Terima kasih atas semua kesenangan yang kau beri padaku." Dan senyumnya semakin lebar.

"Hm. Hubungan ini tidak berhasil. Selalu ada kesalahpahaman."

Elea mengangguk paham. "Aku tahu. Ini memang yang terbaik." Kedua tangannya terurai dan menjuntai di sisi tubuhnya. "Kalau begitu ... sampai jumpa," ucapnya sebelum berbalik pergi dari sana, meninggalkan Jamie yang mengernyit dalam, dilema apakah keputusannya sudah tepat.

Tapi, Elea tidak peduli. Ia memang menunggu momen ini datang. Sudah berkali-kali sebenarnya ia mengakhiri hubungan ini secara sepihak, tapi Jamie menolak. Jadi, Elea menunggu Jamie bosan dengan tingkahnya lalu memutuskan untuk putus. Di momen seperti itu, Elea tentu tidak akan protes, ia malah dengan senang hati setuju karena setelahnya ia terbebas dari Jamie yang begitu overprotektif.

"Hei. Sudah selesai?" Emma bertanya begitu Elea masuk kembali ke ruang khusus para model.

Elea mengangguk dan duduk di salah satu skruvsta berwarna putih gading yang langsung berhadapan dengan sebuah cermin besar. Elea menyandarkan punggungnya dan memijat dahinya perlahan.

"Aku ingin sekali liburan. Tapi selalu tidak ada waktu," gumamnya yang masih bisa didengar oleh Emma. "Lalu, aku dan Jamie sudah putus."

"Apa?" Emma menganga tidak percaya. "Kau berbohong?"

"Tidak."

"Astaga." Emma tidak percaya dengan telinganya sendiri. "Oh ... Em ... Okey. Aku hanya mengkhawatirkanmu saja, El."

Elea memutar kursinya menghadap ke arah Emma yang sedang menyiapkan pakaian ganti untuknya. "Apa tidak ada jadwal kosong untukku, Emma?"

"Tidak ada sebenarnya. Tapi, jika kau mau maka bisa saja. Aku akan mengurusnya." Emma mengedipkan sebelah matanya. "Omong-omong, berarti kau sekarang sedang melajang. Benar, kan?"

Bibir Elea melengkung ke bawah dan mengedikkan kedua bahunya. "Ya begitulah. Aku rasa lebih baik begini. Mengurus lelaki hanya membuatku tambah lelah saja."

Emma meringis mendengarnya. Ia juga merasakan hal yang sama, sejujurnya. Itu kenapa ia tidak pernah niat mencari pasangan. Hanya menyusahkan saja baginya.

"Baiklah. Kita akan bicarakan hal itu nanti lagi. Sekarang, kau harus berganti baju dahulu." Emma memberikan setelan dress tanpa lengan dan blazer pada Elea yang sudah bangkit berdiri. "Kalau kau kesulitan, panggil aku saja."

Elea menganggut dan membawa gantungan pakaian itu ke dalam ruang ganti. Sementara Elea masih berada didalam sana, Emma duduk di satu single sofa di sudut ruangan dengan ponsel yang menyala di tangannya.

Tak lama kemudian, mata Emma tampak membesar, ia bahkan lebih mendekatkan ponselnya ke wajahnya. Sepertinya ada sesuatu yang menarik di sana hingga sekarang ia terlihat begitu antusias.

"Elea!" Emma berseru begitu Elea keluar dari ruang ganti. "Elea, kau harus lihat ini!" Emma berjalan ke arah Elea dan menunjukkan pada Elea apa yang ia maksudkan.

"Apa ini?" Elea menyipitkan matanya membaca tulisan yang agak kecil di ponsel Emma. "Program mencari pasangan?" tanyanya dengan nada nyaring.

"Ya!" Emma menjawab antusias. "Kau tidak mau ikut? Ini sangat cocok sekali denganmu! Siapa tahu kau bertemu dengan pria yang sesuai dengan tipe idealmu lalu kalian berpacaran dan akhirnya menikah!"

Elea menghela napas lelah. Mendengar Emma yang berceloteh semangat tentang program mencari pasangan itu membuatnya merasa letih.

