Pria Penggoda “Duduklah, itu mejamu! Kau tidak perlu mengerjakan apa pun di sini,” kata Jayid, sambil menunjuk sebuah meja, di sebelah ruangannya yang hanya disekat oleh sebuah dinding kaca, hingga apa pun yang dilakukan masing-masing orang akan terlihat satu sama lain. Dia meminta Nawa menempati posisinya yang, dulu ditempati oleh seorang sekretaris tetapi, wanita yang memiliki jabatan itu kini dipecat karena berusaha menggodanya. Namun, kalau saja kali ini Nawa yang menggodanya maka dia dengan senang hati akan menyerahkan diri padanya. Sementara di sini dialah yang akan menggoda Nawa nantinya, di mana dia akan membuat gadis itu jatuh cinta.Setelah Nawa duduk dan membuka aplikasi sosial medianya, dia mengabaikan Jayid yang mulai sibuk dengan dokumennya sambil menghubungi seseorang. Jayid tampak tidak bersemangat mendengar suara seorang wanita yang terdengar begitu antusias menerima panggilannya.“Hai Jay! Tumben meneleponku, ada apa? Kuharap kau sudah merubah pendirianmu dan
Pikiran MisellaNawa melihat ke arah Della dengan tersenyum tipis, kalau hanya berkenalan saja tidak masalah, pikirnya.“Nawa Lawira!” Nawa menerima uluran tangannya sambil menyebutkan nama. Seketika Della tertegun mengetahui nama gadis dihadapannya, lalu, dia menyalakan perekam pada ponsel.“Sejak kapan kau mengenal Jay? Aku sudah lama tertarik padanya tapi, sepertinya dia menyukaimu!”“Apa kau ke sini hanya untuk menginterogasiku, karena kau khawatir aku akan merebut pria itu darimu?”“Tidak ... aku hanya ingin mengenal lebih dalam, dengan pegawai pacarku!”“Oh, baiklah kalau begitu aku akan menjawab pertanyaanmu satu persatu ... aku belum lama mengenalnya, dan kau tidak perlu khawatir sebab tidak mungkin pria seperti dia menyukai perempuan seperti diriku! Sebaiknya kau berusaha lebiih keras!”“Jangan bilang kau menyukainya tapi tidak mengungkapkannya! Aku tidak mau hubunganku dengannya kau ganggu!”“Tidak, jangan kuatir aku tidak akan menganggu kalian, karena aku benci pria pengkhi
Terjebak Suami BohonganMisella membiarkan suaminya pergi lebih dahulu untuk kembali ke kantornya, karena pekerjaan yang diberikan Jayid jauh lebih banyak dari biasanya. Namun, Jonu tidak mengeluh karena di perusahaan itu dia hanyalah direktur biasa, maka, dia tidak bisa berbuat seenaknya.Sementara Misella, pergi beberapa saat kemudian setelah membayar makanan, dia ke kantor Jayid dengan maksud untuk membicarakan sesuatu yang belum tuntas di telepon kemarin. Namun, kedatangannya di suguhi pemandangan mengejutkan, karena wanita yang akan menjadi topik pembicaraan mereka, justru menempati salah satu ruang yang dekat dengan adiknya itu.Dia ingat dahulu, pernah ada seorang sekretaris cantik yang bekerja di ruang yang kini digunakan oleh Nawa, tapi dengan tidak hormat Jayid justru mengusirnya, karena berpenampilan dan bersikap menggoda. Menurut Misella, Jayid terlalu berlebihan padahal dia bisa memanfaatkan wanita seperti itu untuk bersenang-senang.“Apa yang dia lakukan di sini, Jay?
