Share

6. Tirai Pelindung

Penulis: Kirana Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-05 19:29:02

Sebuah pohon yang besar terlihat oleh Nathan. Hatinya berkata, mereka bisa beristirahat di pohon itu dan mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan.

"Tahan dek, sebentar lagi kita sampai," Nathan memapah adiknya dan berjalan perlahan menuju arah pohon yang ditujunya.

Suhu pada malam hari sangat dingin, lalu terdengar suara fauna, burung hantu babi hutan dan masih banyak lagi. Suara-suara itu terdengar sangat menyeramkan, namun Nathan membisikkan kata-kata menghibur agar adiknya tidak ketakutan.

Kedua kakak beradik itu akhirnya mencapai pohon besar lalu menyandarkan tubuhnya disana. Nela berbaring dipaha kakaknya, dia sangat lelah bahkan nyaris pingsan. Nathan mengangkat kepala Nela dan meminumkan air seteguk demi seteguk.

Nyaris terlelap, sayup-sayup terdengar suara warga dari kejauhan. Nathan tersentak, nyala obor dan senter terlihat dari kejauhan. Laki-laki berusia remaja ini ketakutan, bagaimana jika Ningsih menemukan mereka ? Dia tak terlalu mengkhawatirkan dirinya, namun adiknyalah yang sangat dikhawatirkannya. Jika saat ini mereka tertangkap dan kembali ke rumah, maka sudah pasti Nela yang akan menjadi bulan-bulanan sang ibu sambung.

Kepalanya terasa sakit, sebuah bayangan berkelebat. Dia merinding, dilihatnya Nela sudah tertidur lelap di pangkuannya.

Sesaat Nathan memejamkan mata. "Siapapun penghuni di hutan ini, lakukan sesuatu untuk melindungi kami. Aku berjanji akan melakukan apapun untuk membalas kebaikan kalian."

Tanpa membuka mata sekalipun, Nathan tau jika belasan warga dan ibu sambungnya sesaat lagi akan menemukan mereka, dia terus berucap.

"Aku akan mengabdi pada kalian hai penghuni hutan ini, harimau, singa ular dan apapun itu, atau jika ada mahluk planet yang tersesat seperti kami berdua, tolong lakukan sesuatu," suara Nathan terdengar sangat putus asa.

"Itu mereka!"

Suara warga yang berbondong-bondong datang bagaikan pedang yang akan menghujam ulu hati Nathan saat ini. Matanya dibukanya perlahan.

"Nathan, Nela ayo kembali sayang, ibu tidak marah pada kalian, ayo kita pulang, ibu janji akan menuruti semua permintaan kalian"

Suara Ningsih yang terdengar dibuat-buat membuat Nathan semakin geram, andai saja dia punya kekuatan super, dia akan membuat ibu sambungnya yang dulu sangat dihormatinya ini menderita.

Sebuah tirai tiba-tiba terbentang saat Ningsih dan beberapa warga sejengkal lagi menggapai lengan Nathan.

"Hah ? hilang...mereka hilang..!" terdengar seruan beberapa warga.

"Apa ? tidak mungkin, tanganku baru saja hendak menggapai kedua anak itu," ucap salah satu warga.

Mereka saling berpandangan satu sama lain. Tanpa dikomando mereka berucap, " Ada hantu..." Warga lari terbirit-birit disusul Ningsih yang juga penasaran dan panik.

Beberapa warga yang sedang menunggu mereka di garis polisi dibuat terheran-heran saat melihat beberapa dari mereka berlari bahkan ada yang sampai jatuh.

"Apa yang terjadi ?" tanya pak RT yang dari tadi hanya menunggu dan tak berani masuk ke hutan.

"Hutan ini benar ada penghuninya...hiiii," ucap warga yang tadi terlihat jatuh. Setelah mengucapkan itu dia segera berlari menuju kampung.

Tak ada yang berani mengambil resiko, apa yang mereka alami menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Ada yang mengatakan jika Nathan dan Nela sudah menjadi tumbal penunggu hutan itu.

Ningsih menahan geram, dia nyaris saja menyentuh lengan Nathan bersama seorang warga, dia bahkan merasa telah menyentuh kemeja yang dikenakan Nathan, namun yang membuatnya tak mengerti tiba-tiba kedua anaknya itu menghilang. Dia terus berpikir, seakan ada sesuatu yang menghalangi pandangan mereka, namun dia tak tau apa itu. Berulang kali dia membolak balik telapak tangannya, lalu terlihatlah sesuatu yang sangat lengket di lengannya.

