Share

Terjerat Cinta Calon Mertua
Terjerat Cinta Calon Mertua
Penulis: Mentari

Bayangkan

"Tega, kamu Marfin. Ku pikir kau begitu mencintaiku! Rupanya hanya kamuflase sebagai cara kau dekati ibu ku!" Gumam Mona dengan nada suara yang bergetar.

Mona berdiri di balik pintu sebuah kamar hotel, yang ia curigai kalau orang yang dia sayang selama ini berada di dalamnya dengan seorang wanita.

Dada Mona semakin sesak, berdebar semakin hebat. Di saat gendang telinganya di penuhi suara-suara meresahkan! Kedua manik matanya memanas.

Air bening mulai menetes panas di ujung mata. Sakit dan perih memenuhi rongga dada gadis berambut panjang bergelombang.

Blak ....

"Sungguh sangat menjijikan, ternyata begini yang kalian lakukan di belakangku!" suara Mona begitu bergema di ruangan tersebut.

Serta dapat menghentikan ritual yang tengah panas-panasnya. Mona berada di di hotel itu ... atas info yang dia dapat dari seseorang, yang mengatakan kalau sang kekasih sering ngamar dengan wanita lain. sehingga Mona nekat datang untuk membuktikan.

Kedua insan Yang asik travelling melonjak naik, bersembunyi di balik selimut. Hasrat yang begitu memuncak sebelumnya hilang begitu saja, kaget, shock. Apa yang mereka lakukan diketahui oleh Mona.

"Mona, i-ini tidak seperti yang kamu bayangkan!" bisa-bisanya sang kekasih bilang seperti itu. Setelah jelas-jelas semuanya nyata di depan mata Mona.

Mona tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau kekasih yang sudah dia pacari selama 2 tahun ini ternyata berkhianat dengan ibunya sendiri.

Dan tidak pernah terbayangkan di benaknya kalau dia akan menyaksikan sebuah adegan bak menonton film dewasa. Di mana ia menyaksikan sang kekasih sedang melakukan pergumulan hebat dengan sang Ibu, yang selama ini sudah merawat dia dari kecil hingga dewasa.

Betapa hancurnya perasaan Mona yang sudah menyaksikan perselingkuhan sang kekasih hati.

"Ternyata selama ini kalian mengkhianati ku, bermain di belakangku!" ucap Mona penuh emosi.

"Kau juga Ibu, tidak sadarkah kalau kau sudah bersuami?" Mona kembali bersuara menatap tajam pada ibu tirinya.

Sejenak sang ibu membatu sambil menatap tajam pada Mona yang tampak marah, kecewa dan sedih. "Saya dan kekasih mu itu sudah lama saling mencintai dan saling mengisi kekosongan masing-masing." Akunya sang ibu tanpa malu.

Dengan tatapan yang berkaca-kaca, Mona menelan Saliva nya lantas melihat pada pria yang mulanya sangat ia cintai dan kini seketika berubah menjadi benci.

"Ternyata kau sama bejatnya. Marfin, dengan ibu ku yang tidak punyai moral sama sekali," Mona kembali berucap.

"I-itu tidak benar Mona ... aku mencin--"

"Bilang saja kalau kamu itu mencintai ku sayang, kita melakukan ini bukan sekali ini. Kita sudah sering," sang ibu benar-benar tidak punyai rasa malu sama sekali.

Wanita yang memang masih tampak muda, bertubuh sintal. Seksi tidak kalah dengan gadis muda umumnya. Penampilannya selalu menarik mungkin karena kerja dia juga di salon.

Kepala Mona menggeleng. Hati nya semakin tidak kuat dengan hawa-hawa panas sehingga bergegas meninggalkan tempat tersebut sambil menangis, luapan perasaan nya yang hancur bagaikan debu.

"Mona?" Panggil Marfin tatkala melihat Mona berlari.

Tangan Laksmi menarik tangan lelakinya. "Biarkan saja sayang, kita lanjutkan kembali acara kita ini." Dengan lembut dan jemarinya membelai pipi sang kekasih.

Marfin kebingungan dengan perasan yang tidak karuan. Dengan terbongkarnya hubungan gelapnya selama ini dengan wanita berumur yang bernama Laksmi.

Mona terus berlari menyusuri koridor hotel hingga menubruk seseorang yang juga tengah berjalan sangat cepat.

Dugh.

"Auw!" Mona memegangi bahunya yang menubruk dada seseorang.

Pria itu begitu tampan, biarpun sudah berumur. Bahkan ketampanannya melebihi Marfin, namun tersurat sosok yang dingin.

Pria tampan itu menatap datar pada Mona yang berjalan sendirian di hotel bintang lima milik nya. Dari atas sampai bawah tak luput dari pandangan! sampai-sampai terpikir kalau gadis ini bukan gadis baik-baik.

