Share

Bab 4

last update Last Updated: 2025-01-15 10:11:54

Rose berdiri dengan canggung di hadapan pria asing yang masih diingatnya dengan benar. Ia menelan ludah kasar dan melangkah ke arahnya dengan kepala tertunduk.

“Kau pasti sudah dijelaskan dengan baik oleh Ethan,” kata William.

Rose mendongak, ia mengangguk dengan tangan saling meremas. Ia menyembunyikan rasa gugup yang melanda.

“Hum, saya … saya akan bekerja dengan baik Pak.”

William mengangguk. Ia melangkah lebih dahulu ke dalam gedung yang akan mengubah kehidupannya.

Rose menghela napas panjang, pengkhianatan Nicholas dan cacian yang diberikan untuknya sebentar lagi akan terbalas.

“Kau harus tunjukkan pada Nicholas jika kau pantas menjadi wanita karier Rose,” katanya penuh semangat.

Ia melangkah dengan yakin setelah Ethan memintanya untuk masuk ke dalam. Sekali lagi, Rose membuang napas pelan.

Sesampainya di dalam, berbagai prosedur telah dilakukan dengan baik. William bernapas lega ketika memegang berkas berharga di tangannya.

“Selamat atas pernikahan Anda, Pak.” Ethan datang membawa kotak kecil dan menyerahkan pada William.

“Ambil ini,” katanya pada Rose yang seperti menyesal.

Ia mendongak dan menerima kotak kecil dengan sebelah tangannya. “Pak, ini hanya sementara kan?”

William menaikkan sebelah alisnya dan melangkah lebih dekat, memajukan wajah dan berbisik. “Tidak pantas membicarakan ini padaku, Rose.”

Rose tersentak, wangi William menghalau rasa gugupnya seketika. Ia berdehem dan mundur selangkah. “Maksud saya, kita hanya menikah beberapa bulan saja, kan. Setelah itu–”

“Cepatlah, kita harus menemui seseorang,” katanya mengajak Rose yang masih terpaku.

“Bu,” tegur Ethan menyadarkan istri bosnya.

Rose menoleh. “Bu?”

Ethan mengangguk kecil. “Anda sudah sah menjadi istri bos saya.”

Rose kembali membuang napas, “Kenapa tidak mengatakan jika pria itu adalah bosmu? Bisa saja kan saat itu aku menolak,” sesalnya.

“Silakan Bu.” Ethan meminta Rose melangkah mengikuti langkah lebar bosnya.

“Rose, kau masuk di tempat yang salah. Kau akan habis setelah ini,” gumamnya, “selain Nicholas, pria itu juga ingin dihindari.

Rose membenarkan duduknya, ia memalingkan wajah karena masih merasa malu.

“Kau boleh meminta apa pun padaku sebagai hadiah,” kata William sibuk dengan tablet di tangannya.

Rose menoleh dan terdengar helaan napas pelan. “Saya lelah, bisakah Anda membawa saya kembali?”

“Apakah Ethan tidak memberitahu semuanya?” William menatap punggung Ethan yang terlihat menegang.

“Jangan menatap pak Ethan seperti itu, Pak,” protes Rose, “dia sudah melakukan banyak tugas untuk Anda.”

Ethan semakin menegang, ia menelan ludah kasar mendengarkan penuturan Rose di belakangnya.

“Mulai hari ini, kau tidak akan kembali ke kontrakan kecil itu,” tukas William tanpa menoleh, “aku sudah menyiapkan semua keperluan selama menjadi istriku.”

“Boleh saya tahu selama apa saya menjadi istri Anda?” tanyanya menahan gugup.

“Kita baru saja menikah, Rose. Tidak bisakah kau tahan untuk menanyakan hal ini?” William menoleh dengan tatapan dingin.

“Maafkan saya,” jawabnya, “jadi apakah besok saya sudah boleh masuk ke kantor?”

Di depan kemudi, Ethan menahan napas, ia tidak menduga jika gadis yang bosnya nikahi sangat keras kepala.