"I..ini apa ? Getah ? "Ningsih bergidik, dia segera membasuh lengan kanannya namun getah itu tak juga hilang. Akhirnya dia mengambil minyak tanah lalu menggosoknya perlahan sampai getah itu hilang, dan terlihatlah bekas berwarna merah di lengan kanannya.

Nathan yang merasa jantungnya segera copot saat tangan Ningsih menyentuh kemejanya, melihat sebuah tirai yang tiba-tiba terbentang, bahkan dia masih sempat melihat tangan Ningsih dan salah seorang warga ditarik dengan keras dari tirai itu. Dari lubang bekas tangan Ningsih dan seorang warga, ia melihat bagaimana mereka kebingungan dan lari tunggang langgang keluar dari hutan itu.

Nathan sangat bersyukur, sesaat dia memejamkan mata. Merasa sudah aman, dia membangunkan Nela untuk makan malam. Tapi sepertinya Nela jatuh pingsan. Dia tak sadarkan diri.

Nathan tak tau apa yang harus dia lakukan sampai ketika seseorang berdiri di hadapannya.

"Siapa kau ?" Nathan waspada. Seorang gadis cantik seusianya berdiri tak jauh dari mereka berdua.

"Namaku Dewi, aku berasal dari bangsa Goro, jangan takut. Ikutlah denganku, kau akan tau semuanya."

Nathan terdiam, dia sangsi, bagaimana bisa ada gadis secantik itu di hutan ini ? Terlintas olehnya cerita ibunya. Benarkah ada sebuah kerajaan di hutan ini ? Sesaat Nathan menimbang-nimbang, jika dia masih terus disini maka adiknya dalam bahaya. Akhirnya dia mengikuti langkah Dewi dengan menggendong Nela di pundaknya.

Hanya butuh tiga tarikan nafas tiba-tiba di hadapan Nathan terlihatlah sebuah istana yang sangat megah, dikelilingi benteng yang sangat tinggi, dari kejauhan terlihat para prajurit bersenjata lengkap yang lalu lalang. Nathan tertegun, apakah dia sedang bermimpi ? Belum habis keherananannya, tiba-tiba selusin pasukan mengelilinginya.

"Maaf tuan puteri, kami diperintahkan permaisuri untuk menjemputmu," salah seorang pasukan dengan pakaian lengkap layaknya panglima perang bersujud memberi hormat.

"Tolong bawa mereka ke Istana Timur, dan layani mereka sebagaimana kalian melayani puteri," Dewi segera naik ke punggung kuda yang telah disediakan untuk menjemputnya.

Nathan dengan ketidak mengertiannya ikut naik ke atas kuda yang di gunakan salah satu pasukan kerajaan. Hanya dalam beberapa menit mereka tiba di istana yang megah itu. Di atas pintu utama terdapat sebuah mahkota yang bersusun tiga. Apakah kerajaan ini dipimpin oleh seorang wanita ?

Nathan yang masih terus menggendong Nela, dituntun menuju Istana Timur, mereka melewati balairung yang berwarna keemasan di setiap sudut dindingnya, nampak para pelayan istana dengan pakaian kebaya berjalan menunduk memberi hormat, dan menunjukkan sebuah kamar set mewah lengkap dengan furniture klasik ukiran jepara.

Walau masih terheran-heran Nathan membaringkan Nela di atas kasur empuk itu dengan tak lupa melepas sandal jepit yang dikenakan adiknya. Dia ingin bertanya namun para pelayan telah menghilang dari kamar, dia membaringkan tubuh lelahnya di samping Nela. Nathan sedang berpikir keras, mungkinkah dia dan Nela sudah mati atau barangkali tirai itu adalah pintu menuju ke waktu lampau pada masa kerajaan majapahit, tapi melihat wajah-wajah punggawa dan pelayan apalagi Dewi, sepertinya mereka bukan berasal dari Indonesia. Hidung mereka semuanya mancung. Nathan terus berpikir, bisa saja mereka terdampar di kerajaan Timur Tengah atau India mengingat wajah mereka mirip orang Arab-India . Karena terlalu lelah memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal, Nathan memutuskan untuk tidur, dia berharap saat dia bangun nanti ini hanyalah mimpi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gondrong Reywok
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak di Dunia Lain   227. Kelahiran bayi (END)

    Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.

  • Terjebak di Dunia Lain   226. Memulai kehidupan baru

    Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!

  • Terjebak di Dunia Lain   225. Rendy Bertaubat

    Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya

  • Terjebak di Dunia Lain   224. Badai telah berlalu

    Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di

  • Terjebak di Dunia Lain   223. Eksekusi

    Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh

  • Terjebak di Dunia Lain   222. Ibu Astrid mengamuk

    Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status