Share

3. Inner-Child

Seorang Lily yang cantik, rupawan, idola di kampusnya, bahkan dosennya menyukainya. Tak sangka ia memiliki masa kecil yang tidak tumbuh dewasa bersamanya, mengurung dan tertanam dalam ingatannya, seperti tidak menginginkan pergi dari diri Lily. Kejadian yang membuat Lily traumatik yaitu pelecehan bertubi-tubi hadir menimpa dirinya. 

Waktu umurnya delapan tahun suatu hari Lily diajak ketiga temannya, satu laki-laki dan dua orang perempuan, Lily diajak berenang di kali. Setelah berenang, salah satu temannya mengajak Lily berbaring di atas batu tanpa busana apapun dan menyuruh laki-laki itu menimpa Lily. 

"Lily coba kamu baring di atas batu itu." 

Dengan polosnya Lily menuruti permintaan temannya, "Ahmad, kamu tengkurap di atas badan Lily."

Entah apa yang membuat teman-temannya memiliki gambaran seperti itu. Seorang Lily yang tidak diberikan sex education menjadi buta bahwa hal itu adalah salah. Namun, sebelum itu terjadi, terdengar orang lewat berteriak kepada Lily.

"Hey, kalian lagi ngapain? kenapa kalian menyuruh gadis itu beradegan hal yang tidak layak."

Sebelum orang dewasa itu terus bertanya, dan menghampiri mereka, teman-teman Lily meninggalkan Lily sendirian di kali. Lalu orang dewasa itu menyuruh Lily berpakaian dan pulang menceritakan hal tadi ke orang tuanya. Namun, Lily tidak melakukannya, ia memilih diam dan terus mengenang kejadian itu.

Apa justru ketika Lily bercerita, apa ayahnya akan memarahinya. Itulah yang ia sering pikirkan lebih baik diam daripada bercerita malah makin runyam.

Kejadian itu bukan hanya sekali, Lily pun pernah memergoki ayah dan ibunya melakukan pergulatan tubuh tanpa sehelai kainpun di kamar. Waktu itu di siang hari  Lily sedang mencari ibunya, Lily heran terdengar suara desahan yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Lily memanjat kursi lalu melihat di balik kaca pintu, padahal seumur Lily itu tidak boleh ia lihat. "Kok adegannya kaya waktu aku disuruh sama temenku." Kembali Lily harus mengubur apa yang ia lihat, tetapi tertanam dibenaknya.

Tertutupnya Lily menyulitkan ia tumbuh dewasa, menyulitkannya memecahkan masalah. Bahkan setelah ia mendapatkan pelecehan beberapa kali, ia tidak bisa mengelak dan tidak bisa bercerita kepada orang tuanya. Bahkan yang melecehkan Lily adalah gurunya sendiri.

Semuanya berawal dari kekerasan dari ayahnya waktu kecil. Lily yang malang harus menanggungnya sendirian, Lily sangat takut oleh ayahnya, bahkan setiap ia membayangkan ayah yang ia bayangkan adalah kekerasan yang akan didapatkan. Entah itu menguncinya di kamar mandi, memukulnya dengan sapu lidi, mencubitnya, atau hal-hal lain yang mengerikan bagi Lily. Sampai pelecehan terus ia dapatkan, tetapi ia tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun

Pelecehan waktu SMP terjadi pada saat Lily diperintah menghafal, saat itu pelajaran bahasa inggris. Gurunya menyuruhnya ke depan persis berjejer di sebelahnya yang sedang duduk.

"Lily, kamu di sini berdirinya ya." Gurunya merik badan Lily persis tertutup meja.

Tiba-tiba guru itu meraba area belakangnya dengan sengaja, mengelus-ngelus begitu lama. Kejadian itu tidak terlihat oleh teman-temannya karena terhalang meja guru. Lily tidak bisa berbuat apa-apa, hanya hati dan pikirannya saling sahut menyahut bahwa itu salah, tetapi Lily tidak bisa menghindar atau bergerak. Kejadian itu pun ia sembunyikan dari siapapun termasuk orang tuanya.

Seperti sebuah sinyal bahwa Lily dalam bahaya, sejak kecil yang terulang ialah kejadian yang tidak pantas ia lihat dan ia rasakan, semuanya begitu abstrak tidak bisa ia gambarkan, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi Lily tidak menampik bahwa itu sepertinya tidak terjadi.

