Share

Bab 3

last update Huling Na-update: 2025-01-14 21:04:29

William mengangguk, tak ada yang bisa membantah kemauan neneknya. Mereka memasuki rumah mewah dengan interior yang begitu megah.

Beberapa pelayan wanita berbaris sembari menundukkan kepala. Ini adalah hari yang sangat besar, kehadiran William adalah perayaan yang luar biasa.

“Aku tidak bisa berlama-lama, Nek. Aku ada banyak pekerjaan.” William duduk di sebelah wanita cantik yang sudah tak lagi muda.

“Nenek tidak peduli dengan pekerjaanmu. Ada Ethan yang bisa kamu minta, Willie.”

Ethan yang namanya disebut lantas mendongak, ia menatap William yang berdecak mengabaikan.

“Dia sudah banyak pekerjaan. Aku tidak mungkin membebani dirinya dengan pekerjaan lain,” celetuknya kasihan pada Ethan.

“Lupakan itu. Nenek sudah mengurus kencan buta untukmu, malam nanti datanglah ke–”

“Ini kencang buta yang ke-99 Nek. Apa tidak malu melihatku melakukan hal kekanakan ini?” William meraih cangkir teh miliknya lalu menyesapnya sedikit.

“Aku menolak, aku tidak ingin melakukan apa yang Nenek minta.”

Matilda berdecak kesal, “Jika kau tidak menikah, lalu bagaimana ada penggantimu? Apakah kau ingin aku mati tanpa melihat anakmu, William?”

William menutup telinga, lengkingan suara neneknya merusak gendang telinga mereka semua.

“Nek. Kau akan berusia panjang tanpa aku harus menikah,” tolak Willian.

“Tidak ada yang menjamin,” katanya, "jika kau tetap menolak berkencan, dalam dua hari kau bawa seorang gadis untuk menjadi istrimu, jika tidak, di hari ke tiga kau akan Nenek nikahkan dengan salah satu anak dari kerabat kita.”

“Nenek, jangan bercanda!” dengus William. Ia bahkan tak pernah berniat menikah dengan siapa pun.

“Aku tidak bercanda, William. Nenek bahkan sudah menyiapkan satu rumah dan lihat di sana,” tunjuknya dengan dagu, “di sana semua pemberian untuk wanita itu sudah nenek siapkan.”

“Nek, aku bahkan tak ada niat untuk menikah, bagaimana kau–”

“Karena itulah, pergi kencan buta. Mungkin saja wanita yang ini cocok untukmu, William.”

William merebahkan punggungnya ke badan sofa, memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya.

“Aku akan menemukan wanita lain, Nek. Beri aku kesempatan beberapa hari untuk menemukannya,” putus William dengan mata masih terpejam.

“Dua hari. Jika kau tidak menemukan wanita itu, Nenek pastikan–”

“Aku akan menemukan wanita bodoh itu, Nenek.” William menegakkan tubuhnya, berdiri dan menatap pada Ethan yang langsung mengangguk.

“Tentu saja, kau harus menemukan wanita itu. Tapi, jangan mencoba membodohiku William. Nenekmu tidak akan membiarkan wanita bodoh manapun bermain-main denganku.”

William mengangguk, ia menunduk dan mengecup pipi neneknya bergantian. “Jangan terlalu memaksa. Aku khawatir kau semakin tua.”

“Willie,” tegur Matilda.

“Istirahatlah, aku akan segera kembali ke apartemen. Aku akan kembali beberapa hari bersama cucu menantumu.” William berbalik dan meminta Ethan ikut bersamanya.

“William, coba untuk menemuinya malam nanti, dia putri dari kerabat kita, kau pasti–”

“Jaga kesehatanmu Nek.” William tak berbalik, tetapi suaranya terdengar begitu jelas.

Matilda mendengus kasar, “Dia sama seperti ayahnya. Selalu mengikuti keinginannya sendiri,” ujarnya, “kemarilah!” panggilnya kemudian pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

“Ada apa Bu?”