"Emma. Aku tidak akan mendaftarkan diriku ke acara itu. Aku tidak suka dan juga tidak mau," ujar Elea menolak terang-terangan. "Acara seperti itu hanya omong kosong. Tidak ada pasangan yang benar-benar pasangan kalau sudah keluar dari acara, mereka pasti putus."

"Tapi ini keren, Elea. Stasius TV KRA menjadi yang terbaik di negeri ini. Dengan kau ikut, dan kau berpartisipasi di sana, namamu akan lebih terkenal. Kau akan dikenal lebih banyak orang! Dengan begitu, akan lebih mudah untukmu mendapatkan uang. Percayalah. Terkenal membuat uangmu lebih banyak."

Elea terdiam di tempat. Sebagai gadis yang tumbuh dari keluarga dibawah garis rata-rata dalam aspek ekonomi membuat Elea agak sensitif masalah uang. Ia begitu berambisi mendapatkan uang yang banyak dan menjadi super kaya raya.

"Tapi aku tidak suka drama. Aku juga tidak bisa akting." Ela mengerutkan hidungnya. "Aku juga payah menghapal skript. Jadi ... tidak, terimakasih."

Emma berkacak pinggang. "Elea. Aku penasaran apakah kau pernah menonton reality show?"

"Well ... memangnya semua itu tidak terencana?"

Emma memasang ekspresi seolah ia ingin meninju Elea saat itu juga. "Elea. Sayang. Reality show tidak pakai skript. Semuanya mengalir begitu saja. Berdasarkan emosi dan perasaan. Jadi ayolah. Kau luar biasa, kau akan bertemu beberapa pria yang menawan, yang mungkin bisa mengambil hatimu, ya kan? Kau juga pasti akan terkenal. Apalagi yang kau butuhkan?"

Elea menggeleng. Membuat Emma mendesah pelan. "Tidak, Em. Aku suka diriku yang sekarang. Tidak pusing memikirkan banyak hal. Uangku sudah cukup. Aku sudah cukup senang. Jadi ... jawabanku tetap tidak."

Elea berbalik menatap cermin, menambahkan lipstik di bibirnya. Sedangkan Emma merasa agak kecewa. Emma hanya merasa jika Elea bisa menjadi tokoh utama dalam acara ini. Karena jangankan para pria, Emma yang wanita saja benar-benar mengagumi aura Elea. Jika ia tertarik dengan wanita, mungkin ia sudah memacari Elea.

Tiba-tiba sebuah pemikiran jahil masuk ke dalam pikiran Emma. Ia tersenyum hampir tertawa memikirkannya. Dan lagipula untuk acara yang tentunya booming nanti, tentu ada banyak pendaftar, peluang Elea bisa lulus cukup kecil, bukan?

"Emma. Jangan tatap ponselmu terus. Kemas semua barang dan kita pulang sekarang."

Emma menjentikkan jarinya. "Okay, babe!"

***

Di sebuah ruangan terang benderang dengan begitu banyaknya alat olahraga, seorang pria dengan tone kulit limestone dan dada bidang, biseps serta triseps sempurna serta perut yang begitu sixpack sedang melakukan pemanasan ketika seorang gadis yang memakai sport bra dan legging berwarna hitam tiba-tiba muncul dan menginterupsi sesi pemanasannya.

"Ethan! Hei kau baru mau work out?" tanyanya dengan riang dan mengecup pipi Ethan. "Kemarilah, ada yang ingin aku katakan padamu." Dia berjalan ke arah kursi dan duduk di sana, melambaikan tangannya menyuruh Ethan mendekat.

"Ada apa, Phi?" Ethan, pria yang memakai celana pendek yang sebenarnya cukup ketat di tubuhnya itu melangkah ke Delphi, satu-satunya teman perempuan yang pernah terjebak friendzone dengannya.

"Kau single, kan?"

Mata Ethan yang beriris cokelat pekat itu mengerut. "Kau berniat mengejek?"

"Aku cuma tanya." Delphi berseru dan tertawa. "Aku bawa berita baik untuk pria yang sudah melajang dua tahun ini," ujarnya semangat.