“Kita akan bicarakan ini setelah bertemu dengan seseorang,” jawab William menahan kesal.

Rose mengangguk, ia menatap kotak kecil di tangannya. Entah apa isinya di dalam, tetapi tak sedikit pun, ia berniat membukanya

Beberapa hari yang lalu, ia sudah menolak permintaan Ethan untuk rencana pernikahan ini. Akan tetapi, setelah kembali dihina oleh Nicholas, ia memutuskan semua.

William menoleh tatkala melihat ponsel Rose berdering. Terlihat bentuk hati berwarna merah di sana.

Tidak berselang lama, mobil mereka telah sampai. William membenarkan jas miliknya dan keluar dari mobil.

“Bu, silakan!” Ethan membuka pintu dan mempersilahkan Rose berdiri di sebelah William.

“Apakah ini rumah Anda, Pak?” tanya Rose pada William. Ia sampai tak berkedip melihat kemewahan yang terpancar.

“Rumah keluargaku,” jawabnya, “bersikap baiklah padanya, ingat jangan sampai membuatnya tersinggung atau kau–”

“Saya mengerti Pak,” potongnya cepat.

“Panggil William. Aku adalah suamimu jika di hadapan orang lain,” jelasnya.

“Baik Pak. Maksud saya William.”

Masih dengan kecanggungan di antara mereka. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah mereka.

Rose seketika berdiri dengan tegap, ia memasang senyuman dan bersiap menyapa.

“Selamat siang, Ibu,” sapanya hormat.

Matilda berdiri lebih dekat, memperhatikan Rose dengan teliti, kemudian menatap cucunya yang terlihat sangat tak acuh.

“Berapa yang anak nakal ini bayar padamu?” tanyanya langsung pada Rose.

“Bayar?”

Matilda mengangguk kecil. “Aku tahu jika Willie membayarmu untuk menjadi istri pura-pura, kan?”

Rose melirik ke arah William yang terlihat terkejut. Rose tersenyum kecil dan hangat, “Sepertinya Anda salah paham pada kami, Ibu,” jawabnya, “Pak Willian tidak–”

“Pak?” ucap Matilda dengan senyum kecil.

Rose terkekeh gugup. Ia meraih tangan Matilda dan mengusapnya dengan lembut. “Saya lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan itu, Ibu. William juga tak keberatan, benarkan?”

Ethan dan yang lain menunduk menahan takut, mereka seolah bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.

William berdehem, “Kau boleh memanggilku apa saja, Sayang. Tapi, panggil wanita cantik ini dengan sebutan Nenek, bukan Ibu.”

‘Apa ini, dia memanggilku Sayang,’ batin Rose semakin khawatir dengan pekerjaan mereka.

William menatap neneknya yang masih terlihat curiga, “Nek, aku sudah menepati janjiku. Aku sudah menikah,” katanya mengingatkan.

“Ah, maafkan saya Nek. Saya mengira Anda adalah Ibu dari William, Anda masih sangat muda dan cantik,” puji Rose tanpa canggung.

“Benarkah? Kau juga sangat manis,” balas Matilda.

Matilda membalas pegangan tangan Rose, kemudian membawa cucu perempuannya ke ruang tamu.

“Kemarilah, aku akan tunjukkan padamu sesuatu,” kata Matilda membawa Rose semakin masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, William segera mencegah.

“Nek, kami harus kembali,” cegahnya.

“Kembali?” Matilda melepas pegangan tangan Rose dan menatap kesal pada cucunya.

“Apakah kalian menyembunyikan sesuatu dariku?”

William mendengus kecil, “Nenek, kenapa tidak percaya padaku? Aku sudah menikah seperti yang nenek inginkan, bukan?”

William memijat pangkal hidung, ia pening.

“Karena kalian berdua sudah menikah, Nenek sudah menyiapkan sesuatu untuk kalian berdua,” terang Matilda menatap Rose yang kebingungan.

