Share

Menikah

"Nona. Anda harus ikut kami!" Secara tiba-tiba dua orang bodyguard yang tidak pernah Mona kenal. Memaksa Mona untuk ikut mereka.

"Kalian siapa? saya tidak kenal kalian!" Wajah Mona pucat Paseh. Ketakutan dengan dua orang tersebut, dan dia berusaha berontak untuk berlari.

"Nona. Kamu dapat perintah dari tuan Leo dan mereka ingin bertemu Anda." Jelas orang itu sambil menyeret Mona masuk mobilnya.

Mona bertahan di ambang pintu seraya mengernyitkan keningnya. "Tuan Leo siapa?" Dalam hati sudah tertuju pada pria itu, namun ia ingin memastikan agar tidak salah orang.

"Dia tuan kami. Sebaiknya anda temui saja dulu!" lagi-lagi Mona di seret ke dalam mobil.

Akhirnya dengan rasa khawatir. Mona ikut sambil berdoa dalam hati kalau dia akan selamat dan orang-orang ini bukan orang jahat dan yang di maksud adalah Leo papanya Marfin.

Mobil berhenti di depan sebuah hotel yang Mona sendiri berasa tidak pernah mendatanginya sama sekali.

Mona terus di arahkan dan di antar ke sebuah kamar hotel. Mona membawa langkahnya memasuki kamar hotel tersebut.

Di sofa tampak seorang pria sangat tampan dan dingin, terpancar dari wajahnya yang berwibawa dan di segani orang banyak dengan kharisma nya yang khas. Siapa lagi?kalau bukan Leo.

Menatap tajam ke arah Mona yang tergugu. Serta penampilan rok span dan kemeja abu. Menatap pria yang sangatlah rupawan, melebihi ketampanan Marfin.

Dengan tatapannya yang sangat tajam seakan ingin menghujam jantung. "Ap-apa yang membuat ku memanggil ku?"

Dari sekian lama. Leo bisa memandangi lagi sosok gadis yang membuat dirinya berhari-hari ini gelisah dan tersiksa.

"Apa kabarmu? Duduklah." seraya menggerakkan matanya.

Mona duduk di seberang Leo, yang kedua netra matanya seolah tidak berkedip menatap dirinya.

Tatapan Leo sangat meneliti ke arah Mona dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tak luput dari tatapannya. Gadis ini benar-benar bikin dia gila dalam beberapa hari ini, sehingga dia menyuruh orang untuk mencarinya.

"Menikah lah dengan ku!" Seru Leo dengan tegas dan seakan tidak ingin di bantah.

Manik mata Mona melotot dengan sangat sempurna, antara percaya dan tidak.

"Apapun yang kau mau! akan ku berikan." Tambahnya.

Mona..Menatap Leo yang berada di seberangnya itu. "A-aku ...."

"Tidak ada alasan kau untuk menolak ku!" Dengan cepat Leo berkata.

Mengingat pria itu menjadi sangat menginginkan perempuan muda yang berada di hadapannya itu.

Leo berdiri dan mendekati sofa yang Mona duduki, disertai tatapan yang penuh arti. Membuat Mona meremang dengan bahasa tubuh pria tampan nan menawan tersebut, yang tiada lain adalah papa nya Marfin.

"Apa yang an-anda inginkan dari ku? Se-seandai nya aku tidak mau bagai mana?" Tatap Mona pada Leo dengan suara tergagap.

Dengan manik mata yang bergerak menatap kedua netra Leo yang memancarkan sesuatu, yang sulit Mona mengartikannya.

Gep!

Leo meraih tangan Mona. " Apa yang membuat mu tidak mau?"

"Em ... bisa saja, kan aku tidak mau!" Balas Mona.

"Dasar wanita murahan!" Gumam Leo.

Plak!

Dengan refleks tangan Mona menampar pipi Leo hingga memperlihatkan warna merah di pipi yang putih bersih dan dihiasi bulu-bulu halus.

"Kau pikir saya wanita murahan? Tapi seharusnya kau tahu seperti apa yang namanya wanita murahan itu?" bentak Mona.

Leo tidak menyangka kalau Mona akan menamparnya. Namun hanya sunggingan yang Leo tunjukan. Tanpa bicara pun seharusnya Mona mengerti dengan uraian kata yang terucap dari bibirnya yang paling pantang di ulang.

Leo. Mencengkram dagu Mona dengan tatapan sangat tajam. "Kau pasti mengerti maksud ku."

Mona merasa ketakutan dan dia mengangguk perlahan.

Tanpa bicara. Leo menyatukan bibirnya dengan bibir Mona yang mungil dan bergetar, bibir Leo terus menyapu setiap incinya dan memaksa masuk menyisir dalamnya.

