Share

Bab 3

Banyak perubahan yang terjadi dengan kehidupan Aku saat ini. Pastinya aura positif itu membuat aku menjalani hari-hari dengan penuh bahagia. Entahlah, Aku menganggap ini hal baik. Walaupun tidak dapat aku pungkiri, bahwa aku telah salah melangkah.

Malam ini seperti biasa, aku menemani Kelvin di cafe. Hubungan aku dengan Kelvin memang sudah hambar, kerap terjadi perselisihan beda pendapat yang pada ujungnya akan berakhir dengan pertengkaran yang sengit. Tapi demi menutupi sebuah kesalahan, Aku selalu bersikap wajar bahkan kadang sedikit manja terhadap Kelvin. Sama seperti yang terjadi malam ini.

"Mi, saladnya Renata emang enak. Berasa banget keju dan susunya." Kelvin bergumam seraya menyantap salad buah yang aku pesan ke sahabatku, Renata. Aku hanya melirik sekilas dan menimpali dengan anggukan kepala.

"Mau mi? Nih papi suapin ya. Ayo a,," aku menerima suapan dari Kelvin sambil bilang terima kasih. Entah kenapa, Kelvin malam ini terlihat begitu bersahabat. Lebih kalem dan menyenangkan. Aku meletakkan handphone di tas aku, dan terlibat asyik bercanda sama Kelvin dan dua karyawan. Tanpa aku sadari ada sepasang mata tajam yang menahan amarah melihat aku dan Kelvin yang sesekali tertawa lepas.

"Nanti malam kamar jangan di kunci ya mi, papi kangen." Bisiknya dengan menggoda. Aku menoleh dan mengiyakan ajakan Kelvin.

Pulang dari cafe aku memutuskan untuk membersihkan diri dulu dan bersiap untuk melayani Kelvin suamiku. Aku ingin sekali membuka ponselku yang masih anteng di dalam tas. Tapi keinginan itu aku tahan. Karena aku tidak mau Kelvin mencuri lihat isi ponselku yang sudah aku password hari jadian aku dengan Jordan.

"Mi, sudah subuh, mandi dulu, terus sholat. Papi udah buatin air panas buat mandinya mami." Aku masih setengah sadar mendengar panggilan Kelvin yang membangunkan aku. Dengan menggeliat tubuhku aku mengiyakan suruhan Kelvin.

"Makasih ya semalam servisnya." Imbuhnya sambil mencium tengkuk leher ku. Aku membuka mata dengan tersenyum manis menatapnya.

"Tumben bilang makasih. Dari puluhan purnama baru kali ini papi bilang makasih. Dalam rangka apa ini." Jawabku heran dan sedikit menaruh curiga.

" Gak papa, cuma semalam papi Mimpiin Mami lagi bermesraan sama pria lain. Terus papi panggil-panggil Mami, tapi maminya gak noleh sama sekali. Mami tetap jalan dan dibawa pergi jauh oleh pria asing itu."

Deg..

Hatiku rasanya tertohok, mataku melotot karena cerita Kelvin sangat membuatku terkejut setengah mati.

Jordan, ya aku tahu, pria asing yang ada dalam mimpi Kelvin tak salah lagi, dia Jordan.

'Tuhan, jangan sampai Kelvin tahu.' rutukku dalam hati.

"Mamiiii, buruan. Kok jadi bengong. Mimpiku tidak akan nyata kan? Mami tidak akan ninggalin papi kan?" Goncangan pelan di bahu ku menyadarkan aku dari lamunan. Secepat kilat aku mengubah ekspresi wajah ku setenang mungkin.

" Tergantung,," jawabku sedikit menggoda sambil menaik turunkan kedua alisku.

"Tergantung apanya? Kau mau selingkuh? Udah bosan hidup. Awas aja kalau ketahuan mami selingkuh, papi mutilasi jadi enam potong tubuh mami." Ancamnya kesal.

"Iiih sereemm,, jadi atuuuuut." Ujarku pura-pura ketakutan.

"Bercanda papiku sayang, gitu aja sewot. Cuma mimpi saja di buat serius. Makanya, kalau mau tidur, jangan telanjang bulat, yang ada setan meluk-meluk papi sambil grepein papi. Dah lah aku mau mandi. Keburu ilang subuhnya." Ucapku yang mampu membuat hati Kelvin lega dan kembali senyum.

Jauh di dasar hati yang terdalam, sebisa mungkin aku menahan gugup dan ketakutan yang luar biasa. Bukan tidak mungkin kan kalau itu akan terjadi. Sepandai-pandainya bangkai di tutupi, pasti akan tercium juga.

Ah,, memikirkan saja aku sudah lemas.

Setelah anak-anak berangkat sekolah, dan pekerjaan rumah selesai, aku langsung selonjoran di ruang tengah. Dari semalam aku tidak menyentuh benda pipih tersebut. Aku buka ponsel dan benar saja, banyak belasan chat what***p yang masuk ke ponselku. Dari sekian banyak chat yang masuk. Hanya satu chat yang menarik perhatianku untuk aku buka. Siapa lagi kalau bukan dari Jordan. Nama kontak yang aku tulis nama Amira olshop. Nama Itu adalah nama akun f* istri Jordan yang kebetulan memiliki profesi jualan online juga. Sengaja aku tulis nama Amira olshop, karena berjaga-jaga Kelvin agar tidak menaruh curiga.

"[Mesranya bisa nggak jangan di tempat umum.]"

"[Yang lagi asyik bercanda sama suami tercinta, sampai lupa daratan]"

"[Panas aku yank, lihat kamu bebas bercandaan begitu sama suamimu"]

"[Apalah aku yang hanya simpananmu. Hanya sanggup melihat dan menahan sakit]"

"[Lanjutkan! Maaf ganggu]"

Aku melongo membaca isi chat Jordan. Dari mana dia tahu aku semalam bercanda sama Kelvin dan karyawanku.

Gila,,

Kenapa baca chat Jordan hatiku merasa sakit begini ya?

Aku mulai membalas chat Jordan.

"[Maaf sayang, semalam hp ada d tas. Pulang dari cafe langsung tidur. Maaf ya baru bisa balas. Jangan marah ya sayangkuuh]." Aku mencoba merayunya.

Yes, Jordan sedang online. Tapi tunggu, bukannya sekarang dia tidak lagi tugas kerja. Kenapa bisa pegang hp cadangannya. Padahal istrinya tidak pernah tahu kalau Jordan mempunyai hp rahasia. Hanya khusus buat aku dan mungkin wanita simpanan lainnya _ mungkin.

"[Ya]" jawaban singkat Jordan membuatku gemes pengen tarik hidungnya yang mancung itu

.

"[Sayang kenapa sih? Masih marah? Lagian kok ayank tahu aku semalam ayank dimana?]" Balasku. Namun hanya dibaca saja dan tidak di balas.

Arggghhhh... Aku mengacak kasar rambutku. Jordan sudah benar-benar membuat aku frustasi.

"Sial" umpatku lirih. Tanpa sadar Kelvin yang baru saja selesai mandi mendengar umpatan ku.

"Sial kenapa mi?" Tanya Kelvin membuat aku terlonjak kaget.

"Hah,, apa pi,,,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status