Share

GANTI RUGI

Seminggu setelah pesta pernikahan Mariana yang mencoreng nama baik keluarga besarnya, perempuan itu kembali beraktivitas seperti biasa. Meskipun banyak orang yang menggunjing di belakangnya, Mariana mencoba untuk tidak peduli.

Perempuan itu tetap bersikap seperti gadis lugu yang tidak mengerti apa-apa. Mariana juga kembali bekerja setelah beberapa hari cuti.

Bukan hanya di lingkungan rumah saja, tetapi di tempat kerjanya juga semua orang heboh membicarakan Mariana dan Zian.

Namun, lagi-lagi Mariana tetap cuek. Perempuan itu tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapan semua orang. Begitupun dengan Zian. Mereka berdua memang sepakat untuk menutup telinga. Tidak mau mendengarkan orang-orang yang tidak mengerti tentang cinta mereka.

Seiring gosip yang semakin santer terdengar, kedua pasangan itu justru semakin mesra. Mereka seolah ingin menunjukkan pada semua orang kalau mereka berdua saling mencintai. Tidak peduli apa pun tanggapan orang.

"Tidak tahu malu banget ya, si Mariana." Beberapa orang berkumpul menggosipkan Mariana.

"Iya. Mana malah makin pede jalan sama Zian," sahut yang lain.

"Bukan cuma pede, tapi juga makin mesra." Perempuan itu menatap Mariana dan Zian dengan pandangan kesal.

"Lihat saja mereka di sana. Dasar orang tidak tahu malu!" tunjuk orang itu sambil memaki.

"Gila! Sepertinya mereka benar-benar tidak punya malu sama sekali."

"Kamu benar."

Mereka semua menatap Mariana dan Zian yang sedang asyik menyantap makan siang mereka sambil sesekali tersenyum. Saat itu memang masih jam istirahat, karena itu semua karyawan berkumpul untuk makan siang.

"Aku iri sama mereka, mereka berdua itu benar-benar pasangan serasi," ucap salah satu di antara mereka.

"Iri gundulmu!" sahut mereka bersamaan.

"Lah, emang aku salah?"

"Jelas salah, itu sama saja kamu membenarkan perselingkuhan mereka."

"Coba kamu bayangkan, seandainya kamu ada di posisi pria itu. Baru belum sampai satu jam menjadi suami, tiba-tiba dia melihat istrinya berselingkuh di depan matanya."

Beberapa perempuan biang gosip itu bergidik. Tidak berani membayangkan seandainya mereka jadi Andika.

"Sakitnya tuh di sini!" seru mereka tiba-tiba berbarengan, kemudian tawa mereka meledak, hingga Mariana dan Zian pun menatap mereka.

"Dasar biang gosip!"

***

Setelah kejadian di pesta pernikahan itu, Andika sama sekali tidak bisa dihubungi. Pria itu benar-benar marah dan tidak mau berhubungan lagi dengan Mariana.

Mariana sangat mengerti, Andika saat ini pasti sangat membencinya. Namun, sepertinya perempuan itu tidak merasa bersalah sama sekali. Dia bahkan belum sempat meminta maaf pada Andika karena pria itu terlanjur sakit hati dan tidak bisa dihubungi.

Sementara itu, saat keluarga Mariana datang ke rumah Andika untuk meminta maaf, kedua orang tua Andika masih sangat kesal dan sakit hati karena merasa dipermainkan dan juga dipermalukan di depan umum.

"Kalian benar-benar keterlaluan! Seharusnya dari awal kalian mengatakan kalau anak gadis kalian itu sudah punya pilihan lain, bukannya malah sengaja melanjutkan pernikahan ini!" teriak papa Andika dengan marah.

"Maafkan kami, Pak. Kami memang bersalah karena tidak bisa menjaga Mariana dengan baik," jawab Haris, papanya Mariana dengan raut wajah menyesal.

Ruslan dan Santi menatap Haris dan istrinya bergantian. Rasa marah dan sakit hati masih tersimpan akibat perbuatan egois mereka. Kalau saja mereka tidak egois dan mau berterus terang dari awal, Ruslan dan Santi beserta keluarganya pasti tidak akan menanggung malu.

"Apa kalian tahu, gara-gara kalian semua, keluarga kami sekarang menjadi bahan gosip di seluruh kampung ini?"

"Apalagi Andika. Apa kalian tidak pernah berpikir bagaimana perasaan Andika gara-gara pengkhianatan kalian?" lanjut Santi dengan berapi-api. Emosinya kembali terpancing saat mengingat kejadian di acara pernikahan itu.

Kedua orang tua Mariana menunduk, begitu juga beberapa orang yang ikut dengan mereka. Sementara Mariana, perempuan itu tidak ikut bersama mereka karena kedua orang tuanya takut, Santi kembali mengamuk dan memukul anak mereka.

"Maafkan kami." Haris kembali meminta maaf.

"Kami-"

"Katakan apa maksud kedatangan kalian sebenarnya, aku yakin, kalian pasti datang kemari tidak hanya untuk meminta maaf bukan?" potong Santi sambil menatap ke arah Haris dan yang lainnya.

"Kalau kalian datang untuk mengatakan tentang perceraian, kalian bisa urus sendiri! Kami tidak ingin ikut campur."

"Maksud Ibu?"

"Andika tidak mau lagi berurusan dengan Mariana, termasuk urusan perceraian. Jadi, sebaiknya kalian urus sendiri perceraian antara Mariana dan Andika!" jelas Santi penuh penekanan.

"Tapi dengan satu syarat!"

"Syarat?"

Santi mengangguk sambil tersenyum sinis.

