Share

Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku
Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku
Author: Nona Ekha

Menikah Denganku atau Tidur Denganku

"Pak Langit, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Anda."

Kepala Langit mendongak dari tumpukan surat di meja kerjanya dengan dahi berkerut.

"Siapa pun itu, aku tidak akan menerima tamu ketika sedang bekerja, aku harap kamu tidak melupakan tentang hal itu." Sudah menjadi kebiasaan bagi Langit, ketika sedang bekerja dalam keheningan, dia tidak suka jika ada yang mengganggunya.

David Pratama, asisten Langit, yang saat ini tengah berdiri di ambang pintu ruangan pribadi Langit, tampak gelisah. Seperti ada yang ingin dia sampaikan, tapi takut jika akan dibentak oleh Langit.

"Tapi, Pak. Dia adalah ...."

Langit menaruh pulpen itu dengan sentakan kasar, membuat ucapan David menggantung, David meneguk salivanya dengan susah payah.

"Jangan membuatku mengulangi kata-kataku lagi, David," geram Langit dengan suara tertahan. "Usir dia!"

"Baik, Pak."

David keluar dari ruangan itu dengan sedikit kesal karena Langit tidak membiarkan dirinya berbicara sampai akhir.

Fokus langit kembali pada surat itu. Sialnya bukannya kembali fokus, pikirannya malah menuju ke arah lain.

Belakangan ini emosi Langit selalu meledak-ledak, siapa pun yang ada di hadapannya, Langit tak segan-segan memarahinya dengan alasan yang tidak jelas.

Semua itu karena seorang wanita yang seharusnya dia tahu bahwa mustahil untuk dia dambakan.

Aleta Dewi Wulansari, wanita cantik, pemalu, dan juga memiliki senyuman yang begitu menawan. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang notabenenya mempunyai sikap terlalu kaku.

Langit bertopang dagu, raut wajah sendu kini berubah menjadi raut wajah menyeringai.

Ingatan pria itu jatuh pada seminggu yang lalu. Ketika Mahendra, papa Langit melangsungkan acara pernikahan. Awal yang begitu membahagiakan, dan berakhir mengenaskan.

Usai melangsungkan acara pernikahan itu, Mahendra mengalami kecelakaan. Tidak ada tanda-tanda kekhawatiran dari Langit, yang ada pria itu malah senang melihat papanya tidak berdaya di rumah sakit.

"Siapa pun yang berani mengambil milikku, maka dia akan berhadapan langsung denganku," desis pria itu dengan tangan mengepal.

Pikirannya terusik ketika Langit mendengar suara ketukan dari arah pintu, dengan malas pria itu mendongak, lalu mendengkus karena melihat siapa pelakunya.

"Mau apa lagi datang ke sini?" tuntut Langit.

David berdeham sejenak untuk membuang rasa gugupnya, setelah merasa tenang, akhirnya dia mengutarakan apa yang dimaksud.

"Dia tidak mau pergi sebelum menemui Anda, kecuali jika Anda yang mengusirnya sendiri," sahut David. Pria itu mati-matian berbicara dengan tegas, padahal dia takut akan kembali dimarahi oleh Langit karena tidak becus untuk mengurus sesuatu yang sepele.

Langit melirik David sinis. Sebenarnya Langit sudah tahu siapa wanita yang David maksud. Citra, wanita yang hanya pria itu manfaatkan saja, guna untuk membuat Leta cemburu padanya.

"Di mana sifat tegas kamu, mengusir wanita saja tidak becus," cemooh Langit.

David bungkam, seandainya saja Langit tahu siapa wanita yang saat ini berada di luar, pasti pria itu tak akan bertindak berlebihan.

"Maaf, saya akan coba sekali lagi," ujar David sambil berjalan menuju ke arah pintu.

Sebelum pintu benar-benar dipegang oleh David, tiba-tiba pintu itu lebih dulu dibuka dari arah luar.

Baik David maupun Langit terkejut ketika mendengar pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Lebih mengejutkan lagi ketika Langit melihat siapa wanita itu. Amarah yang tadinya pria itu keluarkan berubah menjadi raut wajah bingung.

"Leta?" kata pria itu lirih.

***

Leta menatap Langit dengan ragu, sepertinya dia datang di waktu yang tidak tepat. Sedari tadi pria itu selalu saja mengacuhkannya.

"Jadi, ada niatan apa kamu datang ke sini?" tanya Langit dengan suara dingin.

Leta bernapas lega karena pada akhirnya Langit mengajaknya berbicara. Namun, entah mengapa ketika Leta ingin menyahut ucapan Langit, suaranya tercekat.

"Aleta Dewi Wulansari, apakah kamu mendengar pertanyaanku?" tanya Langit sekali lagi.

"A--aku membutuhkan bantuanmu, Langit," sahut wanita itu lirih.