***

Waktu SMP Lily ditunjuk menjadi pemeran utama dalam pentas drama yang berjudul 'salome (satu lobang rame-rame)' menceritakan seorang gadis cantik—kembang desa—disukai banyak laki-laki, sampai ia memiliki banyak pacar. Kemudian gadis itu hamil entah siapa yang sudah menghamilinya karena bingung sudah tidur dengan banyak laki-laki. Dalam drama itu diceritakan bahwa gadis tersebut ketahuan muntah-muntah sampai orang tuanya menyadari bahwa ada hal yang tidak beres dengan anaknya, sampailah introgasi dan terungkaplah bahwa ia sedang hamil.

Kembali teringat bahwa ia takut itu terjadi di masa depan, tetapi memang pentas drama itu seperti sinyal.

Pelecehan pun terulang kembali saat Lily menginjak SMA, waktu itu Lily diwakilkan menjadi peserta lomba baca puisi antar provinsi, kebetulan hanya Lily seorang yang berangkat ke lokasi. Gurunya mengantarkan Lily ke lokasi dengan menggunakan sepeda motor, tiba-tiba di perjalanan guru itu beberapa kali mengerem membuat buah dadanya mengenai guru itu. Sesekali guru itu mengelus baha Lily, merayunya untuk menikah dengannya karena guru itu adalah seorang duda. 

"Lepasin, Pak." Lily menghempaskan tangan gurunya dari atas paha.

"Lily, kamu mau kan nikah sama bapak 

Kembali Lily merasakan kejadian yang terus menimpanya, dan kejadian itu adalah hal yang sama. Sampai Lily dewasa itu menjadi bumerang baginya, karena Lily harus mengalaminya lagi dan lagi, dan anehnya Lily tidak bisa memecahkan masalahnya.

Hanya bisa bersembunyi dan bersembunyi, menjadi penakut terus penakut, Lily beranggapan tidak ada orang yang bisa menolongnya. Tidak ada tempat untuknya berbicara bahwa mentalnya sudah separuhnya terenggut. Mentalnya tidak ikut dewasa bersamanya, hanya bisa berdiam di dalam ruang sepi yaitu pikirannya sendiri.

Hal yang menjadi beban juga untuk Lily adalah bahwa ia tidak mengerti pelajaran matematika, ia dapat bullyan dari teman-temannya. "Makannya belajar dong, jangan bisanya nyontek aja kalo ada tugas, bisanya nanya mulu deh. Otaknya pake!" Ia mencoba belajar mati-matian, tetapi malah makin memperburuk pikirannya. Sampai gurunya memandangnya sebelah mata juga, 'Apa kepintaran seseorang harus diukur dari mahirnya hitung-hitungan?'

Pernah suatu saat guru matematika memberikan sebuah tugas dadakan dan harus langsung dikumpulkan, Lily hanya bisa kelabakan, meminta bantuan kepada teman malah akan menjadi ancaman. Guru menghitung siswa yang sudah mengerjakan, lalu ia melihat Lily yang masih berkutat dengan hitungannya, gurunya berkata, "Lily kitaa tinggalin aja mana bisa ia ngejar kaya yang lain." 

Lily mendengar hal itu ia langsung menutup bukunya, ia menangis dan menangis. 'Kenapa aku nggak bisa kaya mereka?' 

Namun, dengan berjalannya waktu Lily bisa menaklukan matematika meskipun tidak sepenuhnya karena bagaimanapun Lily mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa di bidang bahasa, di bidang kesenian. Lily bahkan bisa lulus dari SMA.

***

Lilyana del Putri, gadis malang yang sedang menunggu pertolongan atas mentalnya, terperangkap dalam masa lalu. Siapakah yang akan menolongnya? Yang memiliki sakit mental kenyataannya bukan Lily saja melainkan keluarganya juga.

***

"Masa kecil ada tombak perkembangan seorang manusia, jika masa kecilnya bahagia ia akan tumbuh dewasa dengan sebagaimana mestinya. Namun, ketika ia memiliki masa kecil yang tak menyenangkan, innerchild akan menjadi temannya di masa kemudian."

***

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status