“Kemarilah, Nak. Kaki tuaku sudah tidak bisa berdiri terlalu lama,” ujar Matilda membawa Rose duduk di sofa.

“Nek, apakah kakimu sakit, biar aku yang memijatnya.” Rose berjongkok setelah Matilda duduk dengan nyaman di sofa.

“Eh, apa yang kau lakukan, tidak perlu,” tolaknya meminta Rose duduk di sebelahnya.

“Tidak apa Nek. Kau adalah nenekku sekarang, jadi aku berkewajiban merawatmu, kan?”

Matilda tersenyum, ia mengusap kepala Rose dengan lembut. Sementara William ia hanya mengedikkan bahu.

“Kau memilih gadis yang tepat, Willie. Setidaknya, kau lebih unggul dari ayahmu. Jadi mulai besok kalian--"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 135 [Tamat]

    “Aku mendengar jika Ayah ingin menjodohkanmu, ya?” tanyanya dengan suara dipelankan.“Hum, dengan putra tuan Baskoro,” jawab Anantha tanpa minat.Clara memicingkan mata, “Lalu bagaimana? Jangan bilang jika Kakak menerimanya.”Annatha merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa, meraih buku di sebelahnya dan membuka halaman yang belum dibaca. “Ya, aku harus menerima demi nama baik ayah.”Clara frustasi, ia memegang tangan kakaknya dengan erat. “Kenapa tidak menolak? Jangan bilang bibi meninggalkan rumah mengomel karena ini?”Anantha mengangguk kecil. “Tidak bisa menolak. Aku sudah berjanji pada nenek sebelum meninggalkan kita. Bahwa aku akan selalu menjaga nama baik keluarga.”“Tapi, bukan seperti ini. Kamu salah paham, Kak. Jika nenek masih ada, dia pasti akan memintamu menolaknya.”Anantha menutup buku, menatap adiknya dengan serius. “Ini hanya soal waktu. Kami berdua hanya butuh membicarakan ini dengan kepala dingin. Jika setelahnya tidak cocok kami bisa membatalkan.”Clara semakin frusta

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 134

    Tiga belas tahun berlalu.Tangan kekar kekar memeluk pinggang yang masih tetap ramping seperti tiga belas tahun lalu, wanita cantik itu, tetap terlihat awet muda meski usia tidak lagi seperti dulu.“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyanya lembut di telinga istrinya.Bibir itu tersenyum indah, ia mengusap tangan kekar yang berada di perutnya dengan lembut. Tatapannya lurus pada pemandangan di depan mereka. Pada gadis dengan dres putih dengan sebuah buku di tangannya.“Semua berjalan baik,” jawabnya.“Putri kita sudah semakin besar dan semakin mirip denganmu,” ujr William dengan tatapan bangga, “tuan Baskoro–”“Dia masih muda, sayang jika usianya tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.”Menghela napas pelan, William semakin mengeratkan pelukannya. “Hanya perjodohan, jika mereka tidak cocok–”“Aku tetap tidak setuju, Willie. Anantha masih sangat muda,” tolak Rose lembut, “kukira setelah kau melewati sembilan puluh sembilan kali kencan muda di masa muda, kau sadar jika perjodohan itu ti

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 133

    Nicholas masih termangu di bawah, melihat bagaimana William memperlakukan Rose dengan sangat baik. Pria itu memberikan apa yang seharusnya wanita inginkan dan dia tidak bisa.Diam-diam, Nicholas meneteskan air mata dengan senyum getir, ada sakit yang tak bisa dijelaskan dengan benar. Putri mereka—Anantha adalah gadis paling beruntung selain mantan kekasihnya.“Tuan, kita kembali?” Megan yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari William mencoba untuk mendekati.Nicholas memalingkan wajah, menghapus air mata yang sempat terjatuh. “Hum, kita harus kembali, tapi ada baiknya berpamitan ada yang punya acara.”Megan melihat ke atas, perhatian yang William berikan memang membuat iri siapa saja. Kini, Megan tahu, jika Nichola masih belum bisa merelakan Rose meski wanita itu telah memiliki istana sendiri.“Kalau begitu ayo,” kata Megan, “saya khawatir terlalu lama, Ibu semakin lelah menunggu.”Nicholas melangkah ragu, tatapannya penuh dengan banyak penyesalan dan perandaian, bertemu dengan Diana