“Ikuti William diam-diam, beritahu apa pun yang dilakukan di belakangku selama beberapa hari,” tukasnya, “aku khawatir dia akan membayar gadis lugu untuk lolos dari tugasnya.”

“Saya akan melakukannya Bu.” Si pria pamit setelah membungkuk hormat.

Matilda menghela napas pelan, ia duduk kembali di sofa sembari menatap barang yang harus diserahkan pada calon istri William.

“Haruskah aku membuat sayembara?” gumamnya.

_________

Sementara itu, di tempat yang berbeda, William sudah sampai di ruangannya. Pria yang lebih menyukai hidupnya dengan bekerja tiba-tiba menjadi resah.

“Ethan, bukankah kau bilang jika mimpi hanya bunga tidur?” tanyanya pada Ethan yang duduk di sofa sembari membaca berkas yang diterima.

“Benar Pak. Orang tua saya mengatakan jika mimpi hanya bunga tidur,” jawab Ethan dengan yakin.

“Aku bermimpi jika nenek dalam kesedihan,” terang William menyampaikan apa yang dialami selama beberapa hari, “kau tahu, aku tidak berniat untuk menikah, tetapi bagaimana jika–”

William menghentikan ucapannya, ia menatap Ethan yang serius menyimak apa yang dibicarakannya.

“Cari gadis itu, siapa namanya?”

Ethan terdiam sesaat, “Gadis?”

“Gadis kemarin yang keluar dari apartemen,” kata William berdecak, “bujuk dia bagaimanapun caranya."

“Pak, tapi dia--” Ethan merasa ragu melanjutkan.

“Aku tidak ingin menikah dengan wanita manapun, jadi minta dia menjadi istri sementara.”

Ethan kembali terdiam, ini sangat berbahaya jika Metilda tahu, bukan hanya dirinya yang mendapat hukuman tetapi William juga.

“Pak, saya rasa ini sangat keterlaluan,” kata Ethan, “jika nenek tahu, beliau tidak akan memaafkan kita.”

William mendengus kasar, “Lalu apakah kau memiliki cara agar aku tidak menikah? Ayolah, Ethan, hanya gadis bodoh itu yang bisa menolong kita.”

Ethan menghela napas berulang kali, ia meraih ponsel di dalam saku celana dan menelepon seseorang. “Apakah kalian sudah yakin jika dia ditempat itu?”

William menyimak, pekerjaan Ethan memang sangat luar biasa. Selama ini, dialah satu-satunya yang paling mengerti dengan keinginannya.

“Bagaimana?” tanya William penasaran.

“Orang kita sudah meminta Rose untuk menunggu di cafe tidak jauh dari sini, Pak. Saya bisa menemuinya sendiri jika Anda sibuk.”

William terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus dilakukannya.

“Baiklah, kau bisa menemuinya sendiri. Aku khawatir jika aku yang ikut, orang nenek akan curiga dan merusak rencana kita,” katanya setelah lama melihat kerja neneknya.

“Saya mengerti. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Anda.” Ethan berdiri dan meninggalkan ruangan kerja bosnya. Ia harus mempersiapkan semuanya dengan maksimal.

Sementara itu, di tempat yang lain. Rose yang mendapatkan panggilan secara mendadak tak memiliki rencana lain selain bertemu dengan Ethan.

“Aku harap ini bukan penipuan,” gumamnya dengan wajah lesu.

Setelah mendapatkan panggilan, Rose memang sudah berada di cafe di mana mereka telah membuat janji. Kebetulan, Rose memang tidak jauh dari tempat itu sehingga tiba lebih cepat.

“Selamat siang, Rose.” Ethan berdiri menjulang di hadapan gadis dengan rambut tergerai.

Rose mendongak dengan mata memicing. “Selamat siang, Pak.” Rose berdiri mengulurkan tangan.

Ethan menyambut dan meminta Rose duduk. Mereka harus segera menyelesaikan pekerjaan mereka.

