Share

5. Melarikan Diri

Penulis: Kirana Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-03 07:40:28

Karena tarikan rambutnya sangat keras, tubuh Nela ikut tertarik, Nathan segera melepaskan tangan ibunya dari rambut Nela.

"Jangan keterlaluan bu !" Nathan menghempaskan tangan ibunya dengan kasar, beberapa helai rambut Nela ikut tertarik. Dia meringis kesakitan.

Nathan melindungi Nela, Nela terus berada di sampingnya sampai dia selesai memperbaiki penyebab korslet listrik. Lampu kembali dinyalakan.

Ningsih dengan wajah geram menarik tangan Nela menuju ruang makan. Terjadi tarik menarik antara Nathan dan Ningsih. Karena melihat Nela meringis kesakitan akhirnya Nathan melepaskan tangan Nela. Dia mengikuti arah dimana Ningsih membawa Nela.

"Duduk" ! Ningsih menyuruh Nela duduk di bangku dengan kemarahan yang tak juga hilang dari wajahnya.

Nela terus menunduk karena merasa bersalah, Nathan duduk tak jauh dari keduanya, dia akan bersiap-siap melawan ibunya jika terjadi kekerasan lagi.

"Sekali lagi aku peringatkan padamu, jangan berlagak seperti orang kaya, lihat ini !"Ningsih menunjuk es lilin yang menumpuk di atas meja. "Aku melakukan ini semua untuk keperluan kita sehari hari dan kau, bukannya membantuku tapi malah berkipas ria di kamar."

Nela ingin membantah namun dia tak berani.

"Tatap ibu Nela, kau itu seperti ibumu yang kerjanya hanya hidup berfoya-foya dan merebut suami orang."

Melihat ibunya yang sudah berdiri menghampiri Nela, Nathan segera mendahuluinya.

"Siapa merebut siapa ibu ? Kau mengada-ada, ibu kami tidak seperti yang kau tuduhkan."

Melihat Nathan yang segeŕa melindungi Nela membuat darah Ningsih naik sampai ke ubun-ubun.

"Minggir Nathan, ibumu bukan ibunya Nathan. Jangan menghalangi ibu jika tidak..! Ningsih tak melanjutkan kata-katanya. Wajah Nathan selalu mengingatkannya pada Aris yang dicintainya sejak masih gadis belia.

"Jika tidak apa bu, dengar ! Mulai detik ini aku tidak ingin melihatmu mengintimidasi adikku, dan jangan mengancamku, karena akupun bisa melakukan lebih dari apa yang akan kau lakukan."

Tatapan mengintimidasi Nathan membuat nyali Ningsih menciut, tatapan kemarahan seperti ini mirip kemarahan suaminya yang dulu hampir menceraikannya gara-gara menyebut nama Ibu Nela.

Tapi dia tidak ingin memperlihatkan wajah takutnya pada anak remaja ini.

"Kau mau melakukan apa pada ibumu hah ?" Ningsih dengan cepat menarik Nela dari samping sehingga Nela jatuh terjengkang.

Nathan emosi ditariknya ibunya dan tangannya mengepal, sesaat sebelum tinjunya melayang ke wajah Ningsih, Nela bangun dan menarik tangannya.

Wajah Ningsih sempat pias, nyaris saja Nathan memukulinya. Dia mendelik gusar ke arah Nela, dendamnya semakin membara. Tunggu saja, aku akan melampiaskan semua yang tertunda hari ini. Batinnya.

Nathan melihat kilatan dendam dimata ibunya.

"Dengar bu, Nela besok mulai ujian kelulusan, aku tidak mau melihat seujung rambutpun kau menyentuhnya. Paham ?"

Nathan bukan sekedar mengancam, dia sudah benar-benar bertekad membuat perhitungan dengan ibunya.

Setelah itu Nathan segera menarik tangan Nela menuju kamarnya.

"Lanjutkan belajarmu, jangan takut, aku akan melindungimu."

Saat Nathan hendak beranjak keluar Nela menarik tangannya.

"Kak, tolong jangan berkelahi lagi dengan ibu, walau bagaimanapun dia telah membesarkan kita."

"Tapi dek, ibu sudah keterlaluan sudahlah, jangan pikirkan itu, serahkan semuanya padaku. Yang kau harus lakukan sekarang hanya belajar biar bisa lulus dan bisa melanjutkan sekolah."

Nela menggeleng, dia tahu kakaknya ini begitu melindunginya. Namun dia tak ingin sesuatu terjadi pada ibunya. Dia tak ingin Nathan melakukan kekerasan yang akan berujung dirinya di penjara seperti yang menimpa ayah dari teman sekelasnya. Hanya karena memukuli ibunya lalu ayahnya dilaporkan ke pihak yang berwajib.

"Kak, bukankah ada cara yang lebih baik agar kita terhindar dari tindak kekerasan ini ?"

