Ternyata makanan di dunia nyata dengan dunia lain itu berbeda, walau di dunia lain itu terasa enak, tapi hanya sesaat merasakan itu, setelahnya terasa sangat hambar. Bahkan Nathan sampai lupa rasa enaknya seperti apa.Di sini Nathan hanya makan sepiring saja sudah kenyang, tapi di dunia lain, dia menghabiskan seluruh makanan yang di sediakan tetap masih merasa lapar.Nathan kembali ke dalam kamar untuk mandi dan tidur. Setelah mandi dia menatap wajahnya di cermin, ternyata dia sudah terlihat dewasa namun tubuhnya kurus dan matanya cekung, menandakan jika dirinya kurang tidur. Mungkin dalam sehari dia bisa menghitung waktu tidurnya satu jam saja.Waktu sudah menjelang sore, namun Nathan belum juga bangun, Nita berusaha membangunkan Nathan dengan mengetuk pintu kamarnya dengan keras. Karena tak ada sahutan Nita membiarkannya. Sampai ketika Giri kembali dari penggilingan, Nathan belum juga bangun."Nathan sudah kembali," kata Nita pada suaminya."Oh benarkah ? Lalu dimana dia sekarang ?"
Nathan sama sekali tak menyangka jika dirinya akan menghadapi masalah lagi, jika kemarin dia harus berhadapan dengan makhluk astral maka hari ini dia harus berhadapan dengan manusia serakah. Keserakahan Ningsih sudah kebangetan. Nathan memperhatikan ibunya dengan seksama. Dia baru menyadari ada yang sudah berubah dari ibunya ini. Ningsih kelihatan lebih cantik bagaikan wanita-wanita berkelas di luar sana. Mungkin Ningsih melakukan operasi plastik sehingga harus menghalalkan segala cara.Nathan memejamkan matanya yang terasa sangat perih, bukan hendak menangis tetapi matanya terlalu sakit untuk menatap wajah ibu sambung yang tak tahu diri ini. Ningsih tak mau pergi dari rumah ini, Nathan membiarkannya, dia menyuruh Nita untuk menyiapkan makan malam. Kedua anak buah Ningsih terlihat mulai tidak betah karena duduk terus tanpa melakukan apapun."Kalian tunggu saja, Rully akan datang bersama polisi," bisik Ningsih.Nathan mendengarnya, dia hanya menghela nafas dalam, bukannya takut, dia cu
Badar tak langsung masuk, dia masih sengaja berlama-lama di teras rumah untuk mendengarkan pembicaraan mereka."Jika sampai besok pagi kalian tak juga mengosongkan rumah, kalian akan tau sendiri akibatnya," ancam Rully."Kau siapa sehingga mengancam di rumahku sendiri. Dan kau nyonya Ningsih, ternyata kau sangat tidak tahu malu. Semula aku masih menganggapmu ibuku, tapi sekarang aku bahkan menyesal pernah mengenalmu. Camkan baik-baik nyonya, aku akan mengusut kematian mendadak ayahku saat itu," Nathan tak gentar bahkan balik mrngancam ibunya.Ningsih terkesiap, tapi dia mampu mengontrol keterkejutannya agar tidak menimbulkan kecurigaan Nathan.Badar segera masuk memberi salam, Nathan dan Giri berdiri menyambutnya."Mari masuk paman!"Badar masih berdiri mengamati ke empat orang pria yang baru di lihatnya ini. Dari wajah saja Badar sudah bisa menduga jika mereka bukanlah orang baik. Dia lalu menatap Ningsih dengan sinis."Kau ternyata tidak kapok juga," ucap Badar lalu duduk di samping
Di dalam rumah, Giri dan Nita saling menggenggam tangan degan erat, melihat Rully yang mulai merapal mantera dan memutat-mutar tangannya melingkar di atas kepala membuat mereka mulai merasa takut. Namun karena melihat Nathan yang terlihat duduk dengan santai membuat mereka sedikit tenang. Badar melihat Nathan yang tak terpengaruh dengan gerakan Rully akhirnya duduk kembali di samping Nathan. Tadinya dia berdiri untuk menantang Rully, namun sepertinya dia bukanlah tandingan Rully.Rully sudah merapal mantera berulang kali namun tak ada pergerakan sama sekali, awalnya hanya getaran sedikit, namun kemudian berhenti. Kini bahkan peluhnya mulai bercucuran. Semua tenaganya habis terkuras, tanda-tanda rumah bakalan roboh tak kunjung terlihat. Dia menatap Nathan dan Badar silih berganti, dia ingin tahu dari kedua orang ini siapa yang telah memberikan perlawanan. Pertahanannya mulai goyah, dia kemudian jatuh tersungkur."Pergilah sebelum kau benar-benar celaka," kali ini suara Nathan tegas da