“Bisa Anda jelaskan apa maksudnya?” Rose tidak tahan untuk tidak bertanya lebih cepat.

“Seperti yang orang saya katakan. Kami akan langsung menerima Anda sebagai sekretaris jika Anda mau menerima penawaran saya,” jawabnya dengan tatapan lurus pada Rose.

“Tapi, kenapa bukan dia sendiri yang mengatakan ini?” tanya Rose kembali.

“Bos saya terlalu sibuk. Bagaimana, saya tidak bisa menunggu terlalu lama atau penawaran ini diberikan pada yang lain.”

Rose bimbang, ia membutuhkan pekerjaan untuk menunjukkan pada Nicholas jika dirinya mampu, "Saya akan memikirkan ini."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 135 [Tamat]

    “Aku mendengar jika Ayah ingin menjodohkanmu, ya?” tanyanya dengan suara dipelankan.“Hum, dengan putra tuan Baskoro,” jawab Anantha tanpa minat.Clara memicingkan mata, “Lalu bagaimana? Jangan bilang jika Kakak menerimanya.”Annatha merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa, meraih buku di sebelahnya dan membuka halaman yang belum dibaca. “Ya, aku harus menerima demi nama baik ayah.”Clara frustasi, ia memegang tangan kakaknya dengan erat. “Kenapa tidak menolak? Jangan bilang bibi meninggalkan rumah mengomel karena ini?”Anantha mengangguk kecil. “Tidak bisa menolak. Aku sudah berjanji pada nenek sebelum meninggalkan kita. Bahwa aku akan selalu menjaga nama baik keluarga.”“Tapi, bukan seperti ini. Kamu salah paham, Kak. Jika nenek masih ada, dia pasti akan memintamu menolaknya.”Anantha menutup buku, menatap adiknya dengan serius. “Ini hanya soal waktu. Kami berdua hanya butuh membicarakan ini dengan kepala dingin. Jika setelahnya tidak cocok kami bisa membatalkan.”Clara semakin frusta

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 134

    Tiga belas tahun berlalu.Tangan kekar kekar memeluk pinggang yang masih tetap ramping seperti tiga belas tahun lalu, wanita cantik itu, tetap terlihat awet muda meski usia tidak lagi seperti dulu.“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyanya lembut di telinga istrinya.Bibir itu tersenyum indah, ia mengusap tangan kekar yang berada di perutnya dengan lembut. Tatapannya lurus pada pemandangan di depan mereka. Pada gadis dengan dres putih dengan sebuah buku di tangannya.“Semua berjalan baik,” jawabnya.“Putri kita sudah semakin besar dan semakin mirip denganmu,” ujr William dengan tatapan bangga, “tuan Baskoro–”“Dia masih muda, sayang jika usianya tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.”Menghela napas pelan, William semakin mengeratkan pelukannya. “Hanya perjodohan, jika mereka tidak cocok–”“Aku tetap tidak setuju, Willie. Anantha masih sangat muda,” tolak Rose lembut, “kukira setelah kau melewati sembilan puluh sembilan kali kencan muda di masa muda, kau sadar jika perjodohan itu ti

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 133

    Nicholas masih termangu di bawah, melihat bagaimana William memperlakukan Rose dengan sangat baik. Pria itu memberikan apa yang seharusnya wanita inginkan dan dia tidak bisa.Diam-diam, Nicholas meneteskan air mata dengan senyum getir, ada sakit yang tak bisa dijelaskan dengan benar. Putri mereka—Anantha adalah gadis paling beruntung selain mantan kekasihnya.“Tuan, kita kembali?” Megan yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari William mencoba untuk mendekati.Nicholas memalingkan wajah, menghapus air mata yang sempat terjatuh. “Hum, kita harus kembali, tapi ada baiknya berpamitan ada yang punya acara.”Megan melihat ke atas, perhatian yang William berikan memang membuat iri siapa saja. Kini, Megan tahu, jika Nichola masih belum bisa merelakan Rose meski wanita itu telah memiliki istana sendiri.“Kalau begitu ayo,” kata Megan, “saya khawatir terlalu lama, Ibu semakin lelah menunggu.”Nicholas melangkah ragu, tatapannya penuh dengan banyak penyesalan dan perandaian, bertemu dengan Diana

