Home / Fantasi / Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO / 145. Lukisan yang Berbicara

Share

145. Lukisan yang Berbicara

Author: Blue Rose
last update Last Updated: 2025-08-14 22:22:12
Siang itu, langit Jakarta sedikit mendung, tapi udara justru terasa panas. Bella baru saja keluar dari sebuah gedung tinggi setelah menjalani wawancara kerja. Ia belum tahu hasilnya, tapi di wajahnya tidak ada beban. Leon sudah menunggu di luar, bersandar santai di mobil hitam besarnya, dan tersenyum lebar menyambutnya.

“Gimana?” tanya Leon sambil membukakan pintu mobil.

Bella masuk, menaruh tas di pangkuan, lalu menarik napas panjang. “Lumayan. Aku udah ngasih yang terbaik sih... tapi masih ragu.”

Leon mengangguk puas. “Aku yakin kamu keterima. Mereka pasti butuh orang kayak kamu—rajin, pintar, dan… cantik.”

Bella tersenyum tipis, tapi hatinya justru terasa berat.

Ia menatap Leon yang sedang fokus menyetir. Begitu damai wajah itu, begitu tenang, seolah hidupnya kini hanya punya satu tujuan, menjaganya.

Itu yang membuatnya khawatir.

“Leon,” ucap Bella pelan.

“Hm?” Leon menoleh sebentar, lalu kembali menatap jalan.

“Aku mau kamu janji satu hal.”

Leon mengernyit, agak penasaran
Blue Rose

Terima kasih udah baca. Semoga suka dan gak bosen ya(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   146. Dunia Novel itu Mulai Menguap

    Sejak kejadian di pameran lukisan, Bella tidak pernah benar-benar merasa tenang lagi. Setiap langkahnya, tatapan Leon, dan senyum hangatnya… kini dibayang-bayangi oleh satu kenyataan pahit--waktunya bersama pria itu akan segera habis. Ia mencoba bersikap normal, tapi dunia di sekelilingnya mulai menunjukkan tanda-tanda aneh. Hari itu, Bella dan Leon duduk di sebuah kafe kecil di dekat komplek. Mereka memesan kopi dan roti, lalu mengobrol ringan. Awalnya semua terasa biasa saja—hingga Bella menyadari sesuatu. Pelayan yang sama terus lewat di depan meja mereka. Awalnya ia pikir itu kebetulan, tapi gerakannya persis sama, langkahnya sama, bahkan ekspresi wajahnya sama persis. Seolah-olah seseorang sedang menekan tombol replay pada adegan itu. “Leon…” bisik Bella sambil menyentuh lengannya. “Kamu lihat nggak? Pelayan itu—” Namun sebelum ia selesai bicara, pelayan itu… hilang. Bukan pergi ke arah dapur, bukan pula menunduk. Ia seperti menguap begitu saja di udara, meninggalkan ruang

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   145. Lukisan yang Berbicara

    Siang itu, langit Jakarta sedikit mendung, tapi udara justru terasa panas. Bella baru saja keluar dari sebuah gedung tinggi setelah menjalani wawancara kerja. Ia belum tahu hasilnya, tapi di wajahnya tidak ada beban. Leon sudah menunggu di luar, bersandar santai di mobil hitam besarnya, dan tersenyum lebar menyambutnya. “Gimana?” tanya Leon sambil membukakan pintu mobil. Bella masuk, menaruh tas di pangkuan, lalu menarik napas panjang. “Lumayan. Aku udah ngasih yang terbaik sih... tapi masih ragu.” Leon mengangguk puas. “Aku yakin kamu keterima. Mereka pasti butuh orang kayak kamu—rajin, pintar, dan… cantik.” Bella tersenyum tipis, tapi hatinya justru terasa berat. Ia menatap Leon yang sedang fokus menyetir. Begitu damai wajah itu, begitu tenang, seolah hidupnya kini hanya punya satu tujuan, menjaganya. Itu yang membuatnya khawatir. “Leon,” ucap Bella pelan. “Hm?” Leon menoleh sebentar, lalu kembali menatap jalan. “Aku mau kamu janji satu hal.” Leon mengernyit, agak penasaran

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   144. Mengingat Kembali Tujuan Awal

