Share

Bab 4

Author: ning idos
last update Huling Na-update: 2022-07-02 14:12:48

"Hah,, apa pi,,," dengan sedikit tersentak kaget, aku menoleh ke arah Kelvin yang sedang menatapku curiga.

" Mami itu kenapa sih, orang tanya begitu saja sudah kaget. Memang ada yang mami sembunyikan dari papi?" Tatapan tajam Kelvin seolah mau menerkam habis aku.

"Ya papi bikin kaget mami. Tidak tahu apa sekarang ini mami lagi pusing. Distributor skincare sekarang ngasih peraturan baru lagi. Uang harus lunas di awal. Baru distributor bisa kirim barangnya." Sungutku kesal.

Sengaja membuat alasan yang masuk akal. Bukan berbohong, tapi sempat aku baca di grup jualan skincare ku sekilas, bahwa akan ada peraturan baru. Padahal sih itu sama sekali tidak buat aku pusing. Hanya saja itu sebagai alibi untuk menutupi rasa gugup ku.

"Oh, kirain sial kenapa. Ya sudah kalau gitu papi berangkat kerja dulu ya mi? Masalah jualan mami tidak perlu di pikir dalam begitu. Nanti asam lambung mami kambuh kalau terlalu banyak pikiran." Ujar Kelvin seraya berlalu pergi.

Aku melihat chat Jordan, ternyata sudah tidak aktif lagi.

'Ah,, Jordan,,, kenapa isi otakku hanya ada kamu saja sih.'

"[Ayaaank,, jangan marah. Maaf, iya semalam aku sengaja tidak buka hp aku. Suami aku semalam minta tidur di kamar aku. Jangan marah lagi ya ayank]". Aku melanjutkan chat Jordan lagi.

Centang dua warna biru, berarti chat aku sudah di baca. Tidak sabar buat menunggu jawabannya. Tapi apa boleh buat, Jordan sama sekali tidak membalas chat dari aku.

Tanpa ambil pusing, aku alihkan rasa galau ke hal lain. Ya aku sama istri Jordan memiliki profesi yang sama. Bedanya kalau istri Jordan bergerak di bidang fashion, sedangkan aku di kecantikan. Menjual skincare dan alat make-up penunjang kecantikan wanita. Itu kenapa, usiaku yang sudah 38 tahun masih terlihat tampak awet muda seperti umur 25 tahun.

Daripada memikirkan suami orang yang mulai uring-uringan, lebih baik aku lanjut packing pesanan para reseller ku yang sudah tidak sabar untuk segera di kirim paketan skincarenya.

Karena kurir langganan aku libur, jadi mau tidak mau aku harus kirim sendiri ke ekspedisi j*t yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.

Saat sedang menunggu resi keluar, aku asyik nonton video di tiktok. Tanpa menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan aku.

"Tumben ngantar orderan sendiri. Kurirnya mana?" Suaranya yang sangat familiar membuat aku mendongakkan kepalaku. Aku tertegun, karena pria yang dari tadi menuhin isi otakku sudah ada di depanku.

"Hmmm, lagi libur dia." Jawabku pura-pura cuek.

"Oh gitu. Sendirian saja?" tanyanya lagi dan aku hanya membalas dengan mengangguk saja.

"Keluar bentar ya. Kangen." Bisiknya tepat di telingaku. Aku tertegun sejenak. Kaget dengan ajakannya. Tanpa menjawab, aku langsung berdiri menghampiri mbak kasir yang sudah selesai mencetak resi pesananku.

Aku menoleh sekilas ke arah Jordan.

"Kemana?" Tanyaku kemudian yang membuat senyum Jordan kembali merekah.

"Tunggu sini dulu dah. Aku mau menyelesaikan paketan nyonya dulu." Pungkasnya. Akupun kembali duduk di sebelahnya dan memilih diam tanpa memulai obrolan.

"Yank, udah makan siang belum? Kalau belum kita makan di lalapan Sangkuriang mau?"

"Boleh juga. Kita sama-sama naik motor kan?" Kataku buat memastikan kalau aku tidak akan meninggalkan motorku di parkiran j*t.

"Iyalah yank. Disini kan banyak orang yang kenal sama aku. Jaga-jaga saja agar tidak ada hal buruk terjadi." Terangnya kemudian.

"Kok banyak diam sih yank?" Sentuhan tangan Jordan saat bertanya mampu membuatku susah menelan saliva.

" Eee...kan aku bingung mau ngomong apa. Soalnya aku w* tadi aja kamu tidak mau balas. " Susah payah aku bicara dengan lancar agar mampu menutupi gejolak hati yang meronta-ronta bahagia.

" Bukan tidak mau balas. Cuma tidak sempat. Tadi aja hampir ketahuan lho kalau aku pegang hp khusus ini. Dira anakku tiba-tiba muncul begitu saja. Jadi aku sembunyikan di laci kamar belakang. Dari pagi itu aku bantu nyonya packing." Ujarnya sambil mengusap lembut pipiku. Jordan memang selalu menyebut istrinya dengan sebutan nyonya. Istri yang selalu dia keluhkan suka membentak dirinya.