Mona tidak dapat menolak pesona Leo yang bagaimanapun dia sudah merasakannya waktu itu. Debaran jantung yang begitu cepat, mendominasi suara nafas yang tak beraturan.

"Habis lah aku!" Dalam hati Mona bermonolog.

"Ini jalan terbaik. Kamu tidur dengan ibu ku. Aku jerat papamu!" Batin Mona tersenyum licik dalam hati, mengingat Marfin.

Mona kira sebelumnya, ciuman itu hanya sentuhan begitu saja bukan macam yang dirasakan ini, ternyata rasanya melebihi yang dia bayangkan.

Terasa begitu mencengangkan dan menimbulkan sensasi yang sangat luar biasa, menyetrum ke seluruh tubuh. Bak aliran listrik yang menyengat hebat.

"Om, Om ..." suara Mona tenggelam dengan gerakan Leo yang membungkam mulutnya dengan mulut dia yang begitu aktif.

Tangan Leo sudah mulai aktif, meremas, mencengkram dan memainkan puncaknya dengan semangat.

Mengundang Mona untung mengeluarkan suaranya yang terdengar begitu sangat merdu. "Ooh ..." langsung menggigit bibirnya.

Bibir pria dewasa yang memiliki bibir merah natural itu menyungging lebar dan merasai yang kemarin dia rasakan, bahkan mungkin lebih dahsyat dari sebelumnya.

Mona yang masih belum terbiasa. Terlihat dari gerakannya saja masih kaku dan belum lihai, keringat dingin pun menghiasi pelipis dan telapak tangan.

"Jangan, Om!" suara Mona dengan nada bergetar, tangannya mendorong dada Leo yang bergeming.

Leo. Masa bodo lah, yang jelas apapun yang terjadi dia akan menikahi Mona.

"Puaskan aku cantik." Bisiknya sambil menyusuri lehernya yang jenjang dan mulus.

Leo banyak meninggalkan jejak di sana, apalagi di saat berada di atas dada Mona! dia sangat bersemangat meninggalkan tanda kepemilikannya.

Menjadikan racauan dari bibir Mona semakin tidak karuan. Tatkala mulut Leo melahap dengan buas dua gundukan daging dengan bergantian.

Mona semakin was-was melihat Leo menanggalkan semua yang melekat di tubuhnya, sehingga Terong dengan ukuran besar. Menjuntai ke depan. Menggantung di pohonnya.

"Buset!" Membuat manik mata Mona terbelalak dengan sangat sempurna, menelan Saliva nya berkali-kali.

Leo yang semakin Kalaf dengan hasrat yang beberapa hari ini menyiksa dirinya, ingin tersalurkan pada tempat yang sama.

"Kau harus siap sayang!" suara berat Leo.

Leo menggerakan tangannya yang berotot menelusuri lembah yang sudah banjir dan siap di pakai berendam.

Di sisi lain Mona merasa ketakutan dan di satu sisi ia bertambah penasaran. Ini secara sadar ia lakukan dengan pria ini.

Leo kembali mengecup bibir Mona yang mungil dengan tangan yang aktif berkelana, menikmati keindahan yang ada. Dia bukan tipe pria yang sembarangan memasukan sesuatu pada milik inti lawan mainnya.

Selain dengan miliknya yang orisinil, dia paling anti memasukan yang lainnya. Lidah Leo menari-nari di puncak Himalaya. Membuat tubuh Mona meliuk-liuk dengan indah seperti sedang bergoyang dangdut.

"Om, ah ... Om!" suara itu terdengar halus seraya membenamkan wajah Leo di antara dua balon yang empuk miliknya. Nafasnya tersengal bak berlari maraton.

Tangan Leo menarik kain penghalang yang akan menjadi kendala serangan Leo yang sudah tidak sabar untuk di lepaskan.

"Ku akan menikahi mu!" bisik Leo dengan suara bergetar.

"Om, a-aku ..." suara Mona yang bergetar dan tidak jelas maunya apa?

Tangan Leo mencengkram dagu Mona supaya mendongak. Agar leluasa menyentuh lehernya, seiring dengan gerakan miliknya menghujam dan membenamkan di sebuah lembah.

Tatapan Leo yang tertuju ke wajah Mona dengan tatapan yang berkabut nafsu. Berkata dalam hati, kalau perempuan muda ini akan sangat cantik kalau di tambah polesan.

Dia akan menjadikannya bak ratu di istananya. Setelah nanti menjadi istrinya.

"Ooh, pengap sekali milik mu sayang." Leo meracau sambil mendongak dengan mata terpejam

Mona mengigit bibir bawahnya sambil terpejam juga. Kedua tangannya menjambak rambut Leo.

"Owh! Ahh! Om ... kok jadi nikmat begini ya, terong mu yang besar menyakiti ku juga memuaskan ku Om ..." kini Mona juga meracau tidak karuan.