Ethan mengambil botol minum dari tasnya sebelum duduk disebelah Delphi. "Apa?" tanyanya lalu mereguk air didalam botol.

"KRA sedang membuka pendaftaran untuk orang-orang single seperti kita. Ada program kencan ... em ya seperti mencari pasangan selama empat belas hari. Kau tidak mau ikut?" Mata Delphi membesar menatap Ethan, menandakan betapa antusiasnya ia. "Aku yakin ini akan benar-benar wuah! Kau tau sendiri kan bagaimana setiap program TV ini selalu viral. KRA pasti tidak main-main merangkai semuanya. Pasti akan epic!"

Ethan tidak bereaksi. Ia bahkan tidak menatap balik Delphi. Tangannya hanya memutar tutup botol dan ia malah menguap kecil kemudian.

"Ethan!"

"Kenapa?" Ethan menyahut malas. "Aku tidak tertarik. Daftarkan saja dirimu."

"Kau yakin? Akan ada beberapa perempuan luar biasa di sana. Kau benar-benar menyesal kalau tidak ikut. Kau juga bisa menambah teman, relasi dan bisa saja terkenal, Ethan!"

Ethan menggeleng. "Tidak," sahutnya. "Kau optimis sekali. Memangnya bisa lulus?"

Delphi membuka mulutnya hendak menyangkal kalimat pesimis Ethan, tapi ia kemudian menutupnya lagi. "Apa salahnya mencoba, kan?"

"Aku tidak ada waktu."

"Omong kosong. Perusahan furniture itu milikmu. Kau bisa libur kapanpun kau mau." Delphi tidak menyerah. Ia ingin dirinya dan Ethan ikut program ini.

"Tidak ...." Ethan bangkit berdiri dan berjalan ke arah treadmill. "Kau saja."

Bibir Delphi mengerucut, tanda jika ia sedang kesal. "Aku tetap akan mendaftarkanmu!!" serunya menatap punggung Ethan, tidak peduli kalau beberapa orang di sana menoleh ke arahnya.

Dan Ethan, sekali lagi dengan sikap tak acuhnya, ia berkata sembari mengangkat kedua tangannya. "Terserah ...."

***

Emma dan Elea sedang berada didalam apartemen Elea, apartemen yang kata Elea adalah milik mereka berdua, bukan Elea saja.

"Elea, boleh aku pinjam laptopmu?"

Emma menoleh pada Elea yang sedang berbaring diatas tempat tidur dengan eye mask di kelopak mata bawahnya.

"Hm."

Emma terkekeh dan bangkit berdiri, ia berjalan ke arah meja lalu mengambil laptop pink milik Elea.

"Aku harus mengirim beberapa email dan laptopku sedang rusak, tidak tahu kenapa." Emma memberitahu Elea tanpa ditanya. "Dan setelah ini, aku akan mendaftarkanmu ke program kencan itu."

"Emma!" Elea bangkit duduk dan Emma tertawa kencan karenanya. "Jangan coba-coba. Aku tidak mau. Kalau kau tetap kukuh, ya sudah terserah, aku tetap tidak akan ikut."

Tawa Emma mereda. Ia mengedikkan kedua bahunya. Ya lihat saja nanti, pikirnya.

Tak lama kemudian, sebuah notifikasi muncul dibawah layar laptop Elea. Emma meliriknya dan terkejut ketika melihat sebuah DM yang berasal dari KRA official.

Emma menutup mulutnya rapat-rapat agar tak berseru. Ia tahu kalau pesan itu untuk Elea, tapi ia tidak berbohong kalau ia amat sangat antusias sekarang.

Emma mengintip dari balik laptop, melihat apa yang dilakukan Elea. Karena Elea kembali berbaring dan memejamkan mata. Ia meminta maaf didalam hati dan membuka pesan itu.

Mata Emma membesar selama membaca pesan yang cukup panjang itu. Jantungnya berdegup sangat kencang hingga rasanya ingin keluar dari tenggorokannya. Ia mulai menutup mulutnya dan tertawa ketika hampir selesai membaca semua teks itu.