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 132

    “Nyonya Diana semakin cantik, benar, kan Ibu?” bisik Megan pada Margaret. Setelah berpisah di lobi tadi, Nicholas terlihat lebih tidak bersemangat, entah apakah itu seperti dia menyesal datang atau menyesal karena tidak bisa menjadi suami yang baik dahulu.“Diana memang selalu cantik, dia pandai merawat diri, tetapi—” Margaret melirik pada putranya yang terlihat frustasi.Megan kembali meminta Margaret untuk fokus ke arah Diana, pemandangan yang semakin terlihat dramatis, “Bu, itu Bu Rose, dia ternyata lebih cantik,” puji Megan tidak bisa berhenti menatap kecantikan Rose.Nicholas yang mendengar nama Rose melihat ke arah pandang ibunya dan Megan. Ia menelan ludah kasar, kecantikan itu begitu alami, senyum yang tulus dan Nicholas merasakan jantungnya berdegup kencang.‘Sialan, kenapa aku masih berdebar ketika bertemu dengannya,’ batin Nicholas.Ia menghabiskan minumannya dan meninggalkan meja miliknya. Ia berjalan keluar untuk sekedar menenangkan diri sebelum acar benar-benar dimulai.

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 131

    aDi hari yang telah dinantikan, di gedung pencakar langit itu, berdiri para kolega besar dengan rasa kagum yang tak bisa disembunyikan. Mereka terkagum dengan foto keluarga yang dipasang begitu besar di lobi utama.“Wah, ternyata benar kata orang-orang yang pernah melihat. Putri pak William memang sagat cantik, perpaduan ayah dan ibu yang imbang,” bisik para tamu yang tak henti memuji kecantikan Anantha.“Ya, aku tidak akan berbohong, jika putri mereka memang sangat cantik dan pasti sangat beruntung,” balas yang lain.“Benar, apalagi dia adalah keturunan terakhir, kekayaan yang nyonya besar miliki akan turun padanya. Oh, si cantik itu hanya perlu bernapas.”“Anda benar, Tuhan terlalu baik pada keluarga mereka. Hingga hanya menyisakan sedikit saja pada kami.”Mereka semakin masuk ke dalam, semakin menemukan keindahan yang tak terduga, dekorasi yang indah dan sempurna, makanan yang lezat serta minuman-minuman mahal tersedia di setiap meja.Dengan ini mereka yakin jika Matilda benar-be

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 130

    Tiba di halaman belakang, Diana berjalan dengan wajah tenang, ia harus menerima nasibnya, keluarga ini memang tidak bisa menerima sebaik apa pun dia.Margaret menoleh tatkala mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Ia tersenyum le,but dan berdiri menyambut mantan menantunya. Dibandingkan Nicholas, dia jauh lebih banyak salah pada Anantha.“Diana, kemarilah!” panggil Margaret penuh rasa bersalah.“Ibu, bagaimana kabarmu?” Diana memeluk Margaret cukup lama, menahan rasa sesak di dada karena akhirnya bisa memeluk mantan mertuanya.“Ibu, baik-baik saja,” ujar Margaret merasakan hal yang sama, tetapi ia mencoba tetap tegar dan terlihat baik-baik saja.“Senang karena akhirnya bisa melihatmu lagi,” ucap Margaret setelah pelukan mereka terlepas, “kamu tinggal di mana, Nicholas—”“Aku memang pindah Ibu,” potong Diana.Mengangguk pelan, Margaret meminta Diana duduk dan menjelaskan dengan pelan tujuan, ia bisa melihat bahwa hidup mantan menantunya baik-baik saja setelah berpisah.“Ibu dengar,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status