Share

38. Posisi Gara

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-16 11:31:29

Begitu lihai Mita mengenakan topeng bahagia. Wajah yang sama sekali tidak menyisakan jejak pilu lift, lorong rumah sakit, atau poli kandungan yang baru saja ia tinggalkan, tempat ia melihat tangan Amara mengusap perutnya dengan penuh kemenangan.

Dengan senyum yang lebar, napas yang stabil, dan punggung yang tegak, ibu satu anak itu masuk ke ruang perawatan Dian. Langkahnya terlihat ringan, seolah dunia tidak pernah menamparnya dengan kenyataan sepahit madu yang bercampur empedu.

“Halo,” sapa Mita dengan wajah cerah dan suara yang terdengar tenang, meskipun ada getaran samar di ujungnya yang hanya bisa ia rasakan sendiri.

“Halo juga,” Dian menyahut manja, menirukan suara bayi yang lucu. Matanya berbinar melihat kedatangan sahabatnya. “Tante Mita akhirnya datang.”

Mita langsung mendekat ke sisi ranjang. Dian yang baru melahirkan itu menyerahkan bungkusan kecil berisi kehidupan yang baru lahir ke pelukannya.

Bayi laki-laki. Hangat. Wangi susu dan bedak bayi. Napasnya teratur, tenang, seo
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
duh cerita ini bagus bangeet..konflik dn cinta nya sungguh seperti ikut merasakan kepahitan Mita ayo Mita sayang .semangat.benamkan dua sejoli itu.agar merasakan pahitnya kenyataan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Anak Selingkuhan Suamiku   53. Pertengkaran

    Mita tidak bergerak. Napasnya ditahan, tatapannya menghujam langsung ke dalam pupil Pram yang membesar.Di balik ketenangan yang Mita tampilkan, jantung berdebar kencang, sisa-sisa rasa takut yang lama dipendam, tapi kini telah jadi tekad."Lepaskan aku," desis Mita rendah, namun tajam."Jawab!" Pram mengguncang bahu Mita. Lantai di bawah kaki Mita seolah bergeser, namun dia tetap bergeming.Pria itu terlalu buta oleh amarah hingga tak sadar bahwa dari layar ponsel yang tergeletak di meja, sepasang mata remaja menyaksikan segalanya.Layar ponsel yang tergeletak di meja makan kayu itu masih menyala, memperlihatkan wajah Samudra yang pucat. “Ma!” teriak Samudra dari layar ponsel. Remaja itu terus memanggil mamanya."Di mana semua aset itu? Aku butuh uangnya sekarang!" Pram berteriak lebih keras hingga, menenggelamkan suara putranya sendiri.“Kau merampokku Mita. Kau mengambil semuanya lalu menggugat cerai aku! Bajingan kau!”Mata Mita menatap lelaki yang dulu dinikahinya dengan penuh k

  • Terjerat Cinta Anak Selingkuhan Suamiku   52. Amarah Pram

    Pram berbalik secepat kilat, langkah kakinya menghantam lantai dengan dentuman yang menggema di koridor rumah yang sepi. Ia menuju ruang kerja. Tempat terakhir ia menyimpan pegangan hidupnya.Di sanalah ia menyimpan aset-aset rahasia yang tidak pernah diketahui Mita. Rencana masa depannya bersama Amara, investasi yang ia pupuk dari balik punggung istrinya, semuanya ada di sana.Dan saat dia membukanya dengan tergesa-gesa, hasil yang sama dia dapatkan.Kosong."Sialan," umpatnya lirih. Ia menelan ludah yang terasa sepahit empedu.Pram menelan ludah. Ia mulai membabi buta, membuka laci meja kerjanya dengan kasar hingga nyaris terlepas dari relnya. Ia menarik laci Kertas-kertas diacak, diseret, dilempar ke lantai. Ia yakin menyimpannya di sini. Ia sangat yakin.Tiga sertifikat tanah di lokasi strategis, hilang. Rancangan proyek cluster yang ia gadang-gadang sebagai tiket kebebasannya, raib.Bahkan dua kotak beludru, merah dan biru, yang berisi perhiasan untuk Amara di ujung meja, kini ta