"ELEA!!" Ia berseru. Berdiri dan melompat-lompat karena rasa senang. "Elea! Bangun! Kau mendapat pesan dari KRA!"

Elea membuka sebelah matanya. "Emma. Please. Aku mau tidur."

"Hey baca dulu pesan ini." Emma membawa laptop Elea ke tempat tidur dan menaruhnya ke pangkuan gadis itu. "Gila! Ini gila! Kau bahkan tidak perlu mendaftar, Elea. Mereka menawari langsung padamu."

Elea membaca teks itu dengan malas. Ketika selesai, ia mengembalikan laptopnya ke Emma dan kembali berbaring seolah tidak ada hal luar biasa yang terjadi.

"Elea?" Emma mengerutkan dahinya, sungguh heran dengan sifat modelnya ini. "Setidaknya tunjukkan rasa senang sedikit saja."

Elea menggeleng. "Aku tetap tidak akan ikut, Emma. Aku lelah. Sudah ya," ujarnya berbalik badan dan memeluk gulingnya.

Emma menghela napas. Sepertinya memang Elea tidak mau ikut. Emma kemudian mengambil laptop itu dan membaca kembali pesan yang tertera di sana. Penawaran ini berlaku sampai lima hari ke depan. Karena di hari keenam, peserta ditentukan dan hari ketujuh, semuanya dimulai.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   42. Kembali Ke Kehidupan Normal

    Setelah acara Sexy Singles sudah benar-benar selesai dan mereka sudah kembali ke kota awal, kota dimana mereka tinggal, mereka sempat ditahan sebentar karena harus diberi sedikit perintah. Diantaranya adalah seperti mereka yang belum boleh membocorkan hubungan mereka saat ini, mau itu berpasangan ataupun tidak sebelum tayangan dari Sexy Singles selesai di layar kaca. Kemudian, tetap menjaga rahasia tentang Ethan dan Coco, karena hal tersebut bisa merusak nama baik agensi. Dan tentu ada sanksi yang harus diterima Coco, dia mendapatkan denda dan juga ditahan untuk waktu yang belum ditentukan.Beruntungnya, Ethan tidak menindaklanjuti masalah itu. Ia memaafkan Coco. Kalau Ethan tidak terima dan menuntut, mungkin hukuman yang diterima Coco lebih besar lagi.Setelah barang-barang mereka dikembalikan, mereka saling memberi nomor pribadi dan juga akun media sosial. Banyak yang terkejut karena rata-rata mereka adalah orang yang cukup terkenal dengan pengikut puluhan sampai ratusan ribu dalam

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   41. Hari Akhir

    Setelah para pria menjalankan tugas mereka, kini saatnya para wanita membuka box masing-masing dan mencari tahu apakah ada tiket kepulangan yang terselip di dalamnya. Jika mereka menemukan tiket tersebut dan menerimanya, maka mereka harus menemui pasangan mereka yang sudah menunggu di luar vila, kemudian pergi bersama dengan helikopter yang sudah menunggu di ujung sana.Orang pertama yang terjun adalah Delphi. Dia melangkah gugup dengan seruan memotivasi dari teman-temannya. Dalam hati, ia antara yakin dan tidak yakin apakah Prince memilihnya atau tidak. Karena, orang pertama yang menarik perhatiannya kan Arabella, bukan dirinya.Delphi lalu membuka hati-hati penutup kotaknya. Dengan wajah datar, ia kemudian kembali menutupnya dan sontak saja empat wanita lainnya yang melihat wajah murung Delphi jadi kaget dan menebak-nebak apa yang sedang terjadi."Delphi? Kau tak apa?" Arabella mengkhawatirkannya. Sebab Delphi tampak kecewa.Tapi, Delphi tak bisa menahan ekspresinya lebih lama karen