Nathan mengamati adiknya sesaat, lalu dia mengerti. Ya..jalan satu-satunya yang harus mereka lakukan adalah keluar dari rumah ini.

Selama ujian berlangsung, Ningsih tak pernah sekalipun menyakiti Nela, entah takut pada ancaman Nathan atau dia memang sedang merencanakan sesuatu.

Ujian telah selesai, namun Nela belum juga kembali. Karena dia dan Nathan sudah berencana melarikan diri dari rumah, makanya hari ini Nela menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Nathanpun melakukan hal yang sama, berkumpul bersama teman-teman sekolahnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 barulah Nela tiba dirumah, Ningsih sudah menunggunya di dalam rumah dengan sebilah bambu ditangannya.

Nela berdiri mematung, sebelum bambu itu mengenai tubuhnya, dia sudah duduk bersimpuh memohon ampun. Namun Ningsih bagai kesetanan menarik Nela agar berdiri dan memukuli betis Nela tiada ampun sampai Nela jatuh bersimpuh.

Nathan yang baru saja tiba segera berlari melindungi tubuh adiknya, alhasil punggungnya yang kena pukulan bilah bambu itu. Nathan merasakan perih yang tak terkira, ternyata seperih ini yang dirasakan adiknya.

Nathan menahan nafas dan mengumpulkan tenaganya, Ningsih kembali melayangkan pukulan ke tubuh Nela, dua kali Nathan menghalangi pukulan itu.

Melihat Nathan yang meringis kesakitan, Ningsih menghentikan aksinya dan membuang bilah bambu itu ke lantai dengan kasar. Dia segera berlalu menuju ke kamarnya dengan emosi yang meluap.

Nathan memapah Nela, dilihatnya adiknya tak sanggup lagi berdiri, kaki dan punggungnya terasa sakit. Nathan bisa merasakan penderitaan adiknya itu. Jiwa dan hatinya benar-benar sakit, air matanya jatuh tiada henti, bukan karena pukulan yang mengenai tubuhnya namun karena tak ada air mata yang keluar dari mata adiknya.

Sore itu Nathan diam-diam membungkus Nasi dan lauk secukupnya untuk bekal mereka di hutan nanti.

Kesempatan itu akhirnya datang, ibunya sedang mandi, Nathan dan Nela mengendap-endap keluar lewat pintu belakang dan berlari masuk hutan.

Hutan itu terlalu gelap namun mereka tak berhenti berlari, sampai Nela berseru.

"Kakak, aku tak kuat lagi."

Nathan berpaling, luka di betis adiknya membiru dengan beberapa tetes darah yang telah mengering, bisa dibayangkan bagaimana perihnya terkena sabetan bambu yang sudah dipersiapkan ibu setiap kali Nela berbuat kesalahan sekecil apapun itu.

Hati Nathan tersayat, ini tak bisa dibiarkan, jika terus berlanjut maka dia akan menyaksikan adiknya itu mati didepannya, itu yang ibu sambungnya inginkan. Ayahnya yang harus mengais rezeki di rantau orang sebagai TKI, pulang setahun sekali, tak tahu sama sekali apa yang menimpa mereka berdua.

Rintihan Nela membuat Nathan tersentak.

"Tahan sebentar dek, sedikit lagi kita akan tiba dihutan dimana ibu tak akan menemukan kita.

Namun Nathan salah, ibunya dan beberapa masyarakat mengejar mereka...

Dengan meminta bantuan beberapa warga, dengan alasan kedua anaknya menghilang, Ningsih mampu meyakinkan warga, tadinya tak ada yang berani masuk hutan, namun karena uang yang ditawarkan juga keyakinan yang diberikan, jika dulu Aries dan Nathan berhasil keluar hidup-hidup dari hutan itu jadi tidak perlu ada yang ditakutkan.

Beberapa warga membawa obor dan senter memasuki kawasan terlarang.

Seorang warga berteriak tatkala senternya tepat mengarah kepada kedua kakak beradik yang duduk di bawah pohon besar.

"Itu mereka!"

Ningsih segera berlari disusul warga yang lain, menuju ke arah Nathan yang sedang duduk memeluk Nela setengah berbaring dan menyandarkan tubuhnya di batang pohon.

Mata Nathan terpejam, mulutnya komat kamit seakan sedang berdoa. Dia tau jika saat ini Ningsih dan warga hanya beberapa langkah lagi sampai di tempat mereka melepas lelah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agustina Rurin
sungguh cinta sejatii..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak di Dunia Lain   227. Kelahiran bayi (END)

    Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.

  • Terjebak di Dunia Lain   226. Memulai kehidupan baru

    Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!

  • Terjebak di Dunia Lain   225. Rendy Bertaubat

    Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya

  • Terjebak di Dunia Lain   224. Badai telah berlalu

    Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di

  • Terjebak di Dunia Lain   223. Eksekusi

    Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh

  • Terjebak di Dunia Lain   222. Ibu Astrid mengamuk

    Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status