Markas dalam keadaan lengang, Rully menghentikan mobilnya tepat di depan rumah mewah yang sangat besar dengan halaman yang cukup luas. Dia turun dari mobil tanpa mempedulikan Ningsih dan anak buahnya yang masih berada di dalam mobil.Ningsih segera turun dan mengejar Rully masuk ke dalam rumah. Ningsih tau jika rumah ini adalah tempat berkumpulnya kaki tangan Rully. Dia sendiri bertemu Rully secara tidak sengaja saat dia melakukan perawatan tubuh di sebuah tempat spa. Ningsih yang sudah antri sejak pagi sempat memprotes mengapa pria dan kekasihnya di dahulukan, sementara dirinya yang sudah antri sejak pagi tidak langsung di layani. Rully hanya meliriknya sekilas, lalu segera masuk ke ruang perawatan bersama kekasihnya. "Main nyelonong aja."Ucapan Ningsih di dengar Rully dan tak lama kemudian Ningsih di panggil masuk ke ruang perawatan. Ruangan yang lumayan besar di dalamnya tercium wangi lilin aroma terapy yang membuat suasana nyaman dan rileks.Ningsih mengganti pakaiannya dengan
Walau sudah terhubung ke dunia lain, namun Rully belum beranjak dari tempatnya. Dia masih tetap duduk bermeditasi, dia mencoba merenungi mengapa dia masih bisa di kalahkan. Menurut perkiraannya, di antara mereka berempat pastilah anak tiri Ningsih yang punya ilmu seperti dirinya. Namun tidak menutup kemungkinan pria yang di sebelah Nathan itu memiliki ilmu juga.Rully kembali membayangkan bagaimana dirinya di permalukan. Sebenarnya belum terpikirkan olehnya untuk menghubungi kekasih dunia lainnya itu. Tetapi karena dia telah mengeluarkan ilmu pamungkasnya dan tidak menimbulkan reaksi apapun, membuatnya harus meminta bantuan.Pertemuannya dengan kekasih dunia lainnya itu terjadi di luar kendalinya. Dia yang saat itu menghindari kejaran polisi, lari ke tengah hutan. Peluru sempat bersarang di dadanya nyaris menyembus jantung. Nyawanya hampir saja tidak tertolong. Yang dia rasakan saat itu dia sudah mati dan terbangun di sebuah ruangan yang cukup luas."Apakah aku sudah mati ?" tanyanya
Saat peri cantik itu meninggalkannya, Rully bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar. Dia sempat bingung melihat sekeliling. Ternyata semuanya hutan belantara, lalu mengapa bisa ada sebuah tempat yang cukup nyaman untuk di tinggali di tengah hutan ?"Katanya ini sebuah kerajaan, aku bahkan tak melihat tanda-tanda kehidupan lain di tempat ini," gumam Rully.Karena tempatnya cukup angker, Rully masuk kembali ke dalam rumah. Dia melihat sebuah ember berisi air di depan rumah itu. Dia semakin kebingungan, padahal saat keluar dia tak melihat ember itu. Rully sempat menggigil ketakutan.Rully melihat air di dalam ember begitu beningnya bagaikan kaca. Rully menyentuh air dengan telunjuknya."Ternyata airnya sejuk," gumamnya.Tanpa menunggu waktu lama, Rully membasuh wajahnya lalu masuk ke dalam kamar. Dia terheran-heran ketika pakaian ganti sudah siap dan di seberang meja sudah terhidang makanan yang cukup banyak. Rully menengok ke kiri dan kanan, dia berharap wanita itu muncul lagi.
Telinga Lady Sina berbunyi, sinyal yang dikirimkan dayang bawahannya membuatnya bergegas dengan cepat. "Maaf aku harus pergi," ucap Lady Sina lalu menghilang.Rully tertegun, dia merasa baru saja mengalami mimpi buruk yang indah. Serasa bercinta dengan manusia tapi nyatanya dia bersama makhluk astral dan juga berada di dunia mereka. Bulu kuduk Rully berdiri, dia mulai berpikir yang aneh-aneh. Bagaimana kira-kira jika dia tak bisa kembali ke dunia manusia ? Lalu apakah dia akan mati konyol disini ?Ruly terlihat sangat frustasi, bahkan makanan yang tersedia di meja enggan untuk di sentuhnya. Rully berusaha untuk memejamkan matanya, lalu tiba-tina terlintas dalam benaknya untuk mempelajari berbagai ilmu. Bukankah peri yang berhasil di tidurinya tadi bisa menghilang begitu saja ?Rully bangun dari tempat tidur, kakinya mengayun ke bawah lalu bergegas menghampiri makanan yang tersaji di meja. Pikiran yang baru saja terlintas seakan merupakan amunisi baginya. Dia lalu menghabiskan seluruh