  • Terjerat Cinta Anak Selingkuhan Suamiku   51. Maling atau Mita

    Gara beranjak dari duduknya. Kursi kulit itu berdecit pelan, seperti protes yang tertahan. Ia tidak menoleh lagi, baik pada sosok Sadewa yang duduk mematung, maupun pada tumpukan map yang menganga di atas meja.Map-map itu bukan sekadar kertas, tapi nisan bagi kepercayaan Gara yang baru saja mati.“Kenapa tidak kamu bawa semua buktinya sekarang?”Suara Sadewa terdengar tenang, namun ada getar kehati-hatian di sana. Seolah pria tua itu tahu keputusan yang diambil putranya barusan bukan keputusan kecil, dan satu kata yang salah bisa menghancurkan sisa-sisa ketegaran putranya.Gara berhenti sejenak. Pandangannya jatuh ke meja. Kertas-kertas berserakan, foto cetak, tanggal, potongan waktu dari rekaman CCTV. Tidak detail, tidak perlu, sekilas saja sudah cukup.Pola itu terlalu jelas. Alur uang yang mengalir deras, pertemuan-pertemuan rahasia, dan senyum yang sama di tempat-tempat berbeda. Pram dan Amara, merangkai kisah yang rapi, terencana, sekaligus durjana.“Aku sudah lihat cukup,” sahu

  • Terjerat Cinta Anak Selingkuhan Suamiku   50. Pengkhianatan Keji

    Langkah Gara bergema di lorong marmer itu—bunyi yang monoton, tajam, dan penuh tuntutan. Biasanya, ia datang dengan tameng profesionalisme: tabung gambar di bahu atau draf proposal di tangan.Namun hari ini, Gara menanggalkan semua atribut itu. Ia datang sebagai seorang anak yang luka-lukanya mulai menganga kembali.Pintu jati besar ruang kerja Sadewa terbuka tanpa ketukan. Suara gesekan kayu berat itu memutus keheningan ruangan yang dingin, sebelum akhirnya sunyi kembali berkuasa, lebih pekat dari sebelumnya.Sadewa tidak mendongak seketika. Ia seolah sudah hafal dengan deru napas putranya yang datang bak badai tanpa izin. Saat ia akhirnya mengangkat wajah, tidak ada keterkejutan di sana.Tanpa basa-basi, Sadewa membuka laci meja kerjanya. Sebuah amplop cokelat tebal meluncur di atas permukaan meja yang mengilat, berhenti tepat di hadapan Gara.Gara tidak duduk. Ia berdiri kaku, napasnya berat dan dalam, mencoba menekan amarah yang nyaris meledak di ujung kerongkongan."Semua ada di

  • Terjerat Cinta Anak Selingkuhan Suamiku   49. Informasi dari Sadewa

    Gara tertawa kecil. Suara itu terdengar begitu renyah, seolah dengan tawa itu, ia bisa meluruhkan tumpukan beban yang baru saja menghantam pundaknya."Aku bukan anak kecil lagi, Tan," gumam Gara, menggeleng pelan saat melihat Mita dengan telaten menyendokkan sepotong rendang ke piringnya.Mita hanya mengangkat bahu, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis yang getir. "Anggap saja asupan energi. Dunia sedang tidak berpihak pada kita, Gar. Kita butuh kalori tambahan untuk bisa tetap berdiri tegak menghadapinya."Gara menatap porsi besar di piringnya. Aroma rempah yang kuat menguar, mencoba mengalihkan perhatiannya dari rasa sesak di dada. "Nasi Padang pilihan yang pas untuk merayakan kehancuran," sahutnya sarkastik.Mereka tertawa bersama. Namun, tidak ada binar di mata keduanya. Itu bukan tawa bahagia, itu adalah tawa dua orang yang sedang menertawakan nasib. Jenis tawa yang keluar saat kau menyadari bahwa hidup sudah terlalu kejam, dan melawan pun rasanya sudah terlalu mele

  • Terjerat Cinta Anak Selingkuhan Suamiku   48. Pasangan Apa Ini?

    Amara mencoba lagi. Jemarinya menari kaku di atas layar ponsel, menekan deretan angka yang seharusnya menjadi kunci menuju akses dunianya.Sekali. Gagal. Dua kali. Masih sama.Detik berikutnya, sebuah notifikasi merah muncul di layar, Akses Terblokir.Jantung Amara mulai berdetak tidak beraturan, seperti genderang perang yang dipukul serampangan. Hening di ruangan itu mendadak terasa mencekik. Ia mencoba menarik napas, namun paru-parunya terasa menyempit.“Apa-apaan ini...” gumamnya. Suaranya yang biasa tenang dan berwibawa kini naik satu oktav, retak oleh getaran yang tak mampu ia sembunyikan.Rasa kaget itu hanya bertahan sekejap sebelum digulung oleh gelombang amarah yang panas. Amara berdiri tegak, dadanya naik-turun memburu udara.Tangannya gemetar, bukan karena takut, tapi karena tak percaya. Anak yang ia besarkan, yang selama ini ia kendalikan, kini berani melakukan hal sejauh ini, sebuah perlawanan.“Gara,” bisiknya. Nama itu meluncur dari bibirnya, pahit seperti empedu. “Dasa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status