Di saat keperkasaan Leo mulai memberi sensasi yang berbeda dari sebelumnya. Memberikan candu yang hebat. Mona membuka mata, menatap wajah tampan di hadapannya itu.

"Bisa-bisa ... aku jatuh cinta jika sering bertemu dan bercinta. Ah aku bicara apa sih?" Batin Mona.

Pagi-pagi Leo sudah tampak bersih dan segar. Duduk di tepi tempat tidur menatapi wajah Mona yang tampak pulas.

Namun detik kemudian, Mona terbangun dan sedikit kaget! ternyata pria itu masih berada di situ.

"Bangunlah dan bersihkan dirimu!" Ucap Leo.

Mona terdiam. Mengumpulkan nyawanya.

"Saya akan menemui orang tuamu?" tambahnya.

"Ha? menemui orang tuaku?" Mona mengerjapkan kedua manik matanya.

Mona melamun, kalau Leo menemui orang tuanya, berarti dia benar-benar mau bertanggung jawab dan ingin menikahinya.

"Saya tunggu 10 menit!" Leo kembali berucap seraya pindah duduk ke sofa dan menikmati secangkir kopi yang tercium wanginya.

"10 menit mana cukup untuk aku bersihkan diri." Gumam Mona yang masih juga sembunyi di balik selimut.

"Apa kau mendengar ku? bangun lalu mandi," Dengan tegas, menuding ke arah beberapa paper bag di samping tempat tidur.

Mona tidak mengeluarkan suaranya lagi, dia bergegas ke kamar mandi dengan bergulung selimut juga meraih paper bag yang ada.

10 menit kemudian. Mona keluar dengan gaun yang tampak mewah dan memancarkan aura kecantikannya. Membuat kedua netra mata Leo terbelalak dan mengagumi Mona yang belum bersolek. Rambut masih basah dan belum dirapikan.

Sekitar 10 menit kemudian Mona sudah terlihat rapi. "Aku sudah siap, Om!"

Leo langsung mengajak Mona untuk menemui ayahnya. Tidak lama di perjalanan Mereka pun sampai di kediaman Mona, tentunya membuat sang ayah terkejut.

"Saya akan menikahi anak gadismu minggu ini juga!" ucap Leo tanpa basa-basi.

Sebagai pria sejati Leo langsung mengutarakan isi hatinya Kalau dia mau menikahi Mona di minggu ini juga.

Sang ayah kebingungan, namun Mona langsung membenarkan niat Leo! kalau mereka berdua ingin menikah secepatnya. Walau rasa kaget dan kebingungan masih menyelimuti hati sang ayah, dia pun menyetujui.

Setelah itu Leo kembali mengajak Mona untuk ke salon dan mempersiapkan diri untuk pernikahannya nanti.

.

.

Pada suatu hari yang indah, Monalisa, seorang gadis muda berusia 22 tahun, memasuki babak baru dalam kehidupannya saat ia menikah dengan seorang pria dewasa yang tampak masih muda, tampan, dan gagah berwibawa.

Pria tersebut bernama Leo Batarajaya, seorang CEO perhotelan yang sukses. Acara pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel bintang lima yang megah dan mewah.

Pernikahan mereka yang mewah, menarik perhatian wartawan dari berbagai media sosial. Mereka meliput setiap momen indah, membagikan kebahagiaan pasangan ini kepada dunia. Semua orang terpesona akan kecantikan Monalisa dan kepribadian karismatik Leo.

Pernikahan ini menjadi bukti bahwa cinta tidak mengenal batasan usia. Monalisa dan Leo membuktikan bahwa perbedaan usia bukanlah halangan dalam mencari kebahagiaan.

Dalam wajah Leo yang dingin terpancar kehangatan dan kebahagiaan saat ia melihat Monalisa berjalan di lorong menuju altar.

"Kau sangat cantik!" Puji Leo pada Mona yang tersenyum samar.

Kini Leo dan Mona Tengah berdansa diiringi musik nan romantis. Keduanya lebih banyak diam ketimbang bicara. Dalam hati Mona mengakui Kalau Leo memang sangat tampan, yakin cinta akan tumbuh dengan seringnya kebersamaan mereka.

Mona berjalan menjauhi Leo yang tengah berbincang dengan rekan bisnisnya. Dalam hati Mona bertanya-tanya dimana sosok Marfin?

Semenjak acara dimulai, dia tidak pernah menampakan batang hidungnya. Tapi Mona yakin, kalau Marfin melihat ia menjadi pengantinnya Leo. Dia pasti kecewa dan menyesali apa yang sudah diperbuat padanya.

Dari sudut ruang ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bang Amsir
Jantan & Matang Tn. Leo, beruntung sekali Mona dapat pejantan bibit unggul kayak beliau Tn. Leo.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status