"Andika tidak akan mempersulit perceraian itu asal kalian mau membayar ganti rugi semua biaya pernikahan kemarin."

"Apa?"

Kedua orang tua Mariana sangat terkejut.

"Kenapa? Cukup mudah bukan?"

"Ta-tapi ... berapa biaya yang harus kami bayar?" Ibu Mariana tergagap.

"Lima puluh juta."

"Lima puluh juta?" Keluarga Mariana berteriak bersamaan.

"Terserah kalian, mau bayar atau tidak. Kalau tidak mau ya, tidak apa-apa. Tapi jangan salahkan kami seandainya setelah ini Mariana tidak bisa menikah dengan kekasih gelapnya itu, kecuali nikah siri!"

"Ibu mau coba memeras kami?" Emosi Haris seketika naik.

"Memeras? Apa kalian pikir aku berbohong?" Suara Santi meninggi.

"Apa kalian tahu, biaya yang kami keluarkan untuk pernikahan itu bahkan lebih dari lima puluh juta?" Santi menatap kedua mantan besannya itu.

"Apa kalian juga lupa? Seserahan dan hadiah untuk pernikahan itu bahkan kami tinggal di rumah kalian! Kalian pasti tahu berapa nilai bawaan dari kami bukan?" Santi tidak terima kalau dirinya disebut memeras.

"Lihatlah! Istrimu bahkan dengan tidak tahu malunya pergi ke sini dengan menggunakan baju dan perhiasan yang dibelikan oleh Andika!"

Santi menoleh ke arah Ibu Mariana yang saat ini memakai gamis mahal yang diberikan Andika.

Bukan hanya Gamis, Andika juga memberikan perempuan yang menjadi mertua beberapa menitnya itu perhiasan. Sebuah gelang emas 24 karat yang kini berkilauan di tangan ibu Mariana.

Andika memang sangat royal. Rasa cintanya terhadap Mariana membuat putranya itu ingin memberikan sesuatu yang membahagiakan perempuan itu dan juga seluruh anggota keluarganya.

Ibu Mariana terlihat gelagapan. Dia tidak menyangka kalau ucapan suaminya itu kini justru berbalik padanya.

Memang benar apa yang dikatakan Santi. Saat ini dia memang memakai baju dan perhiasan yang dibelikan oleh Andika. Bukan hanya dia saja, sang suami pun memakai kemeja bermerk hadiah dari Andika, pria yang gagal menjadi menantunya gara-gara pengkhianatan Mariana.

'Benar-benar keluarga yang sangat luar biasa. Sepertinya urat malu mereka memang sudah putus!' kesal Santi dalam hati.

Sebenarnya dia tidak berniat meminta ganti rugi, tetapi saat melihat keluarga itu datang dengan penuh percaya diri dan memakai hadiah yang diberikan oleh Andika, emosinya langsung naik, hingga akhirnya tebersit ide ganti rugi itu di kepalanya.

Orang-orang seperti keluarga Mariana itu harus diberi pelajaran, biar ke depannya mereka tidak semena-mena terhadap orang lain lagi.

Setelah perdebatan itu, keluarga Mariana akhirnya pulang dengan perasaan kesal dan kecewa. Mereka tidak menyangka kalau keluarga Andika akan meminta ganti rugi biaya pernikahan. Apalagi, ganti rugi itu sangat besar nilainya.

Untuk ukuran orang kampung seperti keluarga Mariana yang hidupnya pas-pasan, tentu saja uang lima puluh juta itu sangat besar. Namun, kesombongan dan sikap mereka membuat keluarga Andika merasa kesal.

***

Keluarga besar Andika tetap pada pendiriannya untuk meminta uang ganti rugi, baru Andika akan menceraikan Mariana secara hukum.

Andika yang awalnya tidak ingin ikut campur urusan Mariana, perempuan yang telah menggoreskan luka yang begitu dalam di hatinya, akhirnya menyetujui rencana sang mama demi membuat Mariana dan keluarganya jera.

Sementara itu, seluruh keluarga menyalahkan Mariana. Mereka kebingungan mencari uang untuk membayar ganti rugi itu.

"Semua gara-gara kamu, Mariana! Kamu bukan hanya mempermalukan Mama, tapi juga menyusahkan Mama!" teriak Ibu Mariana kesal.

Mariana hanya terdiam mendengar kemarahan sang ibu.

Gadis itu menatap ibunya dengan rasa bersalah.

"Maafkan aku, Ma," ucap Mariana akhirnya. Namun, sepertinya kata maaf itu tetap tidak membuat perempuan paruh baya itu merasa puas.

"Kamu urus sendiri perceraianmu dengan Andika. Atau nggak, kamu menikah siri saja dengan Zian biar kita tidak perlu membayar ganti rugi pernikahan itu!"

"Tapi, Ma. Kalau aku menikah siri, nanti posisiku di keluarga Zian tidak kuat. Aku tidak mau jadi istri siri, Ma." Mariana menatap ibunya dengan memelas.

"Kalau begitu, kamu urus sendiri saja. Mama tidak punya uang sebanyak itu untuk ganti rugi. Kamu tahu sendiri, kan, kalau uang Mama juga sudah habis untuk biaya pernikahan satu jam mu itu?" kesal Ibu Mariana.

Gadis itu terdiam, membenarkan ucapan ibunya. Jangankan sang ibu, uang tabungan Mariana sendiri juga terkuras untuk membayar biaya pernikahan itu.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Mommy Bii
Macem2 sih kamu, Mar! ...
goodnovel comment avatar
Adreena Dian
suruh ganti rugi aja
goodnovel comment avatar
SyaSyi
gatel si jd cewek. emosi aku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status