Sebuah kapal pesiar mewah berlayar di lautan. Langit yang hangat, lautan yang biru dengan angin yang tidak kencang membuat Vincent terlihat senang mendayung di sekitar kapal.Di sisi lain, Benjamin terlihat tengah duduk di sisi kapal, Benjamin tengah memancing bersama Lessy, kedua pria paruh baya itu menikmati waktu bersantai mereka dengan menangkap ikan dan sambil berbicara.Sementara Marvelo, pria itu memilih untuk duduk dan bersantai sambil membaca buku dengan serius. Suasana hati Marvelo terlihat tidak begitu baik hanya dengan melihat raut wajahnya.Berbeda dengan Winter yang kini masih berada di dalam kapal. Gadis itu tidak kunjung keluar kamar sejak setengah jam yang lalu.Winter sibuk mencoba satu persatu bikini yang dia bawa untuk di gunakan berjemur. Namun apa yang dia rencakan sepertinya gagal.“Sialan!” Winter memaki kesal seraya membanting bikini-bikini yang di belinya.Tidak ada satupun yang cocok dia pakai dan membuat dia percaya diri. Semakin Winter melihat cermin deng
“Benarkah? Dari sikapmu itu, kau terlihat seperti pria yang suka bilang benci, tapi ternyata cinta.” “Jaga bicaramu Winter. Kau terlalu besar kepala dan percaya diri. Aku bersikap baik kepadamu karena kasihan betapa menyedihkan dan tidak bergunanya hidupmu” jawab Marvelo dengan sedikit teriakan dan suara yang terbata.“Tapi kemarin kau terlihat khawatir padaku. Sebenarnya kau memang suka padaku tapi arght_” pegangan Winter pada sisi kapal membuat satu kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya dan membuat Winter terjatuh ke lantai dengan bokong terlebih dahulu membentur lantai dan satu kaki yang masih berada di sela pagar kapal.“Lihatlah dirimu, sudah aku bilang. Kau merepotkan,” komentar Marvelo tanpa berniat membantu.“Brengsek” bisik Winter mengumpat, merasakan tulang ekornya terasa seperti menembus bokongnya. “Bantu aku!.”“Tidak mau. Nanti kau akan berpikir aku benar-benar menyukaimu,” tolak Marvelo. Marvelo langsung beranjak dan pergi ke sisi kapal lain untuk menerima panggil
“Siapa yang merubahmu pikiranmu?”Perlahan Winter membalas tatapan Marvelo, matanya berkaca-kaca tiba-tiba ketika teringat kehidupannya di masa lalu sebagai Kimberly Feodora yang gemerlap indah seperti bintang, namun begitu dia kehilangan cahayanya, dia meredup di antara kegelapan.“Kimberly Feodora” jawab Winter dengan suara bergetar, hatinya sangat sakit bak tertusuk saat menyebutkan namanya sendiri.“Mengapa?”“Dia adalah seorang bintang besar dan wanita yang kuat. Dia bukanlah pembunuh sahabatnya, namun dia tetap menyerah dengan cara bunuh diri karena tidak tahan dengan kebencian yang tidak seharusnya dia terima. Apa yang Kimberly lakukan sama saja dengan mengalah dengan kejahatan dan fitnah. Andai dia bertahan sedikit lebih lama. Dia akan kembali mendapatkan kehidupannya yang sempurna.” Winter berhenti berbicara dan menarik napasnya lebih dalam merasakan sesak yang mencekik dirinya.“Aku tidak ingin seperti Kimberly, aku tidak ingin menyerah, aku tidak ingin tunduk apalagi kalah
Dalam kesendirian Winter berjalan menyusuri jalanan, gadis itu melangkah di antara kerumunan banyak orang yang berjalan. Winter mengeratkan coat yang di kenakannya, salju kembali turun membuat banyak orang berjalan dengan cepat agar tidak kedinginan.Bebeapa kendaraan lalu lalang di jalanan, semua tempat makan terlihat penuh.Sepulang dari liburan singkatnya, Winter memutuskan berkeliaran pergi menikmati malamnya sendirian dengan berjalan kaki. Menjalani kehidupan sebagai Winter memiliki keuntungan di mana dia bisa bepergian ke manapun tanpa ada yang memberpahtikan dan meminta photo kepadanya.Kaki Winter bergerak tanpa dia ketahui tujuannya akan ke mana, beberapa kali Kimberly terdiam di depan beberapa toko melihat bayangannya sendiri di depan kaca.Kepala Winter mendongkak melihat lampu-lampu kota yang di tata dengan cantik berwarna warni, salju yang turun terlihat indah berkilauan. Salju yang turun di malam yang gelap itu samar-samar membuat Winter teringat banyak bayangan yang tib