"Owh..." Akupun hanya merespon singkat.

Pesanan makanan sudah datang. Kami pun makan dengan lahap. Sesekali Jordan menyuapi aku.

"Enakan mana suapan aku sama suapan Suamimu?" Celetuk Jordan ketika sudah selesai makan. Aku tertegun dengan pertanyaan Jordan.

" Gak usah bingung. Semalam aku ada di dalam cafe itu bersama pak hendik. Tapi kamu tidak menyadari itu toh? Pastinya tidak akan menyadari itu. Orang lagi asyik sama suami tua. Suami mudanya di abaikan." Sindir Jordan dengan senyum getir.

"Oalah yank, kamu cemburu ya." Godaku kemudian dengan menjawil pipi Jordan.

"Ya jelas aku cemburu melihat tawa kamu yang lepas begitu sama suamimu. Sakit aku yank. Tapi aku sadar, aku tidak ada hak buat marah." Ujarnya dengan suara parau. Jelas sekali aku melihat kesedihan di matanya.

" Hubungan kita hampir jalan 4 bulan. Kita jarang ketemu walaupun tiap hari kita telponan. Jujur yank, rasa cinta aku jauh lebih besar ketimbang rasa aku terhadap istriku sendiri. Kamu prioritas aku saat ini setelah anak-anak." Imbuhnya lagi.

Aku tidak sanggup lagi berkata apapun. Aku makin menundukkan kepala semakin dalam. Gejolak perang bathin terjadi dalam diriku. Di sisi lain aku bahagia. Di sisi lain aku takut. Karena kebahagiaan aku dan Jordan adalah penderitaan Almira dan Kelvin. Tentu yang paling kecewa adalah anak-anak juga.

"Kamu kok diam?" Jordan mengangkat daguku dan mencium lembut bibirku sekilas.

" A,, a,, a,, aku takut pasangan kita tahu hubungan ini mas." Kataku mengungkapkan rasa kekhawatiran yang terjadi di hati ini.

"Selama kita bermain cantik. Semua akan baik-baik saja. Kita ikuti arus kehidupan. Jangan sampai melawan arus." Ucapan Jordan dengan penuh percaya diri. Mau tidak mau aku ikut mengiyakan dan larut dalam dekapan polisi tampanku.

"Yank, aku pingin leluasa peluk dan cium kamu. Next time kita check in ya."

Pertanyaan Jordan mampu membuat tubuhku bergetar hebat saking takutnya. Yaa Tuhan, apa iya aku akan melakukan hal yang tidak semestinya aku lakukan dengan pria lain selain Kelvin?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak cinta semu sang polisi   BB 39

    Aku berada dalam dua pilihan yang sulit aku putuskan. Memiliki keduanya dengan kelebihan masing-masing itu adalah impian aku. Terkesan serakah memang aku. Tapi hatiku telah bercabang dan terbagi antara Fiona dan Tsania. Fiona yang keibuan dan sabar dalam menghadapi sifatku. membuat aku takut untuk kehilangan dia. Tapi Tsania dengan kecantikan dan goyangan yang membuatku candu akan tubuhnya, tak menginginkan aku untuk mengakhiri hubungan gelap ini. "Sayang, bagaimana kalau untuk sementara waktu kita nikah di bawah tangan dulu. Aku tidak mau kita melakukan dosa lebih jauh lagi. Sambil kamu menyiapkan perceraian kamu dengan istrimu itu. " usul Tsania tiba-tiba membuyarkan lamunanku. "Apa beb? nikah? jangan dulu lah beb. Kita pasti nikah. Tapi kita ga perlu nikah di bawah tangan segala. Aku sudah bilang untuk bersabar terlebih dulu beb. " elak ku dengan menutupi kegugupan yang menyerang hatiku. "Halah, selalu itu terus yang kamu bilang yank. Sabar, sabar dan sabar. Apa harus n

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 38

    POV Kelvin " sayang,, kamu jangan pulang dulu. Aku masih kangen sama kamu." Rengek Tsania yang sedang bergelayut manja di lenganku. " Beb, jangan begitulah. Kamu tahu aku masih ada istri dan anak yang ada di rumah. Nanti mereka curiga kalau aku tidak pulang malam ini. " Tolakku halus. Sudah setahun lebih aku menjalin hubungan asmara dengan Tsania. Seorang gadis periang yang aku kenal saat motorku mogok kehabisan bensin diwaktu touring ke gunung Ijen. Seorang gadis tiba-tiba berhenti di sampingku dan menawarkan bantuan. Tanpa aku pinta, dia menawarkan diri untuk membelikan aku bensin eceran. Itulah awal pertemuan aku dengan Tsania. Sebagai ucapan rasa terimakasih aku yang sudah di bantu olehnya, aku mengajak Tsania untuk makan nasi goreng keliling yang kebetulan lewat. Siapa sangka, pertemuan yang tak sengaja membawaku pada sebuah hubungan yang terlarang bersama Tsania. Wajahnya yang cantik, periang dan memiliki wawasan yang luas membuat aku terpikat akan pesonanya. Awalnya aku men