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   40. Suasana Yang Membaik

    Situasi antara Arabella dan Grace bisa dibilang lumayan berkembang dari waktu itu. Dua wanita itu tampak berbincang walau sedikit-sedikit. Ini dikarenakan Grace yang tadi siang mengajak Arabella berbicara, ia juga meminta maaf amat sangat padanya. Meskipun Arabella tampak enggan, namun akhirnya ia luluh dan berkata kalau sekarang pun ia sudah memindahkan perasaan pada Noah. Jadi, Arabella dan Grace sudah baik-baik saja. Hanya saja, yang sudah terluka akan meninggalkan bekas. Begitupun Arabella. Mungkin ia dan Grace tampak berbaikan. Tapi jauh di dalam hatinya, masih ada waspada yang begitu besar dan ia pun tak akan pernah sama lagi seperti ia pada awalnya untuk Grace. Semua orang tampak cerah ceria sekarang, kecuali Ethan dan Elea. Terkhususkan dua orang itu, memang agak berbeda karena Elea sendiri yang membuat batasan dengan Ethan. Mereka tidak tahu apakah Ethan dan Elea akan berbaikan atau tidak, atau mungkin ke arah yang lebih buruk. Padahal besok sudah menjadi akhir perjalanan m

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   39. Cukup Berantakan

    Setelah Coco dibawa pergi oleh tim karena dia harus berhadapan dengan tim pusat yang akan menginterogasi dirinya lebih lanjut, kini waktunya untuk mereka mengucapkan selamat tinggal untuk para asisten. Yang mana agak memilukan karena meskipun tidak jadi kekasih, sang asisten sudah menjadi teman yang baik dan menemani mereka selama tiga hari dalam pengasingan-palsu."Aku pasti akan merindukanmu, Andrew." Elea memeluk Andrew begitu erat. Pria ini sudah dianggap seperti seorang kakak. Andrew mirip sekali dengan Emma hingga ia merasa sudah memiliki satu kakak wanita dan satu kakak pria."Pastinya, El. Aku akan menunggumu di sana." Andrew membalas pelukan Elea tak kalah eratnya. Ia tahu Elea tak membalas perasaannya, tapi mereka masih bisa dekat, kan. Dari jauh, Andrew bisa melihat Ethan tengah berdiri memandang dirinya dan Elea. Mendadak Andrew bisa merasakan seberapa rindunya Ethan pada Elea. Apalagi sekarang posisi Ethan cukup serba salah walaupun ia bukan yang bersalah. Jelas Elea aga

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   38. Hari Ke-13

    Pagi itu suasananya cukup sibuk, mereka harus berkemas singkat karena mobil sudah menjemput para peserta beserta asisten mereka agar segera dibawa kembali ke vila. Memang cukup gila memikirkan jika esok hari adalah hari terakhir mereka, sekaligus jadi hari penentuan akan bersama siapa keluar vila. Sedangkan saat ini saja keadaan mereka masih begitu berantakan, ada begitu banyak kesalahpahaman yang harus diselesaikan hanya dalam kurun waktu kurang lebih satu hari saja.Saat mereka semua sampai di vila. Hanya beberapa yang saling peluk dan hanya para wanita anggota vila saja. Sementara wanita dan pria yang berstatus pasangan seperti Noah dan Arabella, Delphi dan Prince, tidak melakukan kontak fisik apapun karena cukup canggung, terlebih ada asisten mereka berdiri berjajar di sana."Ngomong-ngomong di mana Ethan?" Delphi celinguk ke kanan dan kirinya, namun masih tak bisa menemukan Ethan.Mendengar nama Ethan disebut, pikiran Elea jadi kembali terlempar ke momen tadi malam. Ia tak akan m

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   37. Tayangan Meresahkan

    Selamat malam semuanya. Bagaimana tiga hari kalian selama berada di kota terpencil ini? Aku James, produser kalian, akan membongkar semuanya. Chelsea mengernyit, kepalanya berputar memandang Jeremy yang tampak biasa saja. "Apa maksudnya?"Jeremy hanya tersenyum kecil. "Ayo tonton saja," jawabnya sekaligus memerintah. Dan mau tidak mau Chelsea harus menurutinya.Sama sekali tidak ada virus atau penyakit apapun di pulau ini. Hal itu hanya alibi karena kalian sudah berada di titik dimana harus menjalani ujian terberat. Sudah sesuai rencana jika kalian akan diasingkan ke Temptation Zone. Di sana kalian tinggal bersama seorang asisten lawan jenis yang sudah kami siapkan. Nantinya, mereka akan meluncurkan godaan dan melihat seberapa jauh kalian akan terpengaruh. Jika terpengaruh, maka kalian tidak setia dengan pasangan kalian di vila. Jadi, agar makin jelas, mari saksikan video yang sudah kami rangkum dari seluruh aktivitas sepuluh peserta dalam tiga hari ini.Terima kasih.Dan layar lapt