    Sejak hari wisuda Bella itu, Regan seperti punya kebiasaan lama yang tidak pernah ia rencanakan. Mengawasi Bella. Bukan menguntit secara harfiah, tapi mata dan telinganya seperti selalu peka kalau menyangkut gadis itu. Kadang lewat unggahan di media sosial, kadang dari kabar yang tak sengaja ia dengar di kampus atau lingkar pertemanan mereka. Yang membuatnya gelisah adalah bagaimana Leon—si pelukis yang kini ia kenal namanya. Ia selalu ada di sisi Bella. Seakan setiap momen penting dalam hidup gadis itu adalah potongan puzzle yang disusun oleh tangan Leon. Beberapa kali Regan tanpa sengaja melihat mereka di kafe sekitar kampus. Leon duduk santai, mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung, sambil memandang Bella seperti tokoh utama pria dalam drama Korea. Pandangan hangat, lembut, namun penuh klaim diam-diam. Dan Bella? Ia tertawa, menunduk malu setiap kali Leon membisikkan sesuatu. Puncaknya, suatu sore, Regan melihat Leon menuntun Bella turun dari mobil hitam besarnya.

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   143. Patah Hati yang Nyata

    Regan menatap senyum Bella dari kejauhan. Senyum itu bukan untuknya—sudah lama bukan untuknya—tapi tetap saja, ada sesuatu di dalam dirinya yang tertarik, tertahan, dan terjerat di sana. Bella sedang berdiri di pelataran kampus, menunduk sedikit sambil tertawa kecil saat mendengar lawan bicaranya bercanda. Cahaya sore menimpa wajahnya, membuat kulitnya tampak berpendar hangat. Hari itu sebenarnya adalah hari pertama Regan kembali ke rutinitas normalnya setelah pesta pernikahan yang melelahkan, dan pekerjaan yang menumpuk di kantor. Ia hanya ingin melihat Bella sebenarnya. Semua orang bilang Yola adalah pasangan yang sempurna untuknya—cantik, anggun, dan berasal dari keluarga terpandang. Tidak ada alasan untuk ragu, apalagi menolak. Pernikahan itu disambut penuh restu dari keluarga dan kolega. Namun, Regan tahu bahkan di hari pernikahannya sosoknya pun sempat mampir sebentar di benaknya. Hari-hari pasca pernikahan membuat Regan sibuk luar biasa. Ia harus kembali mengajar di kampus s

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   142. Jadian

    “Aku mau kamu jadi pacarku.” Hati Bella berdegup kencang. Ia mengalihkan pandangan ke pemandangan kota, mencoba menyusun kata. “Leon… aku… belum bisa buka hati untuk orang lain sekarang.” Leon tidak memaksakan. “Aku ngerti. Tapi… aku tetap mau kamu jadi pacarku. Kalau kamu setuju, aku akan leluasa menunjukkan siapa aku sebenarnya. Aku nggak akan menuntut kamu langsung balas perasaan ini. Aku cuma mau kamu tahu kalau aku serius.” Bella menggigit bibirnya. “Aku… butuh gwaktu.” Leon mengangguk. “Aku akan menunggu.” Malam itu mereka menghabiskan waktu dengan makan sambil menikmati angin malam, tanpa banyak kata-kata lagi. Namun suasana di antara mereka terasa berbeda. Ada jarak yang mulai hadir, dan ada janji tak terucap bahwa hubungan ini akan terus berkembang. ••• Tiga hari berlalu sejak malam di rooftop itu. Tiga hari di mana Bella memikirkan kata-kata Leon berulang kali. Tiga hari di mana ia mencoba menimbang, menimbang, dan menimbang lagi—apakah ia siap membuka pint

  • Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO   141. Aku Suka Kamu, Bella

    Sore itu, Bella sebenarnya masih sedikit tegang membayangkan pergi bersama Leon setelah drama beberapa hari terakhir. Namun, rasa penasaran dan keinginannya untuk memperbaiki hubungan membuatnya bersiap-siap sejak pukul tiga.Ia memilih pakaian yang simpel tapi manis dengan blouse putih dengan lengan puff, celana jeans biru muda, dan sepatu sneakers putih. Rambutnya ia biarkan terurai, dengan sedikit poni yang jatuh menutupi dahi.Sekitar pukul empat, suara mesin mobil terdengar dari depan rumah. Bella menoleh keluar jendela, dan matanya langsung melebar. Sebuah mobil SUV hitam mengkilap berhenti tepat di depan pagar rumahnya.'Mobil?' batin Bella. Sepanjang ia mengenal Leon, ia belum pernah melihatnya mengendarai mobil. Saat ia ke rumah Leon, mobil ini tak pernah terlihat di halaman—mungkin memang selalu tersimpan di garasi.Tak lama, Leon keluar dari mobil. Mengenakan kemeja santai berwarna navy dan celana hitam, ia terlihat jauh lebih… gentleman daripada biasanya. Meski sederhana,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status