Dengan perasaan yang campur aduk, Winter kembali pergi ke tempat lain dan melihat photo-photo asli yang terpajang memperlihatkan kehidupan Kimberly sejak masih bayi dan tumbuh di lingkungan panti asuhan hingga akhirnya menjadi super model.Dari photo-photo yang di lihatnya itu, Winter sama seperti sebelumnya. Dia tidak mengingat semuanya.Bahkan beberapa orang berada di photo itu tidak Winter kenal sama sekali meski sudah di deskripsikan siapa mereka.Rasa sakit di kepala Winter terasa sangat tajam, semakin dia berusaha mengingat hal-hal yang di lupakan mengenai kehidupan Kimberly di masa lalu, rasa sakit di kepalanya semakin kuat.Winter kehilangan sebagian ingatan mengenai kehidupannya sebagai Kimberly.Namun bagaimana bisa dia melupakannya?.Winter mengusap keringat dingin yang menghiasi wajahnya, gadis itu bernapas dengan cepat berusaha mengingat segalanya, akan tetapi ingatan itu terhapus begitu saja seakan dia tidak pernah mengalaminya.Winter bernapas“Apa yang kau lakukan di s
Salju yang turun terasa cukup dingin, Winter berjalan di bawah pohon-pohon yang bercahaya di penuhi lampu. Jalan setapak yang di pijakinya terhiasi cahaya neon yang menunjukan arah.Pemandangan kota di malam hari terasa sangat damai, orang-orang lebih sibuk menghangatkan diri dan banyak berbicara dengan teman-teman mereka sepulang bekerja. Winter berjalan dengan pelan di sampin Marius. Marius hanya mengajak Winter pergi keluar berjalan-jalan melihat keramaian sejak sepuluh menit yang lalu.“Kenapa kau terus mengajakku berjalan?” tanya Winter penasaran.“Bukankah kau ingin kurus? Berjalan baik untukmu.”Winter berdecih, “Yang harus berjalan itu kau, bukan aku” jawab Winter kembali berkata kasar. Namun anehnya Marius tertawa merasa terhibur.“Kenapa kau tidak marah dengan ucapanku?” tanya Winter lagi.Marius mengusap beberapa salju yang menyentuh permukaan jaketnya. Pria itu tersenyum, “Karena kau tidak mengenalku dan tidak mengasihaniku. Orang-orang yang mengenalku hanya mengingat bet
“Aku seorang pengangguran.”Seusai mengalami kecelakaan dan pensiun dari dunia balap karena alasan kesehatan yang membutuhkan waktu lama dalam penyembuhan, Marius tidak melakukan apapun, dia menolak beberapa tim besar balapan untuk menjadi penguji mesin.Marius hanya menghabiskan waktunya dalam kebingungan seperti manusia tanpa arah, semua hasil kerjanya selama berkarier di dunia balap Marius gunakan untuk membeli beberapa saham perusahaan starup.Selain itu, tidak ada yang dia lakukan.“Benarkah?” tanya Winter tidak percaya, semua yang melekat pada tubuh Marius adalah pakaian mahal, untuk satu jam tangan yang dia pakai saja mungkin harus bekerja beberapa bulan bagi orang biasa, mustahil jika pria itu pengangguran.“Tidak ada yang aku lakukan. Aku hanya belajar berjalan seperti bayi di setiap hari. Karena itu aku pengangguran” jawab Marius menekankan.Winter tertawa mendengar jawab Marius, tidak banyak orang bisa percaya diri dan mengaku bahwa dia adalah seorang pengangguran. Terlepas
Winter terduduk di kursinya melihat keberadaan rumah Paula di depannya. Rumah itu terlihat cukup mewah dan sedikit berlebihan untuk sebuah rumah dinas bagi karyawan biasa, siapapun yang mengetahuinya akan berpikir jika Benjamin memiliki hubungan special dengan karyawannya karena memberikan perhatian yang berlebihan.Tidak berapa lama Paula keluar dari rumahnya, gadis itu terlihat sedikit kaget karena Winter datang bersama sopirnya,Winter tidak membawa mobil sportnya.Biasanya tidaklah seperti ini.Paula tersenyum lebar melambaikan tangan, gadis itu terlihat sangat cantik seperti tuan puteri dari keluarga konglomerat. Paula menyembunyikan rasa penasarannya karena Winter memakai mobil biasa.“Hay,” sapa Paula begitu sudah masuk ke dalam mobil.“Aku minta maaf untuk yang kemarin,” ucap Winter memulai pembicaraan, dia tahu Paula pasti akan curiga dan mulai berhati-hati dengan perubahannya, Winter harus tetap membuat Paula lengah dengan bersikap bodoh seperti biasa.“Syukurlah jika kau sa