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   36. Hari Ketiga Pengasingan

    Hari terakhir berada di TemptZone akhirnya tiba, sepuluh peserta diminta untuk mengecek kondisi tubuh mereka dengan pengukuran suhu tubuh dan juga kesehatan badan. Jelas saja tidak ada apa-apa yang terjadi, pengecekan itu hanya alibi dan para asisten mengumumkan kalau hasilnya adalah negatif dan esok hari mereka bersepuluh bisa kembali ke vila. Beberapa dari mereka ada yang ingin tinggal, dan ada yang juga tidak, seperti Grace dan Chelsea. Mereka harus kembali dan untuk tinggal dua hari lagi di vila sebelum keluar dari pulau ini dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Chelsea sendiri sudah menentukan pilihannya. Ketika nanti pemilihan di hari ke empat belas berlangsung, ia tak akan memilih siapapun karena sekarang hubungannya dengan Jeremy sudah berada di posisi yang bagus. Chelsea tak akan mengorbankannya dengan pria lain yang ia kenal hanya dalam waktu satu hari. Jelas tak ada ketertarikan yang begitu dalam ia rasakan selama berada di vila. Semua keadaan antara peserta dan

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   35. Yang Tak Harusnya Terjadi

    Katakanlah Coco adalah wanita yang licik, yang terlalu memaksakan kehendak, yang obsesian. Tapi, semua itu takkan menghentikannya, takkan bisa menghadang langkahnya. Coco tetap selalu penasaran sebelum hasilnya terlihat, entah bagaimana hasil akhirnya, ia tetap kukuh mencoba.Coco melancarkan aksinya malam ini karena melihat ada peluang rencananya berhasil. Ia menuangkan obat perangsang di minuman Ethan ketika pria itu pergi mengambil garpu. Begitu Ethan kembali, Coco bersikap biasa seolah tak ada hal buruk yang terjadi."Terima kasih sudah perhatian padaku, Ethan," ujar Coco tiba-tiba. Ia kembali menyantap sup di hadapannya."Karena kau sedang sakit. Kau juga satu-satunya orang yang ada di sini selain aku, jadi kita harus saling membantu." Ethan kembali duduk. Ia meminum minumannya sebelum memakan makanannya. Dan hal itu diperhatikan lekat oleh Coco, jantungnya berdegup senang karena sedikit lagi langkahnya akan sampai pada hal yang didambanya. Sebenarnya Ethan sudah merasakan ada ya

  • Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta   34. Siasat Coco

    Jarum jam sudah bukan menunjukkan angka yang mewakilkan waktu pagi, penunjuknya mengacu pada angka dua belas yang menyatakan siang hari. Ethan tidak ingin beranjak dari kursinya walau sudah merasa kebas pada bokongnya, ia tetap meneruskan acara membaca satu buku yang paling menarik perhatiannya.Tangan Ethan terangkat membenahi letak kacamatanya saat pintu kamarnya terbuka dan Coco muncul dari baliknya. Wanita itu melangkah masuk begitu santai, seolah kamar itu kamarnya juga.Tapi, hari ini Ethan tak akan kesal, marah kepada Coco. Karena wanita ini baru saja dari klinik karena kulitnya yang tadi malam terkena kuah mi yang panas membuatnya jadi memerah dan harus mendapatkan penanganan.Coco duduk di sofa dan termenung, menatap meja dengan tatapan kosong. Ethan sampai heran dibuatnya karena tak biasanya Coco diam seperti ini, kemarin saja dia begitu aktif sampai Ethan jengkel."Bagaimana?" tanya Ethan menutup bukunya dan melepaskan kacamata bacanya.Coco perlahan menoleh menatap ke arah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status