"Maaf jika saya salah!" Mona dengan cepat dan membungkuk.

Pria yang lebih dewasa itu celingukan melihat ke belakang. Lalu dengan cepat menangkap tangan Mona di tariknya masuk ke dalam salah satu kamar hotel.

Tentu membuat Mona kaget, tercengang dan ketakutan! dia berusaha untuk menepis genggaman tangan pria tersebut. Namun, dengan kuat mendorongnya ke atas tempat tidur.

"Apa-apaan ini, lepaskan saya dan saya gadis baik-baik." Teriak Mona.

Yang langsung di bungkam oleh tangan kekar tersebut sambil melihat ke belakang, ke arah pintu yang terbuka.

Entah apa yang ada dalam pikiran pria sangat tampan tersebut, sehingga menarik Mona ke dalam kamar hotel. Wajah Mona cemas, semakin pucat paseh, ketakutan! kalau pria ini akan macam-macam padanya.

"Tolong, diam dan jangan berontak," jelasnya begitu datar.

Dengan tangan yang masih di mulut Mona, kedua netra matanya yang sangat tajam dan hitam menatap pada Mona. Gadis cantik yang masih terlihat sangat muda bila dibandingkan dengan usianya sendiri.

Kalau dilihat-lihat, biarpun sudah nampak berumur! tapi wajahnya sangat tampan, hidungnya mancung. Alisnya tebal di rahangnya ditumbuhi bulu-bulu halus, berkumis tipis! tubuhnya besar. Kekar, dadanya bidang.

Sehingga menenggelamkan tubuhnya Mona nyang kecil mungil itu.

Derap langkah yang mendekati kamar hotel tersebut. Posisi si pria bergerak lebih mendekat sehingga kalau dari arah pintu terlihat mereka sedang berciuman padahal tidak.

Hanya jarak yang begitu dekat saja, sehingga nafas pun saling menyapu pada kulit wajah masing-masing.

"Leo. Apa-apaan kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?" bentak seorang wanita yang sudah berumur.

Wanita tua itu adalah ibunya pria yang bernama Leo. Dia sangat terkejut melihat putranya dengan wanita muda.

Mona ingin melonjak, tapi tak bisa karena tubuh pria itu tetap bergeming di tempatnya! bagian tubuh si pria begitu menempel di atas tubuhnya Mona, sehingga terasa sesuatu yang mengganjal.

Dengan perlahan pria itu menjauh dan berdiri, menoleh pada sumber suara yang mengajaknya bicara.

"Ibu sudah mengganggu kesenangan saya?" dengan nada dingin, menatap tajam pada ibunya.

Kedua netra mata sang ibu begitu membulat pada putranya, Leo.

"Dia calon istri saya," suara bariton itu mengakui Mona calon istri.

Mona terkejut dengan pengakuan pria itu yang mengakui kalau ia calon istrinya, ketemu pun baru saja, gimana bisa menikah? dalam pikirannya Mona sambil mendudukkan dirinya dan merapikan pakaian yang kusut.

Ibunya pun sangat terkejut mendengar pengakuan putranya.

"Jangan menjodohkan saya dengan wanita lain!" suara bariton itu terdengar penuh penekanan.

"Kamu bilang dia calon istri kamu? Gadis yang masih bau kencur seperti itu! mau kau jadikan istri. Leo!" sergah wanita tersebut.

Dengan tenang Leo mendudukan dirinya berdekatan dengan Mona.

"Kita berdua saling mencintai. Iya 'kan sayang?" pria yang bernama Leo Itu mengecup pipi Mona, membuatnya mematung.

"Sungguh kamu sangat keterlaluan Leo! Banyak wanita yang sebanding denganmu. Oke kalau kamu tidak mau saya jodohkan! cari wanita yang lebih pantas!" Sergah ibu itu.

Leo hanya mengangguk pelan.

"Bukan gadis ingusan seperti dia! saya rasa dia tidak sebanding, dari penampilannya saja sangat kampungan!" tambah wanita sepuh itu.

Ibu itu bertolak pinggang menatap sangat tajam ke arah Mona. Dipandanginya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Yang memang penampilannya Mona sangat sederhana sekali, jauh dari kata gadis yang berpenampilan elegan ataupun anak dari orang kaya.

"Semua itu sangat tidak penting, Bu!" kini Leo malah semakin berani mengecup bibir Mona yang tipis dan mungil.

Seluruh tubuh Mona terasa membatu. Ini kali pertama bibirnya disentuh seorang pria. Jangankan pria asing, Marfin! sebagai kekasihnya saja belum pernah dibiarkan menyentuhnya.

"Gila ini orang, berani banget!" Pikir Mona geram tanpa berani melawan.

Dari luar, kembali terdengar suara derap langkah dan pandang mata yang berada di kamar itu jelas tertuju ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status