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 132

    “Nyonya Diana semakin cantik, benar, kan Ibu?” bisik Megan pada Margaret. Setelah berpisah di lobi tadi, Nicholas terlihat lebih tidak bersemangat, entah apakah itu seperti dia menyesal datang atau menyesal karena tidak bisa menjadi suami yang baik dahulu.“Diana memang selalu cantik, dia pandai merawat diri, tetapi—” Margaret melirik pada putranya yang terlihat frustasi.Megan kembali meminta Margaret untuk fokus ke arah Diana, pemandangan yang semakin terlihat dramatis, “Bu, itu Bu Rose, dia ternyata lebih cantik,” puji Megan tidak bisa berhenti menatap kecantikan Rose.Nicholas yang mendengar nama Rose melihat ke arah pandang ibunya dan Megan. Ia menelan ludah kasar, kecantikan itu begitu alami, senyum yang tulus dan Nicholas merasakan jantungnya berdegup kencang.‘Sialan, kenapa aku masih berdebar ketika bertemu dengannya,’ batin Nicholas.Ia menghabiskan minumannya dan meninggalkan meja miliknya. Ia berjalan keluar untuk sekedar menenangkan diri sebelum acar benar-benar dimulai.

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 131

    aDi hari yang telah dinantikan, di gedung pencakar langit itu, berdiri para kolega besar dengan rasa kagum yang tak bisa disembunyikan. Mereka terkagum dengan foto keluarga yang dipasang begitu besar di lobi utama.“Wah, ternyata benar kata orang-orang yang pernah melihat. Putri pak William memang sagat cantik, perpaduan ayah dan ibu yang imbang,” bisik para tamu yang tak henti memuji kecantikan Anantha.“Ya, aku tidak akan berbohong, jika putri mereka memang sangat cantik dan pasti sangat beruntung,” balas yang lain.“Benar, apalagi dia adalah keturunan terakhir, kekayaan yang nyonya besar miliki akan turun padanya. Oh, si cantik itu hanya perlu bernapas.”“Anda benar, Tuhan terlalu baik pada keluarga mereka. Hingga hanya menyisakan sedikit saja pada kami.”Mereka semakin masuk ke dalam, semakin menemukan keindahan yang tak terduga, dekorasi yang indah dan sempurna, makanan yang lezat serta minuman-minuman mahal tersedia di setiap meja.Dengan ini mereka yakin jika Matilda benar-be

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 130

    Tiba di halaman belakang, Diana berjalan dengan wajah tenang, ia harus menerima nasibnya, keluarga ini memang tidak bisa menerima sebaik apa pun dia.Margaret menoleh tatkala mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Ia tersenyum le,but dan berdiri menyambut mantan menantunya. Dibandingkan Nicholas, dia jauh lebih banyak salah pada Anantha.“Diana, kemarilah!” panggil Margaret penuh rasa bersalah.“Ibu, bagaimana kabarmu?” Diana memeluk Margaret cukup lama, menahan rasa sesak di dada karena akhirnya bisa memeluk mantan mertuanya.“Ibu, baik-baik saja,” ujar Margaret merasakan hal yang sama, tetapi ia mencoba tetap tegar dan terlihat baik-baik saja.“Senang karena akhirnya bisa melihatmu lagi,” ucap Margaret setelah pelukan mereka terlepas, “kamu tinggal di mana, Nicholas—”“Aku memang pindah Ibu,” potong Diana.Mengangguk pelan, Margaret meminta Diana duduk dan menjelaskan dengan pelan tujuan, ia bisa melihat bahwa hidup mantan menantunya baik-baik saja setelah berpisah.“Ibu dengar,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status