Pekerjaan Baru Misella membiarkan suaminya pergi lebih dahulu untuk kembali ke kantornya, karena pekerjaan yang diberikan Jayid jauh lebih banyak dari biasanya. Namun, Jonu tidak mengeluh karena di perusahaan itu dia hanyalah direktur biasa, maka, dia tidak bisa berbuat seenaknya, pada adik ipar sekaligus bos-nya.Sementara Misella, pergi beberapa saat kemudian setelah membayar makanan, dia ke kantor Jayid dengan maksud untuk membicarakan sesuatu yang belum tuntas di telepon kemarin. Namun, kedatangannya di suguhi pemandangan mengejutkan, karena wanita yang akan menjadi topik pembicaraan, justru menempati salah satu ruang yang dekat dengan adiknya itu.Dia ingat dahulu, pernah ada seorang sekretaris cantik yang bekerja di ruang yang kini digunakan oleh Nawa, tapi Jayid justru mengusirnya dengan tidak hormat, karena berpenampilan dan bersikap menggoda. Menurut Misella, adik laki-lakinya itu terlalu berlebihan padahal dia bisa memanfaatkan wanita seperti itu untuk bersenang-senang.“Ap
Dia BerlebihanNawa langsung berdiri dan terlihat gugup dia pun berkata, “Maafkan saya, Nyonya ... waktu itu saya pergi tanpa pamit!”“Kau tahu kesalahanmu? Itu bagus! Tapi, ingat! Kau tidak akan bisa bersikap seenaknya seperti itu di sini! Apa kau mengerti?”“Baik, Nyonya!” kata Nawa sambil membungkuk hormat.“Jawab pertanyaanku dengan jujur, apa kau menyukai Jay, adikku?”Nawa mengangkat wajahnya dan menatap Misella heran, sebab pertanyaannya sama sekali tidak masuk akal. Dia melirik Jayid sekilas dan pria itu pun tengah menetap ke arahnya.“Maaf, Nyonya. Mana berani saya melakukannya, saya cukup tahu diri siapa saya!” kata Nawa, padahal dalam hati dia kesal setengah mati pada keluarga Solomon sedangkan Misella adalah salah satunya. Perasaannya seperti berperang, dalam hati, apakah harus tetap mencintai atau menuruti nurani untuk membenci.“Apa kau tidak tertarik sama sekali dengan adikku itu, dia tampan, kan?”“Ya! Anda benar!”“Lalu, apa yang menghalangimu untuk tidak meny
Siasat RuzalNawa merasa tidak bisa menggunakan kekerasan pada pria itu seperti sebelumnya sebab saat dia bersikap tegas, justru membuatnya semakin terdesak. Lalu, dia mengendurkan perlawanan.“Tuan, Jay!” Katanya penuh penekanan, “Aku minta maaf kalau memang terjadi kesalahan soal kejadian di hotel waktu itu. Aku yang ceroboh sudah mengira dirimu gigolo ... Jadi, biarkan aku menebusnya, dengan bekerja padamu, tapi bukan untuk menjadi istrimu! Maaf!” Katanya.‘Ya, harus begitu sebab aku tidak bisa dan tidak mungkin menjadi bagian dari keluarga pembunuh orang tuaku!’ pikirnya.“Apa kau tidak tahu kalau kedua Kakek kita punya sebuah perjanjian?”“Aku tidak tahu, sebab Kakek meninggal saat aku masih remaja, aku belum tahu apa-apa waktu itu!”“Lalu, tidak ada yang menceritakan padamu soal perjanjian itu?”“Tidak, perjanjian apa misalnya?”Jayid diam, dia melepaskan pegangan tangan Nawa begitu saja, karena merasa percuma memaksakan sesuatu yang Nawa tidak tahu menahu tentang perjodo
Tidak Menginap “Bukankah sudah ada dalam perjanjian kau harus datang ke rumah Bos sebelum berangkat ke kantor?”“Maaf, aku tidak bisa!”“Kalau begitu, kau harus melakukan pekerjaanku!”“Baiklah, apa itu?”“Bawa dokumen ini ke Gedung Bayaba, berikan pada Pak Leo dan, suruh dia untuk segera mengisi semua data dan bawa ke sini secepatnya, kalau sampai jam makan siang kau belum sampai ke sini lagi, maka, kau harus menginap di apartemen Tuan Jay malam ini! Apa kau paham?”“Apa?”“Apa masih kurang penjelasanku?”“Oh! Tidak ... terima kasih, Tuan Rizal. Sudah sangat jelas, saya akan segera ke sana sekarang juga!”Nawa segera memesan taxi dan dia melihat semua isi dokumen yang sangat banyak. Dia hanya bisa berharap Pak Leo mau bekerja sama dan bisa menyelesaikan data tepat waktu, hingga dia tidak harus menginap di rumah Jayid. Apalagi dia tidak ingin terus berbohong pada Rasyid—kakaknya.Sesampainya di lokasi, dia baru tahu jika ternyata gedung itu adalah proyek yang belum selesai
Menahan DiriJayid menarik napas dalam sebelum menjawab, “Aku pikir percuma, saja kau begitu keras berusaha untuk menunjukkan bahwa kau tidak suka, nyatanya kau kembali ke sini ... ya sudah, habiskan saja makananmu!”Nawa tidak napsu untuk menghabiskan makanannya lagi, hingga dia biarkan saja di atas meja. Lalu, dia bersandar sambil melihat Jayid dengan kesal.Sementara Jayid dan Rizal meneruskan pekerjaan mereka, berdiskusi dan menunjukkan beberapa gambar di laptop, menerima telepon seseorang, kemudian kembali mengerjakan berkas pada laptop masing-masing. Kedua pria begitu sibuk seolah dalam ruangan itu tidak ada Nawa.Waktu berlalu hingga hampir dua jam lamanya mereka dalam kesibukan, sedangkan Nawa yang duduk tak jauh dari dua orang itu, seperti melihat sebuah film dokumenter yang sangat menarik. Dia terlena dengan keindahan yang tersaji di depannya. Dua pria bekerja, terutama Jayid, tampak lebih tampan dari biasanya dan rasa kagum itu tidak berhenti begitu saja sebab gadis itu