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 37

    Udara malam ini terasa sangat dingin setelah diguyur hujan sejak sore tadi. Suara nyanyian kodok saling bersautan menambah sunyinya suasana di sekitaran perumahan yang aku tempati. Aku termenung seorang diri di teras rumah. Menunggu Kelvin yang sedari tadi susah di hubungi. Ku lirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 23.18 WIB. Seharusnya Kelvin sudah sampai rumah sejam yang lalu. Kemana dia?"Mami belum tidur? " Tanya Farhan yang tiba-tiba nongol dengan membawa dua gelas coklat hangat. "Biasanya habis hujan begini enaknya itu minum yang hangat-hangat mi." Ujarnya dengan menyodorkan segelas coklat hangat. Aku menerimanya sambil mengulum senyum. "Makasih ya kak." Farhan membalas dengan senyum. Aku kembali menatap lurus ke arah jalanan. Pikiran yang menumpuk di otak sangat menggangguku." Nungguin papi ya mam?" Tanya Farhan melirikku. "Hu'um." Jawabku sambil menyeruput coklat hangat. " Boleh mami tanya sesuatu kak?""Mau tanya apa mam?" Jawabnya dengan balik bertanya." Kalau boleh

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 36

    POV Fiona " Mamiii,,," seru Farah lemah ketika melihatku di pintu UGD. Aku menghambur memeluk Farah yang baru sadar. Putri manjaku menangis dalam pelukanku. " Adek apanya yang sakit sayang?" Tanyaku setelah mengurai pelukannya. Aku meneliti setiap inci tubuh anak gadisku. Tangan dan kakinya terdapat luka lecet-lecet. " Tidak apa-apa mi, hanya luka ringan." Jawabnya sambil meringis. Aku mengelus rambut anakku. Mataku menoleh ke ranjang di depan Farah. Ada Farhan yang masih di jahit pelipisnya oleh pihak puskesmas. Aku mendekati Farhan dengan hati yang miris. " Maaf ya mam, Farhan belum bisa jaga adek dengan baik. " Ujarnya setelah selesai ia di jahit. Aku mencium keningnya sesaat. " Tidak ada yang perlu di maafkan kak. Ini musibah. Jangan merasa bersalah begitu. " Jawabku lembut dengan mengelus rambutnya. " Farhan, motor kamu mengalami kerusakan. Papi mau bawa ke bengkel motor langganan kamu. Oh ya, apa kalian sudah hubungin pihak sekolah kalau hari ini tidak bisa masuk?" Kelvin b

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 35

    Aku membantu Almira menyiapkan perlengkapan Dira sekolah. Pagi-pagi aku sudah antri membeli sarapan untuk kami bertiga. Almira memang bisa di hitung kalau mau masak. Tidak seperti istri muda aku. Sesibuk apapun, selalu menyempatkan waktunya untuk menyiapkan makan untuk keluarganya. Ups,,, istri muda aku. Kedengarannya sangat menggelitik telinga. " Pa, habis antar Dira, langsung pulang! Jangan mampir kemana-mana dulu." Seru Almira saat aku tengah memanaskan mesin motor. " Iya. Kamu jangan balik tidur lagi. Mandi kek, atau beberes rumah gitu." Balasku dengan mengingatkan Almira akan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga." Ogah." Cibirnya sambil masuk ke dalam rumah. Istri macam apa yang telah aku nikahi ini. Andai tidak memiliki ke tiga anak, sudah aku kembalikan ke orang tuanya. Hampir semua kerjaan rumah aku yang handle. Kalau aku suami pengangguran mungkin aku tidak akan mengeluh, tapi disini aku sudah menjadi suami yang tidak melalaikan tanggung jawab aku untuk mencukupi kelu

  • Terjebak cinta semu sang polisi   Bab 34

    POV JORDANSetelah kejadian di puncak, aku semakin mencintai Fiona. Bukan hanya karena nafsu, tapi memang aku benar-benar mencintai dia. Karena kepribadian Fiona yang sangat menyenangkan. Bersama Fiona, aku merasa menjadi diri sendiri. Fiona yang humoris bisa mengimbangi sifat aku yang sebenarnya suka bercanda. Tapi sayangnya aku hidup dengan istri yang selalu serius dalam hidup. Susah diajak bercanda. Yang ada omelan yang kerap aku dapatkan. Tapi aku adalah seorang suami yang tidak suka mencari keributan, jadi jika istriku Almira suka uring-uringan, aku tidak pernah menanggapi. Memilih keluar rumah mencari ketenangan dengan kumpul bersama para pecinta burung.Sore ini Dira memaksa makan di gacoan. Almira juga merengek mengajak jalan-jalan. Kebetulan aku sedang tidak dinas, jadi aku menyanggupi ajakan Almira dan Dira. Kami menikmati makan dengan santai. Sesekali Dira bertingkah berlarian kecil. Aku hanya memantau saja. Wajar menurut aku,anak sekecil Dira bertingkah seperti itu. Tapi s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status