Langit manggut-manggut, matanya kini fokus pada wanita yang tengah berdiri di hadapannya.

"Kenapa tidak duduk?"

Leta melirik ke arah kursi dengan malu-malu. "Karena kamu belum menyuruhku untuk duduk."

'Oh, shit! Beraninya dia bertingkah polos di depanku,' umpat Langit dalam hati.

Langit berusaha keras agar tidak mengeluarkan senyumannya. Dia menatap Leta dengan tajam.

"Silakan duduk! Jadi, kamu ingin membutuhkan bantuan apa?"

"Aku ingin meminjam uang, untuk biaya pengobatan suamiku," kata wanita itu sambil meremas ujung dressnya.

Seketika tawa Langit pecah. Menurut Leta, jenis tawa yang begitu mengerikan.

"Apa aku tidak salah dengar? Kamu ingin meminjam uang padaku demi suami tuamu itu?" tanya Langit di sela-sela tawanya.

"Iya," jawab Leta membenarkan.

"Bagaimana jika aku tidak mau meminjamkannya?"

Kali ini kepala Leta mendongak, memberanikan diri menatap mata pria itu. Tatapan mereka bertemu, yang langsung diputus oleh Langit.

Pria itu tidak sanggup bertatapan berlama-lama dengan wanita itu.

"Kenapa?" tanya Leta memberanikan diri.

"Alasannya karena aku tidak ingin."

Leta tahu berhadapan dengan Langit sangatlah tidak mudah. Sebelum dia memutuskan untuk datang ke tempat ini, dia memang sudah memikirkan hal ini akan terjadi.

"Apa kamu tega membiarkan papamu seperti itu?"

Langit menatap Leta tajam. "Lalu bagaimana dengan dia? Dia juga sudah tega merebut kekasihku untuk dijadikan istrinya!" kata pria itu dingin.

"Langit, itu semua sudah--"

"Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Semua yang terjadi padanya bukanlah urusanku, sebaiknya kamu pergi dari sini, karena aku tengah sibuk!" usir pria itu.

Leta menggeleng tegas. "Papamu akan segera dioperasi dan membutuhkan biaya. Aku mohon bantulah aku, kalau tidak dia akan ...."

Leta tak sanggup melanjutkan ucapannya, matanya tampak berkaca-kaca. Leta kembali menatap Langit.

"Demi papa kamu, Langit. Ingat, dia itu papa--"

"Dia bukan papa kandungku!" potong Langit.

"Tapi selama ini dia yang sudah mengurusmu."

"Untuk hal itu, kamu sudah mengetahuinya, Leta. Jadi, jangan pura-pura tidak tahu," dengkus Langit.

"Jadi, apakah kamu mau membantuku?"

"Tidak!"

"Langit, papa kamu tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah kita berdua. Jadi tolong, jangan hukum dia seperti ini," mohon Leta.

"Tidak ada sangkut-pautnya kamu bilang?" tanya Langit dengan senyum remeh. "Dia sudah mengambil kekasihku, Leta. Ingat itu!"

"Aku tidak mau membahasnya lagi. Tujuanku datang ke sini untuk meminjam uang. Kalau kamu tidak mau meminjamkanku uang atas nama suamiku, maka aku akan meminjam uang atas namaku."

"Wow, segitu cintanya dengan suami. Sampai dibela mati-matian, hebat sekali Mahendra," decak pria itu. "Oke, aku akan meminjamkan uang, tapi dengan sebuah penawaran."

Leta mengernyit bingung. "Penawaran?" tanyanya.

"Ya, aku membutuhkan jaminan."

"Apa pun itu, pasti akan aku lakukan, yang terpenting aku bisa membiayai pengobatan suamiku."

"Bagus," ucap Langit dengan senyum licik. "Pilihan yang sangat bagus, Leta."

"Apa yang kamu inginkan?"

"Tidak sulit. Berapa nominal yang kamu butuhkan?" tanya pria itu seraya mengambil sebuah cek.

Leta terdiam sejenak, menatap pria itu penuh keraguan. Apa segampang itu Langit meminjamkan dirinya uang? Wanita itu segera menggeleng, mengenyahkan segala pikiran buruknya.

"Aku tidak tahu nominalnya berapa, tapi yang pasti ratusan juta," jawab wanita itu dengan suara pelan.

Langit tampak manggut-manggut, dia segera menulis nominal uang di cek tersebut, lalu segera menyodorkannya pada Leta, dan langsung diambil oleh Leta. Menurut wanita itu kesempatan tidak datang dua kali, jadi untuk apa dia harus malu mengambilnya.

"Penawaran yang sangat mudah."

Leta diam saja, tapi dia penasaran dengan ucapan Langit selanjutnya.

"Aku akan membantumu, dengan dua pilihan. Menikah denganku, atau tidur denganku."

Tubuh